Di Balik Ketangguhan Emak-Emak Sebagai Relawan Covid-19 Terdapat Cerita Menarik, Berikut Kisahnya!
PWMJATENG.COM, Pekalongan – Di masa mulai lengahnya masyarakat terhadap protokoler kesehatan dan menurunnya kegiatan-kegiatan vaksinasi, para relawan edukasi covid-19 di Kabupaten Pekalongan yang tergabung dalam relawan daerah Risk Communication and Community Engagement (RCCE) Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Kabupaten Pekalongan, menyampaikan keluh kesahnya kepada Koordinator Nasional RCCE MPKU PP Muhammadiyah, saat melakukan kunjungan monitoring dan evaluasi relawan RCCE, Selasa, 15 Maret 2022, di Taman Edukasi Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Kajen, di Dukuh Tanjung Anom, Desa Tanjung Kulon, Kajen, Kabupaten Pekalongan.
Salah satu relawan yang mengungkapkan keluh kesahnya, Ibu Isroatun, dari Desa Tanjungkulon, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, yang menceritakan sulitnya mengedukasi masyarakat untuk mengikuti vaksinasi justru dari suaminya sendiri. Isroatun menuturkan bahwa dirinya adalah relawan, sehingga dirinya meminta kepada suaminya agar ikut memberi contoh.
“Masak istrinya relawan tapi suaminya yang paling bandel tidak mau vaksin, kan lucu,” tutur Isroatun.
Isroatun menyampaikan bahwa suaminya sering mendengar informasi yang tidak benar seperti kalau tidak vaksin itu tidak apa-apa; vaksin itu hanya akal-akalan saja. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Isroatun untuk melakukan edukasi kepada suaminya sendiri hingga sering bertengkar karena perbedaan argumen tersebut.
“Ya Allah Gusti Mas yo, sing jenenge vaksin kuwi (yang namanya vaksin itu) kan usaha kita sebagai manusia ben ojo loro (biar tidak sakit), karena itu kan anjuran dari pemerintah,” tutur Bu Isroatun menceritakan bujukannya kepada suaminya.
Isroatun menceritakan akhirnya suaminya mau melakukan vaksinasi saat anak mereka mau menikah agar bisa menjadi wali nikahnya. Namun karena masih takut dan panik, saat akan vaksin tensi suaminya mencapai 220, sehingga pihak RSUD tidak berani melakukan vaksinasi dan meminta suaminya untuk minum air putih dan istirahat; tetapi tensinya hanya turun menjadi 210, lalu 200. Kini suaminya sudah vaksin, tensinya sudah normal; mungkin sebelumnya sang suami panik karena termakan informasi-informasi hoax.
Baca juga, Refleksikan Milad IMM ke-58, PC IMM Sukoharjo Selenggarakan Berbagai Kegiatan Termasuk Pensi di Malam Puncaknya
Senada dengan Isroatun, relawan dari Desa Nyamok Kecamatan Kajen, Yeti Listianingrum, menceritakan bahwa masyarakat semakin sulit diedukasi untuk mentaati protokol kesehatan karena masyarakat merasa covid-19 sudah tidak ada, sudah aman.
“Dulu setiap warga menyiapkan tempat cuci tangan di depan rumah, tetapi sekarang sudah sirna,” ungkap Yeti.
Terkait dengan edukasi vaksin, Yeti mengungkapkan jika kalangan bapak-bapak, anak-anak muda dan lansia banyak yang belum mau vaksin. Anak-anak muda baru mau melakukan vaksinasi jika vaksin tersebut menjadi persyaratan administrasi untuk bekerja, sedangkan bagi para lansia; mereka akhirnya mau melaksanakan vaksinasi karena takut tidak mendapatkan bantuan.
Menanggapi keluh kesah relawan-relawan tersebut, Koordinator Nasional RCCE MPKU PP Muhammadiyah, Virgo Sulianto Gohardi, mengungkapkan bahwa masukan-masukan dari tim daerah RCCE Kabupaten Pekalongan akan dikoordinasikan ditingkat pusat.
“Memang kerjanya agak berat, kita juga perlu memikirkan apa yang dibutuhkan relawan dan apa yang dibutuhkan masyarakat. Saat masyarakat lengah karena kasusnya menurun, habitnya kita harus tetap konsisten,” tutur Virgo.
Sementara itu, Trainer RCCE MPKU PP Muhammadiyah, Dede Dwi Kurniasih, menyampaikan monitoring dan evaluasi yang dilakukan di RCCE Kabupaten Pekalongan juga sebelumnya dilakukan di Surabaya dan Semarang.
“Pengalaman-pengalaman di lapangan yang dilalui oleh para relawan akan menjadi bahan evaluasi. Kondisi di lapangan membuat para relawan terkadang tidak bisa mengandalkan materi-materi yang kita berikan dan materi-materi yang sudah diketahui para relawan; tetapi kondisi seseorang bisa kita manfaatkan untuk bahan edukasi seperti untuk persyaratan administrasi, untuk masyarakat yang mau menikah dan menjadi wali nikah,” tutur Dede.
Koordinator Daerah RCCE MPKU PP Muhammadiyah di Kabupaten Pekalongan, Ira Septiawati, mengungkapkan bahwa RCCE dibuat MPKU PP Muhammadiyah bekerjasama dengan UNICEF Indonesia dalam upaya meningkatkan intervensi komunikasi risiko dan keterlibatan komunitas dalam dukungan respon Covid-19. Program RCCE bertujuan untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang memakai masker; mencuci tangan dan menjaga jarak dalam rangka mendorong perubahan perilaku baru yang lebih sehat dan aman. Selain mendorong kepatuhan 3M+ yang lebih ketat, RCCE MPKU PP Muhammadiyah juga mendorong kesadaran masyarakat melakukan vaksinasi. (mtu)