Stop Ghibah!
Oleh : Naufal Abdul Afif*
PWMJATENG.COM – Mengghibah yaitu membicarakan keburukan orang lain, atau sering disebut dengan “gossip” merupakan perilaku buruk yang dilarang oleh agama, namun faktanya hal ini umum terjadi dalam masyarakat. Namun demikian, di balik kebiasaan perilaku tersebut, terdapat bahaya dan dampak negatif yang serius yang dapat merusak hubungan, reputasi, dan perasaan mental.
Menghibah tentang orang lain sering kali menciptakan ketidakpercayaan dan ketegangan dalam hubungan Personal. Orang yang menyadari bahwa mereka menjadi bahan pembicaraan negatif cenderung merasa dikhianati dan kehilangan kepercayaan terhadap orang yang menghibah. Parahnya sering kali orang yang membicarakan keburukan orang lain kepada kita dan kita mau dengan seksama mendengarkan atau menanggapi ghibah tersebut, lain waktu kitalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
Menghibah menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak nyaman di mana setiap orang merasa rentan terhadap serangan verbal (black campaign) atau penilaian negatif dari yang lain. Kebiasaan seperti ini akan memperburuk komunikasi dan senantiasa meninggalkan perasaan suuzan.
Bagi orang yang menjadi sasaran pembicaraan negatif, dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius, termasuk stres, kecemasan, dan depresi. Hal ini juga dapat merusak harga diri dan citra diri seseorang. Sering kali, informasi yang diketahui hanya sebagian disampaikan dalam proses menghibah, yang dapat menyebabkan distorsi fakta dan realitas. Orang yang mendengarkan gosip mungkin membentuk pandangan yang tidak akurat tentang orang yang dibicarakan.
Baca juga, Mengisi Bulan Ramadan dengan Semangat Fastabiqul Khairat
Menghibah menyebarkan energi negatif di sekitar kita. Ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat di tempat kerja, sekolah, atau komunitas, di mana orang merasa tidak nyaman dan tidak dihargai. Menghibah dapat merusak reputasi seseorang secara tidak adil. Informasi yang disampaikan dalam gosip sering kali tidak diverifikasi dan dapat menyesatkan orang lain tentang karakter dan perilaku seseorang.
Ketimbang Menghabiskan waktu dan energi untuk menghibah, Lebih baik fokus pada perkembangan diri sendiri atau membangun koneksi yang positif dengan orang lain. Penting bagi kita untuk menghindari terjerumus dalam praktik ini dan memilih untuk berbicara dengan kebaikan, menghargai privasi orang lain, dan membangun lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan bersama. Dengan demikian, kita dapat menciptakan komunitas yang lebih baik, di mana saling menghormati dan saling mendukung adalah nilai yang dijunjung tinggi.
Penulis ingin menutup tulisan ini dengan mengutip perkataan Socrates seorang filsuf Yunani kuno. Pak Socrates pernah berkata, “Orang-orang level atas membicarakan ide-ide. Orang-orang level menengah membicarakan peristiwa. Sedangkan orang-orang level bawah membicarakan orang lain.”
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. (QS. Al-Hujurat : 12)
“Barang siapa menahan ghibah terhadap saudaranya, maka Allah akan menyelamatkan wajahnya dari api neraka kelak pada hari kiamat.” (HR Tirmidzi)
“Ketika saya dimikrajkan, saya melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga sedang mencakar wajah dan dada mereka. Saya bertanya: ‘Siapakah mereka ini wahai Jibril? Jibril menjawab: Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (gibah) dan melecehkan kehormatan mereka’.” (HR. Abu Daud No. 4878, sahih)
*Ketua Umum PC IMM Kendal
Editor : M Taufiq Ulinuha