BeritaKolom

Menjadi Penggembira Muktamar

Menjadi Penggembira Muktamar (Bagian Pertama : Catatan Muktamar IMM XX di Palembang)

Oleh : Khafid Sirotudin*

PWMJATENG.COM – Sejak mendarat di Bandara Sultan Mahmoud Badaruddin II Palembang, Jumat 1 Maret 2024, pukul 17.30 WIB dan keluar dari pesawat menuju Terminal Kedatangan, saya melihat dua pesawat yang tampak berbeda dengan pesawat komersial lain yang parkir. Pertama, Pesawat Kepresidenan berwarna Merah Putih. Kedua, pesawat warna putih dengan kombinasi warna biru dan merah bertuliskan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Indonesian National Police. Sebuah pesawat Boeing 737-800NG buatan tahun 2019, yang baru beberapa bulan lalu dimiliki jajaran Polri.

Kebetulan saya dan Azaki (Sekretaris MPKSDI PPM) berada satu pesawat, dari bandara Yogyakarta International Airport (YIA), dengan Ketua PP Muhammadiyah, Dr. H. Agung Danarto dan dr. H. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., M.Kes. Menurut informasi panitia, ‘clearing time’ Ring 1 untuk peserta dan tamu undangan memasuki arena ditutup jam 18.00 WIB, mengingat Muktamar IMM XX akan dibuka secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo. Kami serombongan langsung menuju lokasi muktamar di Jakabaring Sport Center (JSC), setelah berganti pakaian di Sultan Mahmud Badaruddin II International Airport (PLM). Kami memaklumi dan memahami protokoler standar prosedur pengamanan Kepala Negara.

Memasuki kawasan JSC diiringi hujan “tletik” (gerimis kecil). Terlihat jalan dan rerumputan masih basah dengan sedikit genangan air. Menandakan sebelumnya turun hujan cukup deras. Pada Ring 2 (100 meter dari lokasi pembukaan) dipasang pagar besi dan akses pintu masuk yang dijaga ketat beberapa aparat keamanan. Setiap orang diperiksa ID-Cardnya sebelum diijinkan masuk. Alhamdulillah, kami berdua bersama rombongan PP Muhammadiyah dapat memasuki lokasi Ring-2.

Setelah berjalan 100 meter, kami tiba di depan pintu masuk akses Ring-1 yang berjarak 10-20 meter dari gedung tempat Pembukaan Muktamar. Terlihat jelas gedung telah dipenuhi peserta dan tamu undangan. Mengingat saya dan Azaki tidak kebagian ID-Card, maka kami memilih menyaksikan Upacara Pembukaan Muktamar IMM XX via live streaming youtube TVMu sambil ngopi di salah satu kedai UMKM yang berada dua puluhan meter dari lokasi pembukaan. Kami ditemani dua orang alumni IPM, yaitu Syahri Ramadhan, Ketua MPKSDI PWM Sumsel yang ASN Pemkot Palembang dan Khoiri Ahmadi, Hakim Tipikor di PN Palembang.

Kami berdua, Saya (Kabid Diaspora Kader dan Jaringan MPKSDI) dan Azaki ditugaskan hadir di Palembang sebagai Penggembira Muktamar IMM XX, mewakili Majelis Pembinaan Kader dan Sumberdaya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebenarnya ada Prof. Dr. Abid Djazuli, M.M. Rektor UM Palembang yang juga anggota Bidang Konsolidasi Ideologi dan Wacana MPKSDI PP Muhammadiyah sebagai “shahibul bait”.

Terlihat juga Najih Prastiyo, Bendahara MPKSDI yang juga Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah. Barangkali Pimpinan menugaskan kami berdua agar dapat memberikan kegembiraan dan motivasi kepada adik-adik IMM dari seluruh Indonesia yang hadir mengikuti muktamar. Namanya juga Penggembira, tentu kami tidak dapat memasuki arena persidangan sebagaimana Peserta, Peninjau dan Panitia. Tugasnya hanya menjadi semacam “Pemantau Pemilu Independen” : bisa mendekat, ta’aruf dan ngobrol dengan peserta di luar arena persidangan.

Agenda dan Lokasi Muktamar

Lazimnya sebuah perhelatan permusyawaratan Organisasi Otonom (Ortom) di semua level (Muktamar/Kongres/Muswil/Musda/Muscab) pada dasarnya hanya ada 3 agenda untuk dibahas dan ditetapkan, yaitu LPJ (Laporan Pertanggungjawaban), Program Kerja dan Rekomendasi (Internal dan Eksternal), Pemilihan Pimpinan yang Baru. Berdasarkan dokumen rundown muktamar, selain ketiga agenda tersebut, terdapat beberapa Rapat Pleno yang menghadirkan beberapa Menteri dan Kapolri sebagai narasumber. Namun semua Menteri dan Kapolri yang hadir saat mengikuti Upacara Pembukaan Muktamar IMM XX, tidak jadi mengisi dan mengikuti kepulangan Presiden RI setelah selesai membuka kegiatan secara resmi. Alhasil terjadi perubahan jadwal dan agenda kegiatan selama 3 hari pelaksanaan Muktamar.

Selama proses Upacara Pembukaan Muktamar berlangsung, kami melihat masih banyak peserta yang baru hadir dan tiba di lokasi kegiatan. Kebetulan tempat penginapan peserta berada dalam satu kompleks, menempati beberapa blok “mess atlit” bertingkat yang mampu menampung ribuan orang. JSC Palembang menjadi salah satu tempat bersejarah pelaksanaan beberapa event olah raga tingkat nasional dan internasional yang relatif terawat dengan baik. Diantaranya : PON XVI tahun 2004, SEA Games XXV tahun 2011, Islamic Solidarity Games tahun 2013, ASEAN University Games tahun 2014, dan Asian Games tahun 2018.

Kehadiran LRT (Lintas Rel Terpadu) Palembang yang menghubungkan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Kompleks Olahraga Jakabaring (JSC), pada tahun 2018, semakin mengokohkan Palembang sebagai kota yang sangat layak untuk menggelar berbagai even Olahraga tingkat ASEAN dan ASIA di luar pulau Jawa. LRT menjadi moda transportasi umum yang sangat menunjang sebagai sarana mobilitas warga dan masyarakat Palembang secara cepat, anti macet, nyaman dan terjangkau. LRT Palembang menjadi salah satu sarana prasarana transportasi publik yang terkoneksi secara baik antara moda transportasi udara dengan darat. Sesuatu yang patut disyukuri dan belum dapat diaplikasikan di semua kota besar Indonesia.

Kita dapat melihat dan membandingkan secara langsung dengan arena Sport Center yang dimiliki Ibukota Provinsi lain, yang sama-sama dibangun ketika menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON). Misalnya, Kompleks Olahraga Palaran Samarinda Kalimantan Timur (PON XVII, 2008) yang kondisinya parah saat ini. Nasib beberapa venue PON XVIII tahun 2012 di Pekanbaru Riau, yang dihibahkan kepada Universitas Islam Riau (UIR) tahun 2022. Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) dan Sport Jabar Arcamanik Jawa Barat, adalah salah dua venue yang dipakai perhelatan PON XIX di Jawa Barat. Sebagaimana Kompas memberitakan (13/10/2021), masyarakat memanfaatkan bagian gerbang GBLA untuk menjemur padi.

Berikutnya, PON XX tahun 2021 di Jayapura Papua. Stadion Lukas Enembe (sebelumnya dinamai Stadion Papua Bangkit) senilai Rp 1,3 Triliun diresmikan tanggal 23 Oktober 2020, dan dibangun mulai akhir tahun 2016 serta rampung pada April 2019. Dalam pidato pada upacara pembukaan PON XX Papua di Stadion Lukas Enembe, 2 Oktober 2021, Presiden Joko Widodo mengklaim sebagai stadion termegah dan terbaik di Papua, bahkan di kawasan Asia Pasifik. Bagaimana nasib stadion dan beberapa venue olahraga pasca PON XX tahun 2021 di Papua? Saya belum bisa berkomentar karena belum melihat secara langsung kondisinya saat ini.

Ada beberapa pesan moral yang dapat kita ambil hikmahnya dari berbagai fakta kondisi beragam venue “infrastruktur olahraga” yang dibangun untuk keperluan penyelenggaraan PON.

Pertama, membuat bangunan megah itu lebih mudah daripada merawatnya.

Menurut seorang doktor ilmu teknik sipil dosen UMY, biaya perawatan bangunan (gedung) membutuhkan setidaknya 5% setiap tahun dari nilai bangunan, agar supaya kualitas bangunan tetap terjaga secara baik. Dalam perspektif ilmu akuntansi, biaya depresiasi sebuah bangunan sebesar 5% setahun. Dengan kata lain, nilai pakai dan manfaat sebuah bangunan (minimal) selama 20 tahun. Semakin berusia lanjut sebuah bangunan, maka semakin besar pula biaya perawatan yang harus dikeluarkan untuk menjaga agar tetap layak pakai.

Saya kira ilmu “kasunyatan” (realitas) ini mesti menjadi pengingat peserta Muktamar IMM XX di Palembang, segenap pimpinan dan warga persyarikatan, bahwa ketika membangun sebuah “ikon” untuk menyambut perhelatan Muktamar Muhammadiyah atau bangunan ikonik lain yang dikelola AUM, harus memperhitungkan kemampuan dalam menyediakan biaya perawatan. Dengan ungkapan lain “Bangunane megah nanging ojo megahi sakbanjure” (Bangunannya megah tetapi jangan membuat penyesalan sesudahnya).

Kedua, membangun infrastruktur (bangunan) harus sesuai kebutuhan, kemampuan dan kemanfaatan, jangan hanya mengejar keinginan.

Ketika hendak membuat sebuah bangunan untuk berbagai keperluan—terutama fasilitas umum, publik atau sosial—kita mesti berpikir lebih detail dan mendesain secara rinci. DED (Detail Engineering Design) harus dibuat komprehensif, meliputi : desain teknis bangunan, spesifikasi teknis dan umum, volume dan biaya pekerjaan. Wajib memperhitungkan dan memperhatikan aspek daya dukung lingkungan dan budaya, kemampuan finansial untuk merawat, serta kemanfaatan bangunan setelah event berakhir.

Ketiga, dalam mewujudkan sebuah bangunan harus berkualitas dan berkelanjutan.

Kita banyak menyaksikan hasil proyek infrastruktur/bangunan yang kurang berkualitas sempurna disebabkan pemenang tender hanya mengejar target waktu penyelesaian dan mengabaikan kualitas dan kekuatan usia bangunan agar dapat dipakai/dimanfaatkan dalam kurun waktu lama (sustainable).

Kita dapat melihat dan membandingkan berbagai infrastruktur bangunan di berbagai tempat dan negara yang pernah kita kunjungi. Misalnya Ka’bah di Mekah Saudi Arabia; Taj Mahal di India; Candi Borobudur di Magelang, candi Prambanan di Klaten dan Angkor Wat di Cambodia; gereja Blenduk di kawasan kota lama Semarang; kelenteng Hian Thian Siang Tee di Welahan Jepara.

Kita bisa melihat dari dekat dan melintasi Jembatan Ampera di Palembang—dibangun April 1962 dan selesai Mei 1965— yang masih kokoh dan bermanfaat hingga sekarang. Coba kita bandingkan dengan Jembatan Kartanegara di Tenggarong, Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Diresmikan tahun 2001 dan ambruk pada 26 November 2011. Ambruknya-pun telah menelan beberapa korban tewas, menghanyutkan dan menghilangkan puluhan orang yang terseret arus sungai Mahakam, serta menyebabkan banyak orang terluka parah dan ringan.

Tidak jauh dari jembatan Kartanegara terdapat pulau Kumala seluas 76 hektar. Pada tahun 2002 dibangun kawasan wisata seperti TMII di Jakarta. Saya sempat berkunjung dua kali, tahun 2005 dan 2006. Cukup lama kawasan wisata pulau Kumala tidak terawat dan mangkrak seiring kasus korupsi yang menjerat Bupati Kutai Kartanegara periode itu. Menurut informasi seorang kawan, pasca pandemi Covid-19 tahun 2022 telah dilakukan pembenahan beberapa obyek wisata di pulau itu. Semoga lain waktu kami diberi kesempatan berkunjung (piknik/ziarah) lagi ke pulau Kumala setelah diperbaiki dan kembali menjadi obyek wisata yang baik. Wallahu’alam

*Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah & Ketua Bidang Jaringan dan Diaspora Kader MPKSDI PP Muhammadiyah.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE