Manusia di Tengah Pusaran Degradasi Moral
Manusia di Tengah Pusaran Degradasi Moral
Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul)*
PWMJATENG.COM – Manusia, dalam perjalanannya melintasi zaman yang terus berubah, mengemban peran sebagai pelaku dan model peradaban serta kebudayaan. Penciptaannya oleh Tuhan, sebagaimana firman-Nya, adalah untuk beribadah kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat: 56). Meski demikian, sejarah manusia sering kali mencatat ketidaksempurnaan dalam memahami kodratnya sebagai hamba Tuhan.
Dalam catatan sejarah, pertentangan malaikat Jibril dan Setan terjadi saat penciptaan Nabi Adam. Setan menyampaikan kekhawatirannya akan kerusakan yang akan ditimbulkan oleh manusia di bumi. Namun, Tuhan memberikan alasan bahwa manusia yang beriman dan bertakwa akan membawa kemaslahatan. Setan, tidak menerima hal ini, kemudian menggoda manusia.
Manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sering kali melupakan kodratnya sebagai hamba Tuhan. Kesombongannya membuatnya menganggap diri paling berkuasa, bahkan menyamakan diri dengan pencipta. Contohnya adalah tokoh-tokoh seperti Fir’aun, Namrud, dan kaum-kaum pada masa nabi-nabi sebelumnya yang menolak ajaran tauhid.
Ketidakmendapatkan hidayah dari Tuhan dan kebodohan spiritual dapat mengakibatkan manusia menganggap otoritasnya mutlak, bahkan menyamakan diri dengan Tuhan, seperti yang dilakukan Fir’aun. Hal ini dipicu oleh ketidakpedulian terhadap moralitas dan akhlak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penyimpangan dalam posisi manusia di dunia.
Sejarah mencatat bahwa, dalam beberapa abad terakhir, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia pada distorsi atau penyimpangan. Kepintaran manusia membuatnya merasa super cerdas dan tidak tertandingi. Kesombongannya terpicu oleh dampak negatif dari kemajuan tersebut, yang membuatnya mengejar kekuasaan semata.
Baca juga, Diresmikan Ketum PP Muhammadiyah, RS UNIMUS Jadi RS Muhammadiyah ke-52 di Jateng dan ke-123 di Indonesia
Serat Kalatida, karya pujangga Kraton Surakarta Hadingrat, Raden Ngabei Ronggowarsito (Bagus Burhan) memberikan gambaran bahwa manusia akan menyaksikan zaman edan dengan perilaku yang salah dan tidak bisa diikuti oleh kebijakan yang sesuai. Bait-bait dalam serat tersebut mencerminkan keprihatinan terhadap masa depan dan memberikan peringatan agar manusia tidak terjebak dalam perilaku yang merugikan.
Dalam konteks modern, kehidupan yang cepat berkembang memunculkan degradasi moral yang perlu diperhatikan. Manusia perlu melakukan introspeksi diri untuk memahami hakikat hidupnya sebagai makhluk yang mengikuti hukum Tuhan. Pembacaan dan pemaknaan terhadap ajaran agama harus menjadi panduan bagi perilaku manusia.
Keberkahan di tahun 2024 dapat diraih dengan menjaga moral dari degradasi. Pemahaman akan hakikat hidup, pengikutan hukum agama, serta sinergi antara qolbu, pikiran, dan tindakan menjadi kunci membangun kebersamaan dengan Sang Khalik. Hal ini penting dalam mempertahankan akhlak dan moral di tengah kehidupan sehari-hari.
Dengan harapan semoga manusia dapat keluar dari tahun 2024 dengan keberkahan dari Allah, artikel ini mengajak untuk merefleksikan kembali nilai-nilai agama, moralitas, dan kebijakan yang dapat membawa manusia pada peradaban yang lebih baik.
*Ketua PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan.
Editor : M Taufiq Ulinuha