Hari Guru, Apakah Hanya Sehari?
Oleh : Roynaldy Saputro
(Guru SMA Muhammadiyah Mayong)
Sebentar lagi, banyak sekolah di Indonesia akan merayakan Hari Guru Nasional. Hari tersebut jatuh pada tanggal 25 November 2019. Agenda hari guru sendiri bermacam-macam bentuk. Ada agenda yang makan bersama guru, membuat acara dan mengistimewakan guru atau sekadar memberi kejutan berupa hadiah kepada seorang guru.
Penentuan hari momentum seperti hari guru adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap profesi guru. Seperti hari-hari momentum yang lain. Satu hari yang digunakan khusus untuk berefleksi, muhasabah dan mengisi kembali semangat sesuai hari momentum yang sudah ditentukan.
Membicarakan hari guru tentu tidak sesederhana apa yang akan kita berikan kepada guru di hari tersebut. Lebih dari itu, yaitu tentang apa yang akan terjadi atau kita berikan setelah pelaksanaan hari guru. Kita tahu, bahwa pendahulu-pendahulu kita yang menjadi tokoh-tokoh ternama sangat menjaga adab dengan gurunya masing-masing.
Salah satu imam madzab yang besar yaitu imam Syafi’i memuliakan gurunya dengan adab yang baik. Ketika hendak belajar beliau selalu mencium tangan gurunya, memberikan salam. Semata-mata untuk kemudahan menuntut ilmu dan interaksi antara guru dan murid. Sebagai tokoh besar misalnya, Soekarno menaruh hormat yang sangat besar kepada H.O.S. Tjokroaminoto. Bapak asrama yang sekaligus mengajarinya ilmu-ilmu sosial ketika menimba ilmu di Surabaya. H.O.S. Tjokroaminoto memberikan inspriasi kepada Soekarno muda untuk selalu membenahi segala keilmuannya dari mulai membaca hingga berpidato.
Menggunakan perspektif murid. Murid adalah seorang manusia yang keberadaannya sering berinteraksi dengan guru. Mungkin 5-6 hari dalam seminggu murid bertemu dengan guru disekolah. Dalam keadaan tersebut, banyak tipe murid yang berinteraksi dengan guru. Mulai dari murid yang menaruh hormat, mengikuti arahan guru hingga kadang ada yang tidak mendengarkan arahan dari guru dan sibuk dengan dunianya sendiri. Lantas pertanyaannya ketika hari guru semua murid bisa bersatu memuliakan guru. Setelah hari guru apakah masih bisa?
Saya disini mengajak kepada semua yang merasa masih menjadi murid. Muliakanlah guru, maka ilmu dari gurumu akan lebih cepat masuk kedalam dirimu. Hormati gurumu, maka sikap hormatmu akan berpengaruh terhadap pandangan guru kepadamu.
Seraya bermuhasabah dalam diri setiap murid, pertanyaan yang akan menjadi renungan kita semua. Akankah sikap kita bisa seperti waktu di hari guru? Atau justru kembali. Disaat hari guru selesai, maka sikap pemuliaan kita terhadap guru juga selesai ?
Semua kembali ke pribadi masing-masing. Disaat era modern menuntut kita untuk berkompetisi. Ada satu hal yang perlu kita perbaiki dalam diri. Yaitu sikap dan tindakan akhlaqul karimah dan adab kita dalam menghadapi jaman, terkhususnya dalam dunia pendidikan. Itu semua dimulai dari sini. Murid mari muliakan guru. Setiap guru mempunyai ilmu. Ilmu itu kita perlu untuk menuju maju. Sehingga selamat masa depan kita, masa depanmu.
Karena ilmu tanpa adab murid hanya akan menjadi senjata yang tanpa tahu apa sasarannya. Dan adab tanpa ilmu akan menjadi senjata yang tahu sasarannya tanpa mempunyai amunisi yang jelas. Maka setelah mempunyai ilmu dan sikap adab. Tugas seorang murid adalah mengamalkan apa yang sudah didapatkan dalam guru. Dengan cara itulah kita bisa memaknai hari guru sesungguhnya.
Hari guru, guru adalah cahaya ditengah kegelapan. Pahlawan tanpa tanda jasa yang perlu kita pahlawankan di hati setiap murid masing-masing. Guru adalah seorang manusia yang selalu mendoakan dan berharap murid-muridnya menjadi orang sukses.
Selamat hari guru, bagiku guruku adalah pahlawanku.