Manajemen Dakwah Muhammadiyah
Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA. (Alumni Pendidikan Intensif Muballigh Muda Berkemajuan)
PWMJATENG.COM – Sebagai organisasi Islam modern, Muhammadiyah tidak terlepas dari sistem manajemen, administrasi, dan tata kelola yang baik. Keberhasilan sebuah organisasi Islam tentu ada ukurannya, konsepnya, dan perencanaannya. Mengelola organisasi Islam sedikit berbeda dengan organisasi umum atau organisasi profit dan bisnis. Orang-orang dalam organisasi ini beragam: ada aktivis, organisatoris, profesional, staf ahli, kader, dan non-kader. Namun, tidak semua fokus pada dakwah Islam, agama, dan ideologi Muhammadiyah, karena sebagian besar fokus pada profesi dan pekerjaan sebagai bentuk orientasi kehidupan di dalam Muhammadiyah.
Muhammadiyah terkenal dalam mengelola organisasi secara transparan, akuntabel, dan administratif. Dalam menggerakkan persyarikatan, kerja kolektif dan kerja jamaah diutamakan, bukan kerja individu. Kultur Muhammadiyah sangat mengedepankan egalitarianisme dan elegansi dalam bermuhammadiyah, dengan fokus pada kebaikan, kebijaksanaan, dan kemaslahatan. Dakwah Islam yang dilakukan Muhammadiyah berbeda dengan organisasi lain, menjadikan Muhammadiyah sebagai model, percontohan, dan sumber rujukan bagi ormas lainnya untuk tetap bertahan, tumbuh, dan berkembang menuju usia abad keduanya. Muhammadiyah tetap fokus pada manajemen amal usaha Muhammadiyah (AUM), pendidikan, dan rumah sakit, namun juga harus tetap fokus pada manajemen organisasi Islam dan dakwah sebagai nilai utama.
Manajemen Dakwah Muhammadiyah
Manajemen dakwah Muhammadiyah adalah strategi dalam mengelola dakwah agar lebih efektif, efisien, dan egaliter di tengah kompleksitas problematika keumatan serta munculnya organisasi, kelompok, dan gerakan baru. Pentingnya manajemen dakwah Muhammadiyah ini adalah kewajiban agar Muhammadiyah tetap sebagai gerakan organisasi Islam dan tidak hanya menjadi kebudayaan Islam semata. Kolaborasi antara para ulama, ustadz, mubaligh, dai, guru, dosen, pegawai, staf, pekerja, kader ortom, pejabat, ASN, admin, konten kreator, seniman, dan lainnya sangat penting untuk menanamkan manajemen dakwah Muhammadiyah dalam kehidupan sosial masyarakat maupun di media sosial. Segala sesuatu di persyarikatan harus berdasarkan manajemen atau ilmu pengelolaan Islam yang terpadu dengan dakwah Islam serta kemuhammadiyahan.
Baca juga, Pandangan Muhammadiyah Mengenai Puasa Arafah
Untuk mengimplementasikan manajemen dakwah Muhammadiyah, diperlukan pemetaan dakwah, analisis SWOT Muhammadiyah, dan movement society Muhammadiyah yang berkemajuan. Dalam manajemen dakwah Muhammadiyah, ada 8 unsur penting yang harus diperhatikan: manusia, metode, uang, waktu, pasar, mesin, pemeliharaan, dan modal. Bahkan, unsur-unsur ini dapat bertambah seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
- Man: Sumber daya insani dan pengkaderan Muhammadiyah.
- Method: Strategi taktik sebagai metode dakwah Muhammadiyah.
- Money: Sumber dana keuangan untuk mendukung amal usaha Muhammadiyah.
- Minute: Manajemen waktu untuk mempertahankan eksistensi Muhammadiyah.
- Market: Segmentasi pasar warga Muhammadiyah yang potensial dalam ekonomi Muhammadiyah.
- Machine: Sarana prasarana, alat mesin, dan infrastruktur Muhammadiyah.
- Maintenance: Manajemen perawatan organisasi dari segala kendala pada gerakan Muhammadiyah.
- Modal: Sumber kekayaan atau amal usaha untuk membangun AUM dan kesejahteraan Muhammadiyah.
Strategi Manajemen Dakwah Muhammadiyah
Strategi manajemen dakwah Muhammadiyah adalah bagian dari kemandirian organisasi agar tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun, baik penguasa, pejabat, pengusaha, atau pihak yang merusak organisasi Islam. Di era kemajuan ini, pola pikir manusia menjadi sempit, materialistik, oportunis, destruktif, dan sering kali terpengaruh oleh fitnah dan adu domba. Kekuatan organisasi Islam Muhammadiyah harus dijaga, dirawat, dan dipertahankan agar tidak terpengaruh oleh gerakan proxy war lintas kepentingan dari politik, ideologi, asing, elit status quo, dan para penikmat keuntungan di balik layar. Semua itu kembali kepada manusia itu sendiri, seperti firman Allah: jika berbuat baik, maka kebaikan akan kembali kepada diri sendiri; jika berbuat buruk, maka keburukan akan kembali pada diri sendiri.
Menjalankan persyarikatan Muhammadiyah merupakan tugas mulia dalam mengamalkan perintah Ilahi, bukan perintah syaitoni. Semoga warga Muhammadiyah, baik struktural maupun kultural, mampu menjalankan manajemen dakwah Muhammadiyah sesuai dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing demi tegaknya Islam yang rahmatan lil alamin.
Editor : M Taufiq Ulinuha