KHGT Siap Satukan Umat Islam Dunia, Muhammadiyah Luncurkan Software Kalender Hijriah Global!
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melalui Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) kembali menggelar Kajian Tarjih yang membahas tema krusial: Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Acara yang dilaksanakan secara daring pada Selasa (8/9) ini menghadirkan Ruswa Darsono, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Tengah, sebagai narasumber utama.
Dalam pemaparannya, Ruswa menjelaskan bahwa KHGT adalah sistem kalender hijriah berbasis hisab yang dirancang untuk menyatukan penanggalan umat Islam di seluruh dunia. Ia menekankan bahwa sistem ini bertujuan menghilangkan perbedaan penentuan awal bulan seperti Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah yang selama ini terjadi karena perbedaan metode dan batas wilayah rukyat.
“Bayangkan umat Islam dari Selandia Baru hingga Alaska memulai tanggal hijriah yang sama, seperti halnya kalender masehi,” ujar Ruswa dengan antusias.
KHGT telah ditanfidzkan secara resmi oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 2025 sebagai hasil dari Musyawarah Nasional Tarjih ke-32 di Pekalongan. Sistem ini mengusung pendekatan ilmiah falakiyah dengan kriteria hisab global berdasarkan parameter geosentris. Adapun parameter utama KHGT mencakup elongasi minimal 8 derajat dan ketinggian hilal setidaknya 5 derajat.
Menurut Ruswa, penggunaan hisab memungkinkan penjadwalan kalender hingga ratusan tahun ke depan dengan akurasi tinggi. “Ini satu-satunya metode yang ilmiah, praktis, dan berkelanjutan dalam konteks global,” ujarnya.
Baca juga, Jika Al-Qur’an Bukan Mukjizat, Mengapa Tak Ada yang Bisa Menandinginya?
Ia juga mengungkapkan bahwa ide KHGT sejatinya bukan hal baru. Konsep ini telah dicetuskan sejak tahun 1939 oleh Syekh Ahmad Muhammad Syakir dan terus dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Muhammad Ilyas, Nidal Qassoum, hingga Jamaluddin Abdul Raziq. Model KHGT yang diadopsi Muhammadiyah saat ini mengacu pada hasil konferensi Turki tahun 2016 yang dihadiri oleh 18 negara, termasuk Indonesia.
KHGT menetapkan bahwa satu bulan hijriah tidak boleh lebih dari 30 hari dan tidak kurang dari 29 hari. Bulan baru hanya ditetapkan setelah terjadi ijtimak atau konjungsi bulan. Dengan model ini, perbedaan puasa Arafah dan waktu wukuf di Arafah diharapkan tidak terjadi lagi.
Untuk mendukung penerapan KHGT, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah telah mengembangkan software berbasis Python yang kini dalam tahap penyempurnaan. Aplikasi ini mampu menyusun kalender hijriah hingga 300 tahun ke depan dan dirancang untuk kompatibel dengan berbagai platform seperti Android, Windows, dan MacOS.
“Software ini mengintegrasikan data ephemeris dari Skyfield NASA dan dilengkapi peta interaktif serta parameter validasi seperti garis bujur, elongasi, dan batas benua,” jelas Ruswa. Ia menyebut peluncuran resmi aplikasi ini akan dilakukan dalam waktu dekat.
Lebih dari sekadar sistem kalender, KHGT dinilai sebagai bagian dari upaya besar Muhammadiyah dalam menyatukan umat Islam melalui pendekatan ilmiah dan kesepakatan global. Ruswa mengajak warga Muhammadiyah agar taat pada keputusan tarjih meskipun mungkin berbeda dengan pandangan pribadi masing-masing.
Ia juga menyampaikan bahwa saat ini sudah mulai bermunculan aplikasi zakat dan kalender ibadah global yang mengadopsi sistem KHGT. Dengan standardisasi ini, ibadah seperti Idulfitri, Iduladha, dan puasa Arafah dapat dilakukan secara serentak di seluruh dunia.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
