Khazanah Islam

Makna Puasa dalam Perspektif Khalifah dan Hamba

PWMJATENG.COM – Puasa bukan hanya praktik ibadah yang dilakukan oleh manusia, tetapi juga merupakan fenomena alami yang terjadi di berbagai makhluk hidup. Hewan, misalnya, memiliki siklus tertentu yang menyerupai puasa, baik karena keterbatasan makanan maupun sebagai bagian dari proses biologisnya. Ayam betina yang sedang mengerami telur, atau ulat yang bertransformasi menjadi kepompong sebelum menjadi kupu-kupu, adalah contoh bagaimana alam semesta pun mengenal konsep berpuasa.

Sejarah mencatat bahwa praktik puasa telah ada jauh sebelum Islam disyariatkan. Berbagai peradaban kuno, seperti bangsa Mesir Kuno, telah mengenal puasa sebagai bentuk penebusan dosa kepada dewa mereka. Namun, dalam Islam, puasa memiliki makna yang lebih dalam dan berbeda dari praktik keagamaan terdahulu. Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjadi sarana penyucian jiwa dan pengendalian diri.

Dalam perspektif Islam, manusia memiliki dua fungsi utama di dunia: sebagai khalifah Allah di bumi dan sebagai hamba-Nya. Sebagai khalifah, manusia diberi mandat untuk mengelola dunia sesuai dengan kehendak-Nya. Namun, sebagai hamba, manusia juga harus tunduk sepenuhnya pada perintah dan larangan-Nya. Konsep ini sering kali berbenturan dengan keinginan manusia yang cenderung mengikuti hawa nafsunya sendiri. Oleh karena itu, ibadah puasa hadir sebagai salah satu mekanisme untuk menyeimbangkan kedua peran tersebut.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Zakiyuddin Baidhawy, dalam sebuah pengajian menjelaskan bahwa seluruh ajaran Islam bertujuan untuk mengarahkan manusia agar tetap berada dalam koridor sebagai hamba dan khalifah Allah. Hal ini terlihat dalam dua jenis ibadah yang dikenal dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah (ritual yang ketentuannya telah ditetapkan Allah) dan ibadah ghair mahdlah (ibadah yang memerlukan peran akal manusia untuk pelaksanaannya). Keduanya, menurut Zakiyuddin, pada akhirnya bermuara pada fungsi manusia sebagai hamba sekaligus khalifah.

Baca juga, Jadi Khatib di Belanda, Ketua PWM Jateng Tafsir Sampaikan Makna Puasa dan Keberkahan Ramadan

Dalam konteks ajaran Islam, puasa merupakan bagian dari trilogi besar yang dikenal sebagai Islam, Iman, dan Ihsan. Sebagai salah satu rukun Islam, puasa diwajibkan bagi orang-orang beriman, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya kewajiban bagi umat Islam, tetapi juga telah menjadi bagian dari ajaran agama-agama terdahulu. Namun, Zakiyuddin menambahkan bahwa ada perbedaan mendasar dalam praktik puasa Islam dibandingkan dengan tradisi puasa bangsa-bangsa lain. Jika dalam beberapa kepercayaan puasa berfungsi sebagai penebusan dosa, dalam Islam puasa lebih menitikberatkan pada pengendalian hawa nafsu.

Pengendalian diri yang dihasilkan dari ibadah puasa mencakup berbagai aspek, termasuk menahan lapar, haus, amarah, serta keinginan biologis lainnya. Oleh karena itu, puasa dalam Islam memiliki karakter dekonstruktif, terutama terhadap kebiasaan jahiliyah yang rakus, tamak, dan cenderung melampaui batas. Konsep ini sejalan dengan prinsip bahwa Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.

Zakiyuddin juga mengutip pemikiran Jalaluddin Rumi, seorang sufi besar, yang menyatakan bahwa nafsu duniawi adalah tipu daya yang menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Dengan berpuasa, manusia diajak untuk membersihkan diri dari godaan-godaan tersebut dan kembali kepada fitrah sebagai hamba yang taat.

Dalam praktiknya, puasa tidak hanya berdampak secara spiritual, tetapi juga membawa manfaat sosial dan psikologis. Dengan menahan diri dari konsumsi berlebihan, seseorang belajar untuk lebih peduli terhadap sesama yang kurang beruntung. Puasa juga melatih kedisiplinan dan ketahanan mental dalam menghadapi berbagai godaan duniawi.

Dengan demikian, puasa bukan sekadar ritual tahunan, tetapi merupakan sebuah perjalanan spiritual yang bertujuan untuk mengembalikan manusia kepada hakikatnya sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di bumi. Melalui puasa, manusia diajak untuk menyeimbangkan antara hak dan kewajiban, serta mengendalikan diri agar tetap berada dalam garis yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE