BudayaKolom

Memaknai Filosofi Adigang, Adigung, Adiguna

Memaknai Filosofi Adigang, Adigung, Adiguna

Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)

PWMJATENG.COM – “Tuhan memberikan anugerah berupa kekuatan, kekuasaan (kedudukan), dan kecerdasan sejati kepada manusia untuk mendekatkan diri pada-Nya, bukan untuk disombongkan.”

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina, mereka mengucapkan, ‘Salam.'”
(QS. Al-Furqan: 63)

Ungkapan dalam bahasa Jawa ini mengajarkan manusia untuk menjaga sikap dalam kehidupan. Filosofi adigang, adigung, adiguna mengingatkan bahwa kekuatan, kedudukan, dan kecerdasan yang diberikan Tuhan seharusnya digunakan dengan penuh kesadaran akan kebesaran-Nya, bukan untuk bermegah diri.

Sebagai makhluk ciptaan-Nya yang sempurna (laqad khalaqnal-insâna fî aḥsani taqwîm), manusia diberi kelebihan dibanding makhluk lain. Kelebihan ini seharusnya membuat kita bersyukur, bukan justru menyombongkan diri. Sayangnya, dalam kenyataan, banyak manusia yang memanfaatkan kekuatan, jabatan, atau kepandaiannya untuk hal-hal yang tidak semestinya. Mereka yang merasa lebih kuat, lebih pintar, atau lebih tinggi kedudukannya, sering kali tergoda menjadi angkuh dan mengabaikan orang lain.

Baca juga, Ketika Seorang Pemimpin Lengser dan Mengucapkan Sabda Panditanya

Penyakit hati seperti kesombongan dan keangkuhan ini tentu harus diwaspadai, terutama bagi kita yang mengaku beriman. Karena pada intinya, puncak dari keimanan seseorang adalah terwujudnya akhlakul karimah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat potret mereka yang sombong dengan kedudukannya, merasa paling benar karena kecerdasannya, atau bertindak sewenang-wenang karena kekuatannya.

Allah Swt. dengan jelas mengecam sikap-sikap semacam ini dalam Al-Qur’an. Surat Al-Furqan, ayat 63, mengingatkan kita untuk selalu berjalan di muka bumi dengan lemah lembut dan tidak terpancing oleh provokasi orang-orang yang mencela. Ketika dihina atau dicaci, balasan terbaik adalah memberikan salam, sebagai tanda sikap rendah hati dan ketenangan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu introspeksi diri: apakah sikap kita sudah sesuai dengan ajaran adigang, adigung, adiguna dalam menjalani kehidupan sehari-hari? Jika masih ada sifat sombong atau angkuh dalam diri, maka saatnya kita memohon ampunan dan berusaha memperbaiki sikap. Selagi kita masih diberi kesempatan hidup, mari berupaya menjadi pribadi yang tidak berlebihan, namun mampu bersikap proporsional. Semoga kita termasuk orang yang senantiasa menjaga akhlak dengan baik, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun sesama. Aamiin.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE