Haedar Nashir: Bagaimana Umat Punya Jiwa Muroqobah, Tidak Hanya Tanda Ibadah Tapi Juga Tidak Korupsi
SURAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. Haedar Nashir, mengatakan tantangan Muhammadiyah ke depan semakin berat. “Dunia Islam mengalami kemajuan tapi juga problem diskontinuitas. Umat muslim dunia tidak hanya tinggal di negara muslim tetapi juga di negara sekuler seperti Eropa. Islam Eropa berjumlah 22% baik karena konversi, migrasi dan kelahiran. Tantangan dakwahnya adalah kultur Islam seperti apa yg bisa diterima di Eropa? Kultur Timur Tengah atau membuat kultur baru?”, tutur Haedar.
Hal tersebut disampaikannya pada Launching Korps Mubaligh Muhammadiyah Jawa Tengah dan Strategi Dakwah Muhammadiyah Pasca Muktamar 47 Tahun 2015″ di Auditorium Moh Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Minggu (25/10). Haedar menyebutkan konflik antar kelompok di Timur Tengah seperti Sunni-Syiah, ISIS, dan lain sebagainya, pada saat ini tidak mengarah ke resolusi sehingga yang merugi adalah negara-negara di Timur Tengah sendiri. “Tantangan dakwahnya adalah bagaimana agar konflik hendaknya tidak dibawa ke luar Timur Tengah hingga terjadi di Indonesia”, tegas Haedar.
Haedar juga memaparkan bahwa sekularisasi dan liberalisasi baik di bidang politik, sosial dan ekonomi mendapat respon munculnya radikalisasi dan neo-tradisionalisasi. Menurut Haedar tantangannya adalah bagaimana umat mempunyai jiwa muroqobah, tidak hanya dilihat dari tanda ibadah semisal rajin tahajud tapi juga mempunyai perilaku yang tidak korupsi, tidak melakukan penyimpangan dan adil, serta bagaimana umat bersikap ihsan.
Acara Launching Korps Muubaligh Muhammadiyah Jawa Tengah sendiri diselenggarakan sebagai reorientasi strategi dakwah yang perlu dilakukan oleh para mubaligh Muhammadiyah, silaturahmi dan menyatukan pandangan para mubaligh. Kebutuhan reorientasi tersebut perlu dilaksanakan terkait upaya mencapai visi Muhammadiyah 2020 yang diamanatkan di Muktamar 47 Makassar.
Acara tersebut terselenggara atas kerja sama Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 300 peserta yang terdiri atas anggota korps mubaligh 35 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jawa Tengah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Pimpinan UMS, dan para dosen LPIK UMS.
Acara berlangsung sehari dan berupaya merumuskan strategi dakwah untuk menjawab tantangan-tantangan di atas. Acara tersebut diharapkan dapat menguatkan aktivitas dakwah Muhammadiyah amar makruf nahi munkar dan pemberdayaan umat. (fki ums/editor: Fakhrudin)