MCCC Jateng dan Covid-19
Oleh Khafid Sirotudin*
Tidak membutuhkan waktu lama, setelah pemerintah menyatakan Indonesia berada dalam status wabah pandemi Covid-19, PP Muhammadiyah segera meluncurkan Maklumat No. 02/MLM/I.O/H/2020 tentang Wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dengan membentuk MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center) yang bertugas mengkoordinasikan dalam pelaksanaan program dan aksi penanganan Covid-19.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan wabah tersebut sebagai ‘kejadian luar biasa’ yang harus ‘segera dilakukan pencegahan dan tindakan sungguh-sungguh, masif dan terkoordinasi dengan baik.’ Muhammadiyah juga mendorong pemerintah agar melibatkan semua pihak untuk bersinergi, gotong royong dan bekerjasama disertai langkah sosialisasi dan kebijakan yang terbuka, jujur, adil dan komprehensif.
Komitmen dan sejarah panjang Muhammadiyah dalam menjalankan aksi nyata kemanusiaan telah melampaui zaman, sejak dibentuknya PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dan diresmikannya RS Muhammadiyah pertama kali tahun 1920. Relawan dan kader kesehatan Muhammadiyah (medis dan paramedis) telah memiliki pengalaman historis menghadapi berbagai wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia, antara lain: pes, kusta, cacar, malaria, kolera, TBC, DBD dan influenza. Termasuk menghadapi wabah flu burung yang beberapa tahun lalu kita alami bersama dan alhamdulillah kita sukses melewatinya. Yakni pada saat menteri kesehatan dijabat oleh ibu dr. Hj. Siti Fadhilah Supari, salah satu kader terbaik Muhammadiyah dalam bidang kesehatan.
MCCC dibentuk di tingkat Pimpinan Pusat, Wilayah (provinsi), Daerah (kabupaten/kota) bahkan Cabang (Kecamatan) se Indonesia. MCCC melibatkan hampir sebagian besar majlis dan lembaga persyarikatan (departemen), Ortom (Organisasi Otonom Muhammadiyah), dan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) di berbagai bidang kesehatan, pendidikan sosial dan filantropi.
Kami yakin peran serta dan aksi nyata MCCC selama setahun lebih dalam membantu rakyat dan pemerintah menghadapi pandemi Covid-19, telah dirasakan kehadiran dan manfaatnya oleh sebagian besar umat dan rakyat Indonesia.
MCCC Jateng
Berdasarkan maklumat PP tersebut, maka PW Muhammadiyah bertindak cepat dan tepat membentuk MCCC Jawa Tengah, yang sekretariatnya berada di kantor PWM Jateng, Jalan Singosari 33 kota Semarang. Apalagi Muhammadiyah Jateng paling banyak memiliki AUM bidang kesehatan se Indonesia (Rumah Sakit, Klinik Pratama, RB/BP, Fakultas Kedokteran/KG/Farmasi PTM, Stikes/Akper/Akbid/dll). Muhammadiyah Jateng mengelola rumah sakit berbagai tipe, klinik pratama dan Rumah Bersalin yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
Tak ketinggalan peran LPB-MDMC (Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah/Muhammadiyah Disaster Management Center), yang memiliki banyak SDM terlatih dalam menangani bencana di berbagai daerah, provinsi sampai negara tetangga. Saat inipun sebagian relawan MDMC masih berada di lokasi bencana Sulawesi, Kalimantan dan NTT sampai tahap rekonstruksi dan rehabilitasi sosial ekonomi masyarakat setempat pulih kembali. Biasanya selama 1 tahun tim MDMC berada di lokasi gempa yang parah.
MDMC membentuk satuan khusus Tim Kamboja MDMC, sebagai tim khusus relawan pemakaman jenazah terinfeksi Covid-19. Masing- masing MDMC kab/kota membentuk Tim Kamboja, khususnya yang di wilayahnya berdiri RSMA (Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah) dan menyediakan layanan bangsal khusus untuk penderita Covid-19. Sebelum bekerja Tim Kamboja dibekali pengetahuan dan SOP pemakaman sesuai prokes. Satu tim sekurang-kurangnya terdiri dari 6-8 relawan.
Di beberapa kota dan kabupaten se Jateng Tim Kamboja MDMC seringkali menjadi andalan masyarakat setempat, RSU (diluar RSMA) dan pihak keluarga yang anggotanya meninggal dunia terpapar covid. Tim Kamboja MDMC memakamkan jenazah korban Covid-19 penuh dedikasi tinggi menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang beradab. Tanpa membedakan suku, ras/etnis, golongan dan agama. Sebagaimana viral foto dan video di medsos beberapa hari lalu, ketika Tim Kamboja MDMC Kudus dan Sragen sedang memakamkan umat Nasrani yang terinfeksi Covid-19.
Menyiapkan rumah sakit khusus untuk menghadapi wabah tentu tidak semudah yang dibayangkan kebanyakan orang. Setiap RSMA harus menyiapkan “ruang khusus, perlengkapan dan alkes yang memadai, obat-obatan dan logistik, tenaga medis, paramedis dan tenaga penunjang lain yang dibutuhkan serta anggaran operasional khusus” untuk bangsal, ruang ICU dan biaya operasional RS lainnya. Tidak semua tenaga kesehatan bisa dilibatkan, karena pelayanan kesehatan umum/spesialis bagi masyarakat lainnya tetap harus berjalan. Baik itu rawat jalan maupun rawat inap.
Bangsal khusus RSMA untuk darurat Covid membutuhkan tenaga kesehatan (nakes) yang berkualitas mumpuni (terampil, cekatan, berintegritas unggul dan tersertifikasi); memenuhi jumlah/kuantitas yang dibutuhkan (rasio nakes dengan BOR/bed occupancy ratio); aksesibilitas dan mobilitas (jarak dan waktu tempuh dari tempat tinggal nakes ke RS, penginapan nakes); kondisi nakes (fisik, psikis, mental, spiritual, sedang hamil/menyusui, dll). Dengan kata lain, penyediaan nakes RSMA se Jateng untuk menangani pasien Covid-19 musti disesuaikan dengan situasi, kondisi, toleransi, pantauan dan jangkauan masing-masing RS. Dan alhamdulillah secara bertahap dan relatif cepat, saat ini terdapat 38 RSMA se Jateng yang telah mampu melayani puluhan ribu pasien Covid-19.
Semua pasien yang datang ke RSMA wajib menaati prokes dan pasti dilayani secara optimal. Baik pasien datang dalam kondisi sakit ringan, sedang, berat dan parah. Untuk pasien yg meninggal di RSMA-pun sudah disiapkan tim pemulasaraan/perawatan jenazah selama 24 jam (dibagi 3 shift : pagi-siang- malam).
Bagaimana dengan pemakaman jenazah terpapar Covid-19? Kebetulan secara pribadi, kami pernah membersamai Tim Kamboja MDMC Kendal melakukan pemakaman dini hari di salah satu desa kecamatan Weleri. Mini genset untuk penerangan listrik atau lampu bertenaga accu kering yang sangat dibutuhkan pada proses pemakaman malam/dini hari, telah menjadi perlengkapan standar tim.
Kondisi makam di desa pada saat malam, pada umumnya gelap gulita, akibat tidak adanya lampu penerangan di dalam makam. Prinsip lebih cepat lebih baik untuk pemakaman jenazah terinfeksi Covid-19, menjadi sesanti Tim Kamboja MDMC. Asalkan pekerja penggali tanah kuburan ada dan sanggup membuat lubang pemakaman, maka jam berapapun tim Kamboja MDMC siap melaksanakan tugasnya.
Semangat kader, relawan dan nakes Muhammadiyah dalam melayani dan menyelamatkan nyawa seseorang, baik di RSMA atau di daerah bencana semata-mata dilandasi niat tulus menjalankan perintah agama, mengamalkan nilai-nilai pancasila dan pengabdian kemanusiaan yang universal. Sebagaimana termaktub dalam kitab suci:
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya”
(Qs. Al-Maidah : 32).
Berapa honor atau upah yang diterima tim Kamboja MDMC dalam tugas pemakaman seorang jenazah terkonfirmasi Covid-19? Alhamdulillah tidak ada honor dan upah dari pemerintah. Pemakaman adalah satu-satunya kegiatan dalam penanganan pandemi Covid-19 di sektor kesehatan yang tidak ada numenklatur dan alokasi anggaran. Berbeda dengan kegiatan sosialisasi prokes, pengadaan masker, pengadaan peti jenazah dan penyemprotan disinfektan, Sebuah paradoks.
Namun sebagai bagian dari unit kerja khusus MDMC, Tim Kamboja merasa bersyukur karena masih banyak warga dan simpatisan Muhammadiyah yang memberikan simpati dan empati kepada tim. Setidaknya sedekah beragam suplemen, vitamin, madu, minuman dan makanan sering dikirimkan ke posko MCCC/MDMC. Juga amal shalih beberapa manajemen RSMA yg acapkali bersedekah dan berinfaq secara langsung maupun melalui LAZISMu. Meski sekedar untuk mencukupi biaya operasional tim di lapangan (Makan, Minum dan BBM). Jazakumullah, Gusti Allah Maha Kaya dan Maha Pemberi Rejeki.
RSMA yang Melayani
Per Mei 2021, terdapat 38 RSMA se Jateng yang melayani dan merawat pasien terpapar virus corona.
Ke 38 RSMA tersebut yaitu RS Roemani Semarang, RS PKU Gombong-Kebumen, RS PKU Solo, RS PKU Delanggu Klaten, RS Fastabik Sehat Pati, RS ‘Aisyiyah Kudus, RS PKU Mayong Jepara, RS PKU Tegal, RSIM Weleri Kendal, RS PKU Temanggung, RS PKU Sruweng Kebumen, RS PKU Karanganyar, RS PKU Wonogiri Kota, RS PKU Gubug Grobogan, RS PKU Wonosobo dan RS ‘Aisyiyah Muntilan kabupaten Magelang.
Selanjutnya RS PKU ‘Aisyiyah Jepara, RS PKU Sragen, RS PKU Jatinom Klaten, RSIM Purwoketo, RS PKU Banjarnegara, RS PKU Petanahan dan RS PKU Kutowinangun Kebumen, RS PKU Selogiri Wonogiri, RS PKU Pekalongan, RS PKU Randudongkal dan RS PKU Moga Pemalang, RS PKU Bobotsari Purbalingga, RS PKU Amanah Sumpyuh, RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal, RS PKU Kartosuro dan RS PKU Sukoharjo, RS PKU Cepu dan RS PKU Blora, RS PKU Demak, RS PKU Bumiayu Brebes serta RS PKU ‘Aisyiyah Boyolali.
Setiap RSMA menyediakan sejumlah bangsal khusus untuk ruang isolasi sesuai kemampuan dan ketersediaan sarana prasarana penunjang lain yang dibutuhkan, seperti ruang ICU khusus bagi pasien Covid-19. Ada beberapa RSMA yang bisa menyiapkan 5-10 bed. Ada yang mampu menyediakan 11-30 bed. Dan terdapat belasan RSMA yang bisa menyediakan 30-80 bed. Bahkan dalam menghadapi lonjakan pasien akhir-akhir ini, ada juga RSMA yang terpaksa menyiapkan bangsal di tenda darurat (RS Lapangan) untuk menampung pasien terpapar Covid-19 dengan kondisi ringan dan sedang, yang belum membutuhkan dukungan peralatan khusus sebagaimana pasien dengan kondisi berat. RS Roemani kota Semarang, salah satu RSMA yang menyediakan bangsal tenda darurat.
Sejauh pengetahuan kami, RSIM Weleri yang selama pandemi sudah menyediakan 40 bed, pada pekan kemarin telah menambah 12 bed khusus isolasi. Itupun baru setengah hari sudah terisi penuh. Fakta lapangan menunjukkan adanya lonjakan pasien pada serangan Gelombang Kedua pandemi pasca idul fitri yang masih berlangsung hingga saat kini. Dan berdasarkan informasi dari Wakil Direktur, pada Ahad malam kemarin (27 Juni 2021), masih terdapat antrian 5 pasien yang ditampung sementara di IGD khusus Covid-19 RSIM Weleri, dengan tingkat saturasi oksigen pasien dibawah normal.
Resiko Pengabdian
Tenaga kesehatan Muhammadiyah dan relawan Tim Kamboja MDMC dalam bekerja sudah dilengkapi dengan APD (Alat Pelindung Diri) dengan menjalankan prokes secara disiplin. Namun demikian, hampir sebagian besar nakes dan relawan Muhammadiyah pernah terpapar Covid selama pandemi berjalan sejak setahun lalu. Ada yang terpapar sekali, dua kali bahkan tiga kali. Bahkan seorang kawan dokter spesialis obstetri dan ginekologi (spesialis kandungan) di salah satu RSMA pernah terpapar hingga 4 kali.
Padahal selama terinfeksi Covid, mereka (nakes) wajib menjalani isolasi di RS atau melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah selama 14 hari. Disaat sebagian nakes menjalani isolasi, tentu mereka tidak bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Mengingat virus corona yang masih menghinggapi tubuh harus disembuhkan, juga nyawa dirinyapun harus diselamatkan.
Pada saat kondisi sebagian nakes menjalani isolasi, sudah tentu bakal mengganggu pelayanan masyarakat yang membutuhkan. Disinilah letak arti pentingnya setiap RSMA menyiapkan dan menyediakan nakes cadangan yang dibutuhkan.
Kiranya boleh kami sampaikan ke publik bahwa ratusan nakes di lingkungan RSMA se Jateng sudah pernah terpapar covid. Begitu pula dengan puluhan relawan Tim Kamboja MDMC yang melaksanakan tugas pemakaman. Syukur alhamdulillah sebagian besar bisa sembuh dan sehat kembali.
Sementara sebagian nakes dan relawan harus kami ikhlaskan sebagai ‘mujahid covid’ yang meninggal dunia di medan jihad melawan Covid. Semoga Allah Swt memberikan maghfirah/ampunan dan rahmat-Nya, serta memberi penghiburan berupa surga-Nya bagi saudara kami. Amin.
Beban Anggaran RSMA
Sebagaimana release pada konferensi pers beberapa waktu lalu, BPK mencatat total anggaran penanganan Covid-19 mencapai Rp 1.035,2 triliun. Anggaran sebesar itu berasal dari APBN Rp 937,42 triliun, APBD Rp 86,36 triliun dan dari sektor moneter Rp 6,5 triliun.
Selain itu, anggaran juga berasal dari BUMN Rp 4,02 triliun, BUMD sekitar Rp 320 miliar serta dari dana hibah dan masyarakat sebesar Rp 625 miliar.
Mendasarkan laporan MCCC Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tanggal 5 Januari 2021, selama hampir setahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Muhammadiyah telah menggelontorkan bantuan dana sebesar Rp 344,16 miliar untuk disalurkan kepada 31.869.988 orang penerima manfaat. Dana sebesar tersebut belum termasuk biaya perawatan pasien Covid-19 pada RSMA se Indonesia.
Berdasarkan data dan informasi yang kami dapatkan, sampai akhir Mei 2021 jumlah klaim tagihan biaya perawatan pasien Covid-19 dari 38 RSMA se Jawa Tengah mencapai Rp 350-an miliar. Angka ini kami yakini akan semakin membesar hingga akhir bulan Juni 2021. Menurut angka ramalan kami bisa mendekati Rp 500 miliar apabila sebagian besar klaim tagihan RSMA se Jateng pada akhir bulan Mei 2021 belum terbayarkan. Apalagi kalo semua klaim tagihan belum dibayarkan sama sekali.
Besarnya klaim tagihan setiap RSMA bervariasi. Ada yang mencapai angka puluhan miliar hingga ratusan juta rupiah. Tergantung banyaknya pasien Covid-19 yang dilayani selama ini. Besarnya klaim berbanding lurus dengan jumlah bangsal yang tersedia di masing-masing RSMA.
Muhammadiyah Jawa Tengah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk ikut andil menangani pandemi Covid-19. Termasuk mengerahkan tenaga medis dan paramedis beserta sarana prasarana yang dibutuhkan dalam merawat pasien di 38 RSMA se Jateng. Juga membutuhkan anggaran sangat besar untuk menyiapkan semua itu. Sejujurnya 38 RSMA se Jateng sudah ‘sesak napas’ dengan tingkat ‘saturasi oksigen (dana operasional)’ jauh di bawah normal karena terpapar ‘virus anggaran’ klaim tagihan pasien Covid-19 yang belum cair.
Mau ‘sambat’ (mengeluh) dengan siapa atas kondisi tersebut. Pimpinan Wilayah dan MCCC Jawa Tengah masih tetap bisa bersyukur. Bahwa di saat RSMA sedang terpapar ‘virus anggaran’ dan ‘saturasi oksigen’ biaya operasional RS di bawah normal, namun segenap nakes RSMA dan relawan MDMC masih tetap bersemangat memiliki ghirah perjuangan yang tinggi untuk tetap melayani dan merawat pasien Covid secara maksimal.
Sebentar lagi Idul Adha tiba, 20 Juli 2021. Teriring doa dan harapan semoga klaim tagihan 38 RSMA se Jateng bisa segera dibayarkan pemerintah. Agar ‘saturasi oksigen/anggaran’ operasional RSMA segera berjalan normal kembali. Dan para direksi, staf dan karyawan RSMA bisa ikut berkurban sapi. Daging sapi kurban akan kami bagikan kepada masyarakat terdampak pandemi yang membutuhkan ketahanan pangan berupa asupan protein hewani.
Semoga tulisan ini dibaca oleh pak Jokowi. Amin.
Wallahu’alam
Solo Raya, 30 Juni 2021
*) Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jawa Tengah