Muhammadiyah Sudah Berjuang Jauh Sebelum Indonesia Merdeka, Sofyan Anif: Sejarah Tak Bisa Dipungkiri
PWMJATENG.COM, Semarang – Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Sofyan Anif, menegaskan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah hadiah instan yang datang begitu saja, melainkan hasil dari proses panjang yang penuh pengorbanan.
“Kita sebagai bangsa Indonesia harus tahu bahwa kemerdekaan ini bukan suatu hal yang datang tiba-tiba. Itu melalui proses perjuangan panjang yang dilakukan para tokoh, ulama, dan seluruh rakyat Indonesia. Mereka berkorban bukan hanya jiwa dan raga, tetapi juga harta demi mencapai kemerdekaan,” ujarnya, Jumat (17/8).
Menurutnya, pada perayaan HUT RI ke-80 ini, tidak ada kata lain selain mensyukuri nikmat Allah SWT. Ia meyakini, rasa syukur tersebut akan menambah keberkahan bagi bangsa Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Madiun itu mengungkapkan bahwa kelahiran Muhammadiyah terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka. Organisasi yang berdiri pada 1912 ini telah berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan.
“Bangsa kita berumur 80 tahun, sedangkan Muhammadiyah sudah berdiri lebih dari satu abad. Sejarah membuktikan Muhammadiyah banyak berkontribusi melalui para tokoh dan ulama. Bahkan, dalam penetapan Pancasila sebagai dasar negara, banyak tokoh pejuang berasal dari Muhammadiyah,” jelasnya.
Baca juga, Membaca Fenomena Tirakatan Jelang 17 Agustus di Tengah Masyarakat
Sofyan Anif mencontohkan peran Ki Bagus Hadikusumo, salah satu tokoh Muhammadiyah yang berkontribusi besar dalam proses perumusan Pancasila. Ki Bagus, kata dia, mengusulkan penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta yang kemudian menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Menurutnya, langkah Ki Bagus itu sangat visioner. “Usulan tersebut menunjukkan Muhammadiyah telah berpikir jauh ke depan, mempertimbangkan kondisi bangsa yang majemuk. Pengurangan itu dilakukan demi memperkuat persatuan NKRI yang terdiri atas beragam suku, ras, dan agama,” paparnya.
Selain itu, Sofyan Anif menekankan bahwa eksistensi Muhammadiyah kini telah diakui dunia. Gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang diusung Muhammadiyah, menurutnya, memberikan kontribusi nyata bagi peradaban.
“Muhammadiyah adalah organisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang selalu memberikan nilai kebaruan, baik dalam kehidupan beragama maupun berbangsa. Eksistensinya diakui tidak hanya di Indonesia, tetapi juga oleh dunia,” tuturnya.
Ia menambahkan, semangat juang yang diwariskan para tokoh pendahulu harus menjadi inspirasi generasi muda Muhammadiyah. “Kita harus menjaga nilai-nilai perjuangan itu, menguatkan persatuan, dan terus berkontribusi demi kemajuan bangsa,” pungkasnya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
