Menumbuhkan Semangat Gotong Royong
Menumbuhkan Semangat Gotong Royong
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – Di tengah peradaban zaman yang serba canggih, perubahan teknologi memengaruhi tata kelola kehidupan manusia dalam berinteraksi sosial, khususnya dalam hal gotong royong. Fenomena ini membawa dampak pada penurunan semangat gotong royong dalam masyarakat kita.
Nenek moyang kita di tanah Nusantara telah meninggalkan banyak warisan, baik berupa benda maupun budaya (kebiasaan) yang sangat berharga. Warisan ini dapat menjadi pijakan bagi kita sebagai generasi penerus. Salah satu nilai penting yang diajarkan oleh para leluhur adalah semangat persatuan dan kesatuan dalam sebuah bangsa, serta semangat kebersamaan atau gotong royong. Dalam budaya Jawa, terdapat ungkapan “Sa eyag sa eka praya” yang bermakna satu tekad untuk kemajuan bersama, serta “Hulus bis kuntul baris” yang menggambarkan kebersamaan dalam satu barisan.
Sebuah cerita menarik datang dari kampung penulis. Sepuluh hari lalu, kepala desa datang menawarkan bantuan pembangunan gedung bekakas. Sebelumnya, pada tahun 2019, penulis, yang saat itu menjabat sebagai ketua RT, mengajukan proposal untuk pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang disetujui dan menjadi program desa. Namun, dalam percakapan dengan kepala desa, ia menyampaikan bahwa gedung bekakas dari pemerintah kabupaten harus diterima, jika tidak, dana tersebut akan dikembalikan ke kas kabupaten. Setelah diskusi dengan ketua RT (Nur Chamid) dan mantan sekretaris RT (Ismail), akhirnya warga sepakat untuk menerima bantuan tersebut, dengan anggapan bahwa ini merupakan hadiah bagi warga RT.
Pekerjaan pembangunan pun dimulai dengan gotong royong warga RT. Mulai dari pembersihan lahan hingga pengurukan, semua dilakukan bersama-sama. Penulis juga mengajak anak laki-lakinya yang kini duduk di kelas VIII SMP/MTs untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut sebagai bentuk pembelajaran mengenai pentingnya sosialiasi dan gotong royong.
Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024
Cerita ini menggambarkan bagaimana nilai-nilai warisan leluhur kita harus dirawat, meskipun zaman terus berubah. Kemajuan teknologi di satu sisi membawa dampak positif, namun di sisi lain juga menimbulkan dampak negatif terhadap interaksi sosial, seperti rasa egoisme dan ketidakmauan untuk berbaur dengan lingkungan sekitar.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 2, kita diperintahkan untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Bagi warga persyarikatan Muhammadiyah, kalimat ta’awun sudah tidak asing lagi karena merupakan ciri khas dari persyarikatan ini. Ajaran ini mengingatkan kita untuk terus menjaga kebersamaan dalam rangka kemajuan umat dan mengejar ketertinggalan, serta semangat tauhid dan keadilan manusia yang universal.
Kemajuan teknologi memang membawa pergeseran nilai-nilai yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Oleh karena itu, spirit agama harus dijadikan landasan utama dalam kehidupan kita. Kita harus merefleksikan dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sudah terbukti relevan di berbagai aspek kehidupan, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Meski kita mengikuti tren teknologi, kita tidak boleh melupakan nilai-nilai jati diri yang diwariskan oleh para leluhur kita. Budaya luhur bangsa Timur yang kaya akan warisan budaya, sejarah, dan bahasa harus dijaga dan dilestarikan. Jika kita tidak melakukannya, kita berisiko kehilangan akar budaya kita, yang bisa dikuasai oleh bangsa lain. Bahkan, lebih parah lagi, kita bisa menjadi asing di negeri kita sendiri. Oleh karena itu, menjaga dan mempertahankan budaya luhur ini adalah kewajiban yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha