Berita

Membangun Personal Branding Mubaligh di Era Digital

PWMJATENG.COM, Yogyakarta – Perkembangan era digital membuka peluang bagi para mubaligh untuk memperluas jangkauan dakwah mereka melalui platform-platform online. Dalam Pelatihan Muballigh DPP IMM, Kalis Mardiasih, seorang influencer dan penulis, berbagi pandangan tentang pentingnya membangun personal branding yang kuat untuk mendukung dakwah. Dalam acara yang dihadiri oleh para tokoh agama, Kalis menekankan bahwa membangun personal branding adalah langkah strategis yang harus ditempuh oleh para mubaligh agar dapat bersaing di dunia digital.

Sebagai seorang konten kreator yang aktif, Kalis menceritakan perjalanan karirnya yang dimulai dari seorang penulis di media cetak hingga menjadi influencer yang karyanya dikenal di berbagai platform digital. “Ide bisa datang dari mana saja,” ujarnya. “Seorang mubaligh harus kreatif dalam mengolah ide tersebut menjadi pesan yang dapat diterima oleh khalayak luas.”

Kalis menjelaskan bahwa langkah pertama dalam membangun personal branding adalah mendefinisikan diri. “Jangan berambisi untuk dikenal oleh semua orang,” katanya. “Tetapkan pesan yang ingin disampaikan, kemudian sebarkan secara konsisten.” Menurutnya, dengan memiliki identitas yang jelas, mubaligh akan lebih mudah menjangkau audiens yang tepat.

Salah satu kunci sukses dalam berdakwah di era digital, menurut Kalis, adalah memanfaatkan algoritma media sosial. Ia menekankan pentingnya kuantitas konten. “Semakin sering Anda memposting, semakin baik performa algoritma yang akan mendukung keterlibatan audiens,” jelasnya. Kalis menggambarkan media sosial seperti mesin yang semakin sering digunakan, semakin lancar kerjanya. Oleh karena itu, konsistensi dalam membuat konten menjadi sangat penting.

Baca juga, Peran Ajaran Islam dalam Membangun Tatanan Sosial

Namun, perjalanan sebagai konten kreator tidak selalu mulus. Kalis juga membahas tantangan yang sering dihadapi, salah satunya adalah komentar negatif dari netizen. Ia mengakui bahwa ada saat-saat di mana ia merasa tidak layak untuk melanjutkan karyanya akibat kritik yang menjatuhkan. “Rasa tidak percaya diri itu wajar, terutama di kalangan orang-orang yang punya ilmu,” katanya. Namun, Kalis berhasil mengatasinya dengan tetap fokus pada belajar dan meningkatkan kualitas dirinya.

“Bagi para mubaligh, penting untuk menjadi pemimpin, bukan yang dipimpin,” ujarnya. Ia menyoroti fenomena media sosial yang dipenuhi oleh konten-konten negatif atau yang “nyeleneh,” seperti tren childfree atau scary married. “Sebagai mubaligh, kita harus berani melawan tren-tren ini dengan bijak dan cerdas, bukan sekadar diam.”

Kritik sering kali datang dari orang-orang yang tidak memahami topik yang dibahas, dan Kalis mengingatkan bahwa hal ini sudah menjadi bagian dari risiko dalam berdakwah di media sosial. Ia mencontohkan kasus Reza Rahadian yang sempat mendapat kritik hanya karena dianggap sebagai mualaf baru ketika ia membuat konten tentang agama. “Terlalu banyak orang yang berkomentar di luar kompetensinya. Para mubaligh harus bisa membedakan mana kritik yang relevan dan mana yang hanya sekadar suara bising.”

Meskipun demikian, Kalis mengajak para mubaligh untuk tidak menyerah menghadapi fenomena negatif di media sosial. Ia menyarankan untuk terus menyebarkan konten positif, bahkan jika diperlukan, menggunakan fitur “stitch” pada video-video yang dianggap menyimpang. “Ini adalah cara efektif untuk tetap menyebarkan dakwah,” ungkapnya. Menurut Kalis, personal branding yang kuat tidak hanya dilihat dari penampilan, tetapi juga dari konsistensi dan keaslian pesan yang disampaikan.

“Para mubaligh harus berani tampil dan percaya diri,” pesan Kalis di akhir sesi. “Fokus pada nilai-nilai positif dan jangan biarkan kritik yang tidak membangun menghentikan langkah kita dalam menyebarkan kebaikan.” Dengan konsistensi dan kepercayaan diri, Kalis meyakini bahwa dakwah di dunia digital bisa berkembang lebih pesat dan menjangkau lebih banyak orang.

Kontributor : Anis Irkhamni Septiani
Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE