Kenyamanan Non-Muslim Mengenyam Pendidikan di Muhammadiyah
Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA.*
PWMJATENG.COM – Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang banyak memiliki sekolah dan kampus di seluruh provinsi Indonesia. Kehadirannya memberikan kontribusi besar untuk memajukan dan mencerdaskan serta mencerahkan dalam aspek pendidikan. Sehingga pendidikan di Muhammadiyah baik sekolah atau kampusnya hadir untuk umat dan rakyat Indonesia dari berbagai kalangan etnis maupun agama. Sebab, pendidikan merupakan hal yang paling urgensi dalam membangun Nusa, bangsa dan agama. Itulah pentingnya pendidikan di tengah kemajuan dan era modernisasi yang telah memasuki dunia digital serba teknologi.
Hal yang menarik dan membanggakan adalah ketika sekolah dan kampus Muhammadiyah itu justru diisi juga oleh umat agama lain seperti Kristen Protestan, Kristen Katolik bahkan mungkin saja umat Hindu, Budha dan Konghucu. Sekolah dan kampus menjadi pilihan karena ada beberapa faktor mulai dari sekolah atau kampus negeri yang belum ada, sekolah atau kampus masih sedikit lagi terbatas, sekolah atau kampus lain yang tidak lagi sanggup menerima siswa dan mahasiswa, ada juga karena faktor pindah sekolah atau kampus, karena faktor domisili, karena faktor terkena sakit DO (drop out) namun masih ingin melanjutkan sekolah atau di kampus dan karena faktor kenyamanan dikarenakan memfasilitasi umat agama lain karena penilaian Sebab sekolah atau kampus Muhammadiyah inklusif, fasilitas memadai, akses yang lebih dekat dan lain sebagainya. Ini menjadi suatu kebermanfaatan yang besar untuk masyarakat Indonesia yang peduli akan pendidikan untuk tetap mengenyam pendidikan.
Kenyamanan non Muslim mengenyam pendidikan di Muhammadiyah pada dasarnya bukanlah hal baru lagi. Ini sudah ada sejak dulu kala bahwa sekolah dan kampus Muhammadiyah itu tidak hanya dari kalangan Muslim saja melainkan umat non muslim lainnya. Kenyamanan ini dirasakan lantaran akses sekolah dan kampus lebih inklusif dan akses terdekat dengan daerah tempat tinggalnya sehingga tak perlu jauh-jauh merantau atau keluar daerah hanya untuk sekolah dan kuliah yang memberatkan biaya hidup serta biaya operasional lain. Menjadi nyaman mengenyam pendidikan di Muhammadiyah juga karena tak ada unsur paksaan dalam beragama serta terbiasa berbaur dengan berbagai latar belakang etnis suku dan agama lainnya. Sebab kehadiran Muhammadiyah dalam pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta memberikan pendidikan dari seluruh kalangan.
Kehadiran sekolah dan kampus Muhammadiyah sebagai Amal Usaha Muhammadiyah tidak hanya dirasakan oleh warga Muhammadiyah sendiri saja tetapi juga seluruh umat beragama lain yang merasakan manfaatnya apalagi dalam ranah pendidikan. Sebab, tidak semua sekolah dan kampus negeri mudah diakses atau mendapat kesempatan disebabkan kuota kelas yang terbatas, sedangkan mungkin sekolah lain belum ada maka pilihan ada di sekolah dan kampus Muhammadiyah.
Lantas warga Muhammadiyah pun ikut senang secara sosiologis memiliki kehangatan dengan siapapun termasuk umat agama lain yang mengenyam pendidikan di Muhammadiyah. Namun persoalan yang prinispil seperti manhaj, ideologi, dan khittah tetap dijaga dan tidak dilanggar atau dibentur-benturkan dengan ajaran-ajaran lain di luar syariat Islam dan Manhaj Muhammadiyah. Tidak ada masalah dalam aspek sosiologis, antropologis dan geografis. Ini menjadi kebanggaan bagi warga Muhammadiyah terhadap amal usaha Muhammadiyah dalam ranah pendidikan walaupun mungkin banyak juga justru warga Muhammadiyah itu sendiri tidak mendapat akses dengan mudah untuk mengenyam pendidikan di rumah besarnya sendiri karena keterbatasan-keterbatasan dalam beberapa hal.
Baca juga, Etika dan Moralitas Kulturnya Muhammadiyah
Kenyamanan umat non Muslim mengenyam pendidikan di Muhammadiyah adalah sebuah kebermanfaatan bagi Muhammadiyah. Hanya saja nampaknya tak perlu untuk membuat istilah pengakuan atau pembenaran walaupun dianggap hasil riset metodologis. Sebab akan menjadi multi tafsir yang tak berkesudahan meskipun itu telah dijelaskan dengan argumentatif. Hal itu akan menjadi kontra produktif dalam ranah diskusi dan Pemikiran Islam di Muhammadiyah. Karena berMuhammadiyah itu berarti melihat seluruh aspek dan keanggotaan di dalamnya sendiri.
Menjaga kebersamaan sesama warga Muhammadiyah adalah hal utama yang lebih baik daripada melahirkan suatu hal polemik apalagi kontroversial. Al Quran saja yang merupakan Kalamullah dalam hal ilmu tafsir bisa terjadi banyak pandangan dan multi-tafsir itu sendiri, apalagi jika hanya aspek Pemikiran manusia tentu bisa terjadi multi-tafsir atau multi-interpretasi dan paradigma. Akan lebih baik jika di Muhammadiyah fokus pada amal usaha dan Aksi nyata saja seperti halnya KH. Ahmad Dahlan adalah Kiai amal nyata ketimbang banyak melahirkan kosa kata, diksi, istilah-istilah, dan lainnya.
Pada akhirnya Muhammadiyah membangun negeri dan membangun termasuk membangun seluruh umat manusia. Dengan demikian semangat untuk terus membangun, mengembangkan, dan membesarkan amal usaha Muhammadiyah pun akan semakin meningkat dengan penuh semangat juang serta semangat ikhlas lagi semangat teguh.
Kenyamanan yang dirasakan oleh seluruh umat beragama dan anak bangsa yang mengenyam pendidikan di Muhammadiyah merupakan tanda bukti amal nyata yang berkemajuan. Sehingga menjadi energi positif untuk terus berbagi, berkarya, berjuang dan tentunya beribadah melalui kendaraan dakwah yang bernama Persyaratan Muhammadiyah. Tetaplah berlomba-lomba dalam kebaikan bukan keburukan, dan jadilah warga Muhammadiyah yang menerbarkan ajaran Islam rahmatan Lil Alamin dengan sebenarnya tanpa harus menambah, merusak, menjatuhkan dan membingungkan warganya.
*Analis Kajian Islam, Pembangunan, dan Kebijakan Publik. Kader Muhammadiyah Sleman, Yogyakarta. Alumni Pendidikan Intensif Muballigh Muda Berkemajuan.
Editor : M Taufiq Ulinuha