Waktu dan Tata Cara Salat Gerhana

PWMJATENG.COM – Fenomena gerhana matahari dan gerhana bulan selalu menjadi peristiwa langit yang memukau. Dalam pandangan Islam, peristiwa tersebut tidak sekadar fenomena astronomi, melainkan tanda kebesaran Allah SWT. Rasulullah SAW bahkan memberikan contoh ibadah khusus ketika terjadi gerhana, yaitu shalat gerhana.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menegaskan bahwa shalat gerhana, baik shalat kusuf (gerhana matahari) maupun khusuf (gerhana bulan), termasuk sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan. Landasannya bersumber dari hadis-hadis sahih yang menegaskan praktik Rasulullah SAW.
Dalil Shalat Gerhana
Hadis-hadis berikut menjadi dasar kuat disyariatkannya shalat gerhana:
- Dari Aisyah r.a., Rasulullah SAW menjaharkan bacaan shalat gerhana, melaksanakan empat kali rukuk dan empat kali sujud dalam dua rakaat. (HR al-Bukhari dan Muslim)
- Dari al-Mughirah bin Syu‘bah r.a., Rasulullah SAW menegaskan bahwa gerhana tidak terkait dengan hidup atau wafatnya seseorang, melainkan tanda kebesaran Allah. Karena itu, umat diperintahkan berdoa dan melaksanakan shalat hingga gerhana selesai. (HR al-Bukhari)
- Dari Abu Mas‘ud r.a., Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, tetapi keduanya adalah tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihatnya, berdirilah dan kerjakan shalat.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Hadis pertama merupakan sunnah fi‘liyyah (contoh perbuatan Nabi), sedangkan hadis kedua dan ketiga tergolong sunnah qauliyyah (sabda Nabi). Keduanya memperkuat bahwa shalat gerhana adalah ibadah khusus.
Istilah Kusuf dan Khusuf
Dalam pembahasan fikih, istilah kusuf digunakan untuk gerhana matahari, khusuf untuk gerhana bulan, sedangkan kusufain merujuk pada keduanya. Pemahaman istilah ini penting karena sering muncul dalam literatur fikih.
Tata Cara Shalat Gerhana Menurut Tarjih Muhammadiyah
- Seruan Awal
Shalat gerhana tidak diawali azan maupun iqamah, melainkan seruan “Ash-shalātu jāmi‘ah” (marilah kita shalat berjamaah). - Rukun dan Urutan Shalat
Shalat dikerjakan dua rakaat, masing-masing dengan dua kali rukuk dan dua kali sujud. Rinciannya:- Takbiratul ihram, doa iftitah, al-Fatihah, dan surat panjang dengan jahr.
- Rukuk lama, kemudian i‘tidal.
- Berdiri lagi, membaca al-Fatihah dan surat panjang (lebih pendek dari sebelumnya).
- Rukuk kembali, i‘tidal, lalu sujud dua kali.
- Rakaat kedua dilakukan dengan pola serupa, kemudian salam.
- Bacaan dalam Shalat
Nabi SAW membaca surat panjang, seperti al-Baqarah atau yang setara, lalu pada berdiri kedua bacaan lebih pendek. - Khutbah Setelah Shalat
Imam menyampaikan khutbah sekali setelah salam dengan isi berupa pujian kepada Allah, penegasan bahwa gerhana bukan karena kelahiran atau kematian seseorang, serta seruan memperbanyak doa, istighfar, dzikir, dan sedekah.
Baca juga, Muhammadiyah, Wahabi, dan Pentingnya Literasi dalam Memahami Gerakan Islam
Imam asy-Syafi‘i menegaskan setiap berdiri dalam shalat gerhana harus disertai bacaan al-Fatihah dan surat panjang. Ulama Maliki dan Hanbali juga menekankan hal serupa. Ibnu Qudamah menambahkan bahwa al-Fatihah tidak boleh ditinggalkan. Kesepakatan ini menunjukkan shalat gerhana memiliki kekhususan dibanding shalat sunnah lainnya.
Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana
Shalat gerhana dikerjakan sejak awal hingga gerhana selesai. Jika gerhana berakhir saat shalat masih berlangsung, shalat diteruskan dengan memperpendek bacaan. Tidak ada qadha setelah gerhana berakhir.
Siapa yang Disyariatkan Shalat Gerhana?
Shalat gerhana diperuntukkan bagi mereka yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kamu melihatnya, maka shalatlah.” Ibn Taimiyyah menegaskan shalat hanya dilakukan ketika benar-benar terjadi gerhana. Baik laki-laki maupun perempuan dianjurkan hadir dalam shalat ini.
Hikmah Shalat Gerhana
Shalat gerhana memiliki hikmah yang mendalam, di antaranya:
- Meneguhkan tauhid dan keyakinan bahwa fenomena alam merupakan tanda kebesaran Allah.
- Menjadi sarana muhasabah dengan memperbanyak doa, dzikir, dan amal kebajikan.
- Melatih kesabaran melalui bacaan panjang, rukuk lama, dan sujud lama.
- Membangun kesadaran sosial melalui seruan khutbah untuk memperbanyak sedekah.
Gerhana Bulan Total 7 September 2025
Fenomena gerhana bulan total akan terjadi pada Ahad malam Senin, 7 September 2025, mulai pukul 22.28 WIB, mencapai puncak pada 01.11 WIB, dan berakhir pada 03.55 WIB.
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengimbau warga Muhammadiyah melaksanakan shalat khusuf di masjid atau lapangan, serta menjadikannya sebagai momentum edukasi astronomi, dakwah, dan penguatan ukhuwah Islamiyah.
Ikhtisar
Shalat gerhana merupakan tuntunan langsung Rasulullah SAW yang dikerjakan dua rakaat dengan empat rukuk dan empat sujud. Ibadah ini dilaksanakan selama gerhana berlangsung, tanpa azan dan iqamah, kemudian ditutup dengan khutbah singkat.
Fenomena gerhana mengingatkan bahwa matahari dan bulan hanyalah makhluk Allah SWT yang tunduk kepada-Nya. Karena itu, setiap Muslim dianjurkan menjadikan peristiwa ini sebagai sarana memperkuat tauhid, memperbanyak doa, dzikir, istighfar, serta amal kebajikan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha