Bersama WHO, RS Muhammadiyah dan Aisyiyah adakan Pelatihan Penanganan Covid
PWMJATENG.COM, YOGYAKARTA – Dalam menangani kasus Covid-19, Muhammadiyah dibantu beberapa pihak selama memberikan layanan kesehatan di 84 Rumah Sakit Muhammadiyah dan Asyiyah (RSMA) yang telah ditunjuk. Salah satunya adalah dari organisasi kesehatan dunia (WHO) yang memberikan bantuan pelatihan untuk para tenaga medis dan non medis di 20 RSMA yang telah ditunjuk.
Dua puluh RSMA itu terdiri dari RS PKU Muhammadiyah Mayong Jepara, Kutowinangun Kebumen, Rogojampi Banyuwangi, Sekapuk Gresik, Nanggulan Kulonprogo, Fastabiq Sehat Pati. Ada juga RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta, Babat Lamongan, Ahmad Dahlan Kediri dan RS Muhammadiyah Palembang.
Kemudian RS Islam Jakarta Sukapura, Siti Asyiyah Madiun, Aminah Blitar dan RSI Banjarmasin.RSU Muhammadiyah Bandung Tulungagung, Surya Melati Kediri, RS Asyiyah Ponorogo, RS Padang, RS Universitas Ahmad Dahlan, RS PKIA PKU Muhammadiyah Kotagede.
Corona Rintawan, Manajer Program pelatihan dari Muhammadiyah menyebutkan bahwa pelatihan tersebut diikuti oleh 400 orang peserta. Dan dilaksanakan secara online.
“Pelatihan secara online sudah selesai dilaksanakan sejak bulan Desember 2020 dan diikuti oleh 200 tenaga kesehatan dan 200 tenaga non kesehatan dari 20 RSMA yang ditunjuk,” ujarnya.
Kata Corona pelatihan ini terdiri dari dua macam yaitu manajemen kasus Covid-19 dan manajemen pengendalian serta pencegahan infeksi di rumah sakit. Dengan adanya pelatihan tersebut, pihaknya ingin menaikkan kapasitas karyawan RSMA dalam hal penanganan dan manajemen kasus Covid-19.
“Kami sudah selesai melaksanakan pelatihan yang ditargetkan sebanyak 5 kali dan angka kelulusan mencapai target lebih dari 80%. Saat ini kami menuju tahap supervisi yang dilaksanakan oleh koordinator di masing-masing rumah sakit. Dalam satu bulan ke depan mengumpulkan hasil supervisi tersebut,” ucapnya.
Secara teknis pelatihan tersebut dilakukan dalam satu gelombang yang dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi untuk tenaga kesehatan dan sesi untuk tenaga non kesehatan. Karena sudah pasti berbeda cara pelatihannya
“Pelatihan ini kan bobotnya tentu beda untuk manajemen kasus bagi tenaga kesehatan memang lebih dalam, lebih rinci dan lebih teknis. Sedangkan untuk manajemen kasus untuk tenaga non kesehatan lebih singkat dan ringan,” tambahnya.
“Ditulis oleh Jurnalis Magang – (Tria Isriani)”