Mencari Circle Positif Melalui Muhammadiyah
Oleh: Adam Aryo Gumilar*
PWMJATENG.COM – Kegiatan membaca merupakan tradisi yang terus kami lestarikan dalam kesederhanaan keluarga kami. Mulai dari bapak, ibu, adik dan tentu saja saya sendiri. Secara sadar kami sekeluarga menanam komitmen sekaligus membuat peraturan tidak tertulis untuk mengisi waktu luang setiap anggota keluarga dengan membaca.
Tradisi membaca keluarga kami sudah ada sejak saya belum berdikari, sampai saat ini bisa jajan sepuasnya menggunakan hasil kerja sendiri. Pekan ini saya tengah merampungkan membaca sebuah buku yang berjudul “Big Potential: How Transforming the Pursuit of Success Raises Our Achievement, Happiness, and Well-Being” karya Shawn Achor seorang motivator berkebangsaan Amerika lulusan Harvard.
Saya tertarik membaca buku ini setelah salah seorang senior sekaligus mentor saya Heriwanto yang juga ketua Majelis Pembinaan Kader Muhammadiyah Wonogiri, merekomendasikan. Dia bilang kepada saya kalau buku ini bagus dan kamu wajib membacanya.
Salah satu bagian menarik dalam buku ini adalah teori tentang tiga tipe orang atau circle pergaulan yang akan mendukung kita meraih kesuksesan, antara lain :
Pertama, tipe pilar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pilar dapat diartikan sebagai tiang penguat atau penyangga. Tipe pilar artinya orang atau circle pergaulan yang solid yang rela berkorban dan akan meninggalkan segalanya untuk menawarkan dukungan untuk kita berani melangkah, menjadi penguat ketika kita sedang rapuh dan penyangga ketika kita tengah kesulitan bangkit dari keterpurukan. Mereka merupakan orang-orang yang ikhlas berteman dengan kita dan membantu tanpa syarat.
Kedua, tipe jembatan. Sering diartikan sebagai penghubung antara tempat satu ke tempat yang lain dengan orang dan/atau sumber daya baru di luar grup kita saat ini. Inilah orang-orang yang mengundang kita ke sebuah komite atau memperkenalkan kita pada kontak baru.
Ketiga, tipe extenders. Merupakan tipe pemberi pengaruh positif yang mendorong kita keluar dari zona nyaman untuk mengambil jalan bertumbuh menjadi pribadi besar dan memiliki nilai manfaat luas.
Muhammadiyah dalam Pergaulan
Kehadiran Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang moderat dan reformis namun sebagai gerakan Islam tetap berpegang kuat pada Al-qur’an dan Sunnah. Menjadi sangat populer dan berhasil menarik simpati di banyak kalangan masyarakat di Indonesia dari awal abad 20 sampai sekarang.
Terus apa kaitannya dengan buku serta teori Shawn Achor tentang pertemanan yang saya baca? Ya, saya mencoba menarik teori itu pada kehidupan nyata yang sedang saya jalani. Akan saya mulai dengan menyampaikan pernyataan jika saya saat ini tengah berupaya mendedikasikan dari untuk aktif berMuhammadiyah, khususnya di pimpinan daerah Muhammadiyah Wonogiri.
Saya mulai aktif dan benar-benar bersemangat memainkan peran sebagai aktivis dakwah di Muhammadiyah, lebih tepatnya ketika saya dipertemukan dengan lingkaran pergaulan yang menerima saya sebagai manusia sepenuhnya.
Maklum saya memiliki riwayat kurang menyenangkan. Sejak kecil sampai remaja, saya salalu menjadi korban perundungan dalam lingkungan pergaulan. Bahkan keberadaan saya di antara teman-teman tidak lebih sebagai orang tidak berguna dan selalu diposisikan sebagai manusia rendahan.
Hadirnya wajah-wajah baru dikemudian hari yang dengan suka cita mengulurkan tangan kepada saya, selalu memberikan motivasi, ringan kata nasihat. Apalagi sebagian dari mereka lalu mengajak saya untuk aktif terlibat dalam kegiatan penting dan menentukan hajat hidup banyak orang. Tentu menjadi anugerah yang Allah hadirkan untuk terus saya rawat dan syukuri.
Baca juga, Komitmen Lazismu Jawa Tengah Terapkan Standar Internasional ISO 9001:2015
Sebagian dari wajah-wajah itu saya dapati dalam circle pergaulan di Muhammadiyah Wonogiri. Bahkan sebagian dari senior di Muhammadiyah sudah saya anggap sebagai kakak bahkan orang tua sendiri.
Mereka tidak hanya menerima kehadiran saya, bahkan juga memberi panggung untuk saya dapat menyampaikan pendapat. Mereka selalu menyediakan ruang untuk saya dapat mengeksplorasi praktik kerja-kerja kebermanfaatan. Saat saya mulai gusar dengan masalah kehidupan, mereka hadir dengan membawa makanan, menenangkan dan menuntun untuk bangkit dan meraih apa yang sudah seharusnya saya dapatkan.
Saya menemukan tiga tipe circle pergaulan yang sama dengan apa yang Shawn Achor katakan dalam bukunya. Ya, saya menemukan pilar itu, orang-orang yang hadir sebagai penguat. Tidak hanya penguat moral, bahkan mereka rela mengesampingkan kepentingan pribadi mereka untuk kepentingan pribadi saya.
Mereka juga sebagai jembatan, hadir memberikan banyak masukan dan arahan. Tidak mengenal waktu malam, dini hari maupun siang. Entah kenapa mereka secara sadar selalu mendahului menanyakan kabar. Tidak sungkan mereka memperkenalkan saya pada jejaring yang mereka miliki semata untuk memberi peluang manifestasi bisnis agar saya bisa berdikari. Mereka tidak pelit wawasan, mereka tidak sungkan mengajak saya untuk bermitra bahkan mencarikan mitra-mitra baru.
Mereka masuk dalam kehidupan saya sebagai extenders. Setiap kami berkumpul untuk merumuskan banyak hal. Menyelaraskan misi dakwah atau dalam setiap kami berkumpul wedangan di angkringan sambil ketawa-ketiwi menceritakan kehidupan. Banyak hal-hal positif yang menggugah nalar saya untuk selalu tumbuh dan berkembang. Kehadiran mereka lebih dari sekedar teman, melainkan merangkap sebagai mentor atau guru yang ikhlas membimbing.
Saya jadi teringat dengan tema milad Muhammadiyah ke-106. Milad yang dilaksanakan di Solo mengusung semangat ta’awun atau tolong-menolong dalam kebaikan seluruh elemen bangsa. Ta’awun adalah prinsip Islam yang mengajarkan pada perbuatan tolong-menolong antar sesama yang didasari nurani dan semata-mata mencari rida Allah Swt. Ternyata komitmen ta’awun itu masih ada, dan akan terus ada. Asalkan masih ada yang mau merawat dalam dimensi laku dan budaya hidup dalam kehidupan.
*Sekretaris MPKSDI PDM Wonogiri
Editor : M Taufiq Ulinuha