PWMJATENG.COM, Surakarta – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, dalam Orasi Masta PMB yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), mengungkapkan pandangannya mengenai empat kelompok manusia yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Keempat kelompok ini, menurutnya, memiliki karakteristik yang khas dan penting bagi kemajuan individu maupun masyarakat.
“Kelompok pertama adalah ulul ilmi, yaitu orang-orang yang berilmu,” ujar Abdul Mu’ti saat memulai penjelasannya. Ia menekankan bahwa ulul ilmi bukan hanya sekadar memiliki pengetahuan, tetapi juga kedalaman wawasan yang luas. “Mereka adalah orang-orang yang memiliki ketinggian secara keilmuan, yang dalam Al-Quran disebut sebagai ulul ilmi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti menggambarkan ulul ilmi sebagai sosok yang tidak hanya memahami ilmu, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral untuk menyebarkan pengetahuan tersebut kepada orang lain. Mereka diibaratkan sebagai penjaga kebijaksanaan yang membawa pencerahan bagi umat manusia.
Kelompok kedua yang dijelaskan Abdul Mu’ti adalah ulul albab, yaitu individu yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keilmuan mereka melalui refleksi dan pemikiran mendalam tentang ciptaan Allah. “Mereka ini adalah orang-orang yang memiliki ilmu yang tinggi dan selalu berusaha untuk meningkatkan keilmuannya,” tuturnya.
Menurut Abdul Mu’ti, ulul albab tidak hanya mempelajari ilmu secara teoritis, tetapi juga mengaplikasikan pemikiran mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka terus berfikir tentang penciptaan Allah dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi di dunia ini. “Dengan begitu, mereka tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga kebijaksanaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
Selanjutnya, ia menjelaskan tentang kelompok ketiga, yaitu ulul absar. Kelompok ini, menurutnya, terdiri dari individu yang memiliki visi jauh ke depan. “Ulul absar adalah orang yang visioner, orang yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di dunia pada masa depan,” jelas Abdul Mu’ti.
Baca juga, Larangan Menaati Perintah yang Zalim
Ia menekankan bahwa ulul absar bukan hanya mampu memandang jauh ke depan, tetapi juga dapat merancang masa depan dengan menggunakan keilmuan dan keahlian yang mereka miliki. “Mereka mampu melihat satu persoalan dari banyak sudut pandang dan merancang bagaimana perubahan-perubahan di dunia akan terjadi,” ujarnya. Ulul absar tidak hanya siap menghadapi perubahan, tetapi juga mampu mengelola perubahan tersebut, serta menentukan arah perkembangan dunia di masa mendatang.
Kelompok terakhir yang dijelaskan Abdul Mu’ti adalah ulinuha, yaitu individu yang memiliki hati yang jernih dan nurani yang bersih. “Ulinuha adalah orang-orang yang memiliki hati yang cernih, yang memiliki nurani yang cernih,” jelasnya.
Menurut Abdul Mu’ti, ulinuha adalah sosok yang bijaksana, mampu menunjukkan empati dan simpati yang tinggi terhadap orang lain. Mereka memiliki kepekaan emosional yang membuat mereka mampu memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. “Dengan nurani yang bersih, mereka dapat menjadi teladan dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesama,” tambahnya.
Abdul Mu’ti menutup pemaparannya dengan menekankan pentingnya meneladani keempat kelompok ini dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, manusia yang berilmu, reflektif, visioner, dan berhati jernih adalah sosok yang mampu membawa perubahan positif bagi diri mereka sendiri dan masyarakat luas.
“Jika kita bisa menjadi bagian dari ulul ilmi, ulul albab, ulul absar, dan ulinuha, maka kita tidak hanya akan menjadi individu yang unggul, tetapi juga menjadi pilar yang kokoh bagi kemajuan umat dan bangsa,” pungkas Abdul Mu’ti.
Dengan pandangan yang komprehensif ini, Abdul Mu’ti mengajak seluruh peserta untuk terus mengembangkan diri dalam empat aspek tersebut. Ia berharap, dengan meneladani sifat-sifat tersebut, generasi muda Muhammadiyah dapat menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi Indonesia di masa depan.
Editor : M Taufiq Ulinuha