PTMA Al-Ma’un (II)

PTMA Al-Ma’un (II)
Oleh : Ikhwanushoffa (Manajer Area Lazismu Jawa Tengah)
PWMJATENG.COM – “Pada masa KH Ahmad Dahlan, dan generasi awal, Muhammadiyah mendirikan sekolah untuk melayani masyarakat menengah bawah dengan biaya murah, bahkan gratis. Namun, sekarang pemerintah telah mengadopsi semangat teologi Al-Ma’un Muhammadiyah dengan memberikan layanan pendidikan gratis bagi mereka yang kurang mampu.” (Dodok, 2024). Sebuah uraian yang sangat menarik dan pas dari Sekretaris PWM Jawa Tengah.
Dahulu, AUM kita laku keras karena berbasis masalah. Muhammadiyah hadir dalam rangka menyelesaikan problem yang saat itu terjadi di masyarakat. Sehingga kehadirannya amat dibutuhkan. Bila puluhan atau ratusan tahun kemudian AUM kita sudah tidak laku, maka bisa dipastikan kehadirannya sudah tidak solutif. Langkah selanjutnya cuma dua, berani berubah sesuai definisi baru problem saat ini, atau bila tidak mampu tutup AUM-nya. Jangan terjebak romantisme atau ambisi ingin punya AUM seperti masa lalu atau seperti tempat lain tetapi hanya menjadi beban yang tak ketulungan.
Baca juga, PTMA Al-Ma’un (I)
Ketika Anies jadi Gubernur DKI, dia memantau tiap kelas UTBK Kampus negeri di areanya. Bagi yang tidak terpenuhi akan diisi anak-anak muda setempat yang kurang mampu. Gratis. Pemprov hanya membantu uang saku saja. Pemprov tidak merugikan kampus, karena kelas terisi penuh ataupun tidak, biaya operasionalnya sama. Coba bayangkan, bila seluruh kampus negeri diberlakukan seperti itu. Seluruh kelas mereka akan penuh. Lalu, bagaimana nasib PTMA kita? Bila tak segera mawas diri, sepertinya kedepan akan makin tak dibutuhkan masyarakat.
Kuncinya tinggal bagaimana PTMA tetap dibutuhkan masyarakat. Solusinya, alokasikan tiap kelas sebesar 30-40% untuk bebas biaya namun ikatan dinas. Semangatnya tentu dari Al-Ma’un. Sedemikian sehingga semangat, heroisme, pengabdian, pengorbanan, kembali berkobar di Persyarikatan. Wallaahu a’lam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha