Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina
Seri 8: Kebijakan Keamanan di Palestina
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Pagi itu, suasana di lobi hotel terasa lebih tegang dari biasanya. Beberapa jamaah sudah siap dengan pakaian yang rapi, tetapi wajah mereka menunjukkan keraguan. Kabar terbaru yang beredar pagi ini membuat semua orang waspada: situasi di sekitar Masjid Al-Aqsa sedang tidak stabil.
Arif duduk di sofa sambil membaca berita dari ponselnya. “Ada peningkatan pengamanan di beberapa titik di Kota Tua. Beberapa jalan menuju Al-Aqsa sempat ditutup sementara.”
Farhan, tour leader mereka, mencoba menenangkan rombongan. “Saya sudah berkoordinasi dengan pihak keamanan setempat. Situasi masih terkendali, tapi kita perlu berhati-hati.”
Pak Rahmat, yang kemarin sempat gelisah soal ketimpangan sosial di Palestina, kini kembali angkat suara. “Kalau begitu, kita harus mempertimbangkan ulang perjalanan hari ini. Keselamatan lebih penting.”
“Betul, Pak,” sahut salah satu jamaah lainnya. “Jangan sampai kita berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.”
Namun, ada juga yang tetap ingin melanjutkan perjalanan. “Bukankah kita sudah sampai sejauh ini?” ujar seorang ibu paruh baya. “Kita datang ke sini untuk beribadah. Selama masih bisa, kenapa harus mundur?”
Farhan dan Arif saling berpandangan. Ini bukan keputusan yang bisa diambil dengan mudah. Jika mereka tetap berangkat, ada risiko yang harus dihadapi. Namun, jika mereka membatalkan, bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir bagi beberapa jamaah untuk mengunjungi tempat suci tersebut.
Akhirnya, Farhan mengambil keputusan. “Saya akan menghubungi pemandu lokal untuk memastikan jalur yang aman. Jika kondisi memungkinkan, kita tetap berangkat dengan langkah-langkah keamanan ekstra. Namun, bagi yang merasa tidak nyaman, kami akan menyediakan alternatif perjalanan.”
Baca juga, Penetapan Awal Puasa 2025 Gunakan Kriteria Wujudul Hilal, Majelis Tarjih: Muhammadiyah Matangkan Kalender 1447 Hijriah
Keputusan itu diterima dengan beragam reaksi. Sebagian lega karena masih punya pilihan, sementara yang lain tetap merasa cemas.
Setelah mendapat konfirmasi dari pemandu lokal bahwa jalur menuju Al-Aqsa aman untuk dilalui, rombongan yang ingin tetap melanjutkan perjalanan bersiap-siap. Beberapa jamaah memilih untuk tetap di hotel dan beribadah di sekitar area yang lebih aman.
Saat perjalanan dimulai, atmosfer dalam bus terasa lebih hening. Tidak ada lagi canda ringan seperti kemarin. Setiap orang larut dalam pikirannya masing-masing.
Ketika mereka tiba di salah satu pintu masuk ke Masjid Al-Aqsa, beberapa petugas keamanan tampak berjaga dengan ketat. Proses pemeriksaan lebih panjang dari sebelumnya, tapi akhirnya mereka diperbolehkan masuk.
Begitu melewati gerbang, keindahan dan ketenangan Masjid Al-Aqsa kembali menyelimuti mereka. Suasana yang sempat menegangkan sedikit mereda, tergantikan oleh rasa syukur bisa kembali menginjakkan kaki di tempat suci ini.
Namun, Arif masih merasa ada sesuatu yang mengganjal. Dia melihat beberapa petugas berbicara dengan ekspresi serius. Seperti ada sesuatu yang mereka waspadai.
Di dalam hatinya, dia bertanya-tanya, “Apakah keputusan ini benar? Atau kita sedang berjalan di atas batas tipis antara keberanian dan kebodohan?”
Bersambung ke seri 9: Perselisihan Internal
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha