PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menegaskan komitmennya dalam dunia keinsinyuran dengan menggelar kuliah umum bertajuk “Inovasi Teknologi Berkelanjutan: Mengintegrasikan Kearifan Lokal dalam Pengembangan Produk Teknologi”. Acara ini berlangsung di Auditorium Mohammad Djazman UMS, Sabtu (1/2), dalam rangkaian kegiatan Sumpah Profesi Insinyur Angkatan VIII Program Profesi Insinyur (PPI) Fakultas Teknik UMS.
Kuliah umum ini menghadirkan dua pembicara utama, yakni Herry Ludiro Wahyono, Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Jawa Tengah, serta Alpha Febela Priyatmono, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Kota Surakarta.
Dalam paparannya, Herry Ludiro menekankan pentingnya etika profesi insinyur dalam mencegah malapraktik konstruksi yang dapat berujung pada kegagalan bangunan.
“Malapraktik terjadi ketika insinyur mulai berani melanggar etika profesi,” tegas Herry.
Ia menjelaskan bahwa kegagalan bangunan kerap kali terjadi akibat pembiaran serta keterlambatan dalam merespons kerusakan konstruksi atau kecelakaan selama siklus proyek. Akibatnya, produk konstruksi kehilangan fungsinya dan tidak memberikan manfaat sebagaimana mestinya.
Menurutnya, salah satu faktor utama dalam membangun konstruksi yang berkualitas adalah komunikasi yang efektif antara semua pihak yang terlibat. Selain itu, perlu dilakukan penilaian terhadap risiko kegagalan bangunan sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan proyek.
Baca juga, Muhammadiyah Hadirkan Solusi: Dari Rendang Kaleng hingga Industri Konstruksi
Sementara itu, Alpha Febela Priyatmono memaparkan pentingnya pengembangan kawasan berbasis budaya, khususnya dalam konteks batik sebagai warisan dunia.
“Potensi suatu kawasan bisa dilihat dari sejarah dan potensi saujana, yaitu perpaduan alam dan budaya,” ungkap Alpha, yang juga merupakan dosen senior UMS.
Menurutnya, konsep pembangunan kawasan harus mengedepankan keberlanjutan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti keramahan lingkungan, penerapan teknologi, inovasi kreatif, serta kolaborasi dengan pemerintah, perguruan tinggi, dan organisasi non-pemerintah (NGO).
“Jika kombinasi ini dapat diwujudkan dengan baik, maka pengembangan kawasan akan lebih optimal dan mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa tantangan utama dalam konsep ini adalah aspek sosial dan budaya masyarakat. Selain berorientasi pada keberlanjutan, pengembangan kawasan juga harus diarahkan untuk mendukung industri dan pariwisata kreatif.
Setelah sesi kuliah umum, acara dilanjutkan dengan pengambilan sumpah profesi insinyur bagi para lulusan PPI FT UMS. Kegiatan ini menjadi momen penting dalam membentuk profesionalisme insinyur yang bertanggung jawab terhadap kesehatan, keselamatan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha