AUMBerita

Prambanan: Simbol Toleransi dan Harmoni yang Menginspirasi Generasi Muda

PWMJATENG.COM, Klaten – Candi Prambanan sering kali dikenal sebagai satu situs megah yang menggambarkan kemegahan sejarah Indonesia. Namun, tahukah Anda bahwa Kompleks Wisata Candi Prambanan sebenarnya terdiri dari berbagai situs candi bersejarah yang saling melengkapi? Pengetahuan ini terungkap ketika ratusan siswa SMP Muhammadiyah Lebaksiu mengadakan outing class ke kompleks candi tersebut pada pertengahan November 2024.

Kunjungan ini memiliki tujuan yang lebih dari sekadar wisata. Sebagai bagian dari upaya edukasi, pelestarian budaya, dan pengembangan pengetahuan, kegiatan ini menjadi sarana bagi para pelajar untuk memahami sejarah, budaya, dan nilai-nilai luhur bangsa. “Kunjungan ke kompleks candi ini dimaksudkan untuk meningkatkan apresiasi terhadap budaya dan warisan sejarah, serta membantu para pelajar memahami berbagai nilai dan budaya leluhur. Ini juga sebagai upaya menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas bangsa,” jelas Fatah Ahmadi, koordinator guru pendamping.

Dalam menjaga kelestarian budaya, pengelola Candi Prambanan, yang dalam hal ini adalah pemerintah, berperan penting dalam merawat artefak dan benda bersejarah agar tetap terjaga dari kerusakan dan dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Pelestarian ini mencakup berbagai kegiatan, seperti penyimpanan dan perawatan dokumen sejarah serta benda-benda berharga lainnya.

Baca juga, Khittah Pendidikan Muhammadiyah

Kompleks Candi Prambanan tidak hanya memiliki nilai sejarah yang besar, tetapi juga menjadi simbol harmoni antar agama. Candi Prambanan, yang merupakan peninggalan agama Hindu, berada berdekatan dengan Candi Sewu, yang merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Borobudur. Hal ini menjadi contoh nyata dari semangat toleransi yang terjalin erat antara dua agama besar di Indonesia. “Penempatan candi-candi Buddha di dekat Candi Prambanan menunjukkan semangat toleransi antara agama Hindu dan Buddha,” ungkap Moh. Faisal Amin, Kepala SMP Muhammadiyah Lebaksiu.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun Dinasti Sanjaya (penyokong agama Hindu) dan Dinasti Syailendra (penyokong agama Buddha) hidup berdampingan pada masa itu, tidak tercatat adanya konflik besar di antara keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak menghalangi perkembangan peradaban dan budaya, melainkan memperkaya satu sama lain. “Tidak ada catatan sejarah konflik besar antara kedua dinasti ini, yang justru memperlihatkan bahwa keberagaman agama bisa menjadi kekuatan untuk membangun peradaban yang lebih maju,” tambah Faisal Amin.

Pesan moral dari kompleks candi ini sangat relevan bagi generasi muda, khususnya bagi para siswa SMP Muhammadiyah Lebaksiu. Sebagai bagian dari ikrar pelajar Muhammadiyah, mereka diharapkan dapat memaknai dan menghayati pentingnya toleransi, sebagaimana tercermin dalam butir pertama janji mereka: “Taat beribadah dan menjunjung tinggi toleransi.” Melalui pemahaman ini, generasi muda diharapkan dapat membawa semangat harmoni dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kontributor : Hendra
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE