Ngopi, Udud, dan Tradisi Intelektual
Oleh : Gus Zuhron Arrofi*
PWMJATENG.COM – Bagi sebagian orang, nama Marlborough mungkin masih cukup asing, tapi bagi para wisatawan wisata nama itu cukup dikenal sebagai sebuah benteng peninggalan Inggris. Benteng yang didirikan oleh East India Company (EIC) pada 1713-1719 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Joseph Callet sebagai benteng pertahanan. Posisinya yang dekat dengan laut menunjukkan bahwa bangunan sejarah ini memang dibangun dengan kokoh untuk sebuah pertahanan penglihatan yang melampaui zamannya. Kuatnya konstruksi bangunan menjadikan kemegahannya seperti tak lapuk oleh zaman dan tak lengkang oleh waktu. Berbeda dengan kualitas bangunan hari ini yang baru saja di resmikan bocorannya sudah bikin pusing penghuninya.
Saat berkunjung ke benteng Marlborough di Bengkulu sekitar tahun 2017 saya menemukan naskah menarik tentang salah satu sejarah kopi Nusantara. Meskipun membaca sejarah tentang tradisi kopi dan minum kopi (ngopi) Nusantara bukanlah yang tertua. Pertama kali tradisi ngopi ini lahir pada abad ke 9 di Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Ethiopia yang merupakan bagian dari daratan Afrika Utara. Tempat dimana dulu nabi pernah melakukan hijrah yang pertama kali dalam rangka usaha memperluas dakwah Islam.
Yang mengejutkan dari naskah itu adalah bahwa tradisi ngopi di Nusantara dimulai sekitar abad ke 16 akhir. Ngopi adalah kebiasaan orang elit Eropa khususnya Belanda yang racikannya dihasilkan dari sistem pembatasan masyarakat Nusantara. Dibalik aroma dan kenikmatan secangkir kopi ada jerit tangis dan keringat para pekerja paksa yang harus mempertaruhkan nyawa untuk menyuguhkan kemewahan kopi dan segala kesenangan di dalamnya. Dulu dikenal dengan istilah cup of java, istilah Java atau Jawa tidak sekedar bermakna pulau Jawa, namun seluruh kepulauan Nusantara juga dikenal dengan sebutan Jawa. Salah satu guru Kiyai Dahlan yang tinggal di Makkah namanya adalah Abu Bakar Al Jogjawi Al Jawi yang merupakan orang dekat Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kata Jawa dalam nama itu Merujuk pada pengertian Nusantara secara umum.
Baca juga, Jumat Berkah dan Pengembangan UMKM
Hari ini orang menikmati kopi yang sering disandingkan dengan rokok (udud), orang yang sedang merokok berarti sedang ngudud. Sebuah tradisi masyarakat suku Indian Amerika yang ditujukan untuk ritual pemujaan terhadap dewa dan roh. Tradisi ngudud menjadi mendunia sejak abad 16 ketika para pelaut Eropa membawa tradisi udud ke berbagai penjuru dunia. Nalar modern Eropa yang menjadikan tradisi pemujaan terhadap roh dan dewa menjadi hilang. Sehingga ngudud berubah dari tradisi mistik menjadi tradisi sosial.
Kopi dan udud menjadi sempurna dengan hadirnya percakapan berkelas dari berbagai kalangan. Bahkan dalam jejak sejarah keduanya bisa menghantarkan revolusi sebuah negara. Sebut saja revolusi Italia berawal dari pertemuannya kopi dan udud dalam satu tarikan nafas para pejuang pergerakan. Kaum intelektual America Latin juga menjadikan dua sejoli ini sebagai kawan yang menemani garis-garis perjuangan mereka. Di Indonesia para pejuang revolusi seperti Bung Karno dan lainnya tidak mau ketinggalan untuk menjadikan kopi dan udud sebagai penyempurna ruang-ruang diskusi panjang menuju kemerdekaan.
Tentu ini tradisi baik, duduk berdua sambil ngopi dan ngudud untuk mengurai benang ruwet dan benang kusut menjadi benang merah suatu yang menarik..? Yang penting saat diskusi dilakukan pastikan pesertanya bukan MTCC dan para ulama Tarjih. Karena kalau mereka ikut diskusi belum berlangsung fatwa haram telah disingkirkan.
*Sekretaris Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MKPSDI) PWM Jawa Tengah
Editor : M Taufiq Ulinuha