Kolom

Mahasiswa dan Geliat Politik

Bukan menjadi suatu keambiguan jikalau mahasiswa terjun ke kontes politik, dan sudah menjadi kewajaran jika mahasiswa turun ke kontes politik dan menekan segala ketidakmampuan pemimpin atau rezim baik pemerintahan di negara maupun di dalam kampus sendiri. Tekanan-tekanan yang diberikan mahasiswa kepada rezim didasari atas kondisi-kondisi yang “memaksa” mahasiswa untuk turun ke politik (Husain, 2014). Tekanan yang dilakukan mahasiswa lebih kepada keresahan-keresahan yang terjadi akibat kebijakan yang tidak sesuai atau merugikan.

Oligarki di Tubuh Penguasa

Salah satu keadaan ataupun kondisi-kondisi yang dapat membuat para mahasiswa dapat melakukan suatu pergerakan atau terjun ke politik ialah oligarki. Oligarki adalah suatu upaya yang merujuk kepada pertahanan suatu kekayaan. Pertahanan kekayaan oleh oligarki mencakup tantangan dan kapasitas tertentu yang tak dimiliki oleh orang lain atau ekslusif minoritas lain. Oligark (pelaku) sangat terbantu oleh rezim dalam masyarakat yang bertingkat-tingkat (Winters, 2011).

Salah satu hal yang dapat dilakukan mahasiswa dalam meruntuhkan oligarki ialah dengan memasuki atau mengikuti kontestasi politik tersebut. Sebagai ajang latihan, ranah politik di kampus sudah cukup menggambarkan bagaimana oligarki dan permainan politik yang ada di negara. Pengambilan langkah,  penyusunan strategi yang apik dan juga lobying pengumpulan masa dalam mendulang dukungan. Sudah menjadi suatu keharusan bahwasanya kampus dimeriahkan oleh festival politik yang diikuti oleh partai-partai di kampus.

Sudah menjadi kesukaran dalam menyatukan suatu pandangan yang berbeda dan menyatukanya dalam satu visi, sekalipun itu seorang revolusioner atau aktivis berpaham marxis. Sampai saat ini belum ada partai-partai yang dapat membawa angin perubahan yang segar baik politik di negara maupun politik kampus. Merebut kursi politik terkhusus di kampus dengan cara meminta-minta kepada oligark kita coba namai “percobaan untung-untungan”. Percobaan yang dilakukan secara teoritis dan sistematis kepada oligark hanya membawa kepada penghianatan. Tidak dimaksudkan untuk terus membelakangi kursi politik di kampus, namun bila esok atau lusa kita dapat kesempatan maka wajib bagi kita untuk memasuki kursi politik. Sungguh kita bertindak keliru dan penakut jika tidak seperti itu (Malaka, 1926). Pertukaran gagasan, ide dan lobying yang dilakukan menjadi beberapa cara yang dilakukan demi terwujudnya politik atau tujuan yang diinginkan.

Politik dan Dinamikanya

Menjadi suatu keharusan bagi para mahasiswa mengetahui arti pentingnya politik itu sendiri agar dalam melakukan pergerakan akan selaras dengan tujuan dari politik yang ingin dicapai tersebut. Sebelum melakukan pergerakan politik atau menyusun politik, alangkah baiknya mengetahui politik itu sendiri (Surbakti, 2007).

Ada beberapa pandangan mengenai politik itu sendiri, pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh bersama untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan. Kedua, politik ialah segala hal yang berhubungan dengan pemerintahan dan negara. Ketiga, politik ialah segala hal yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik ialah kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Kelima, konflik dalam rangka mencari atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan di politik tidak semata-mata pendekatan secara persuasif. Namun yang dimaksud pendekatan dalam dunia politik adalah menentukan kriteria yang ingin diseleksi dan data yang relevan. Atau secara singkat pendekatan adalah tolak ukur yang dipakai untuk menentukan masalah, data yang diambil dan juga data yang dikesampingkan. Ada beberapa pendekatan didalam dunia politik (Budiardjo, 2008) :

Pertama, pendekatan legal ialah pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari kekuasaan serta wewenang yang dimilikinya seperti tertuang dalam naskah-naskah resmi (undang-undang dasar, undang-undang atau peraturan tata tertib); hubungan formal dengan badan eksekutif; struktur organisasi (pembagian dalam komisi, jenjang-jenjang pembicaraan) atau hasil kerjanya (berapa undang-undang telah dihasilkan). Pendekatan Tradisionalis lebih mementingkan normatif (berpacu pada ideal atau standar tertentu) yang terfokus pada demokratis barat. Pendekatan ini lebih cenderung mendesak konsep kekuasaan dari kedudukan sebagai satu-satunya faktor penentu.

Baca juga, Gelar Pleno, DSW Jateng Siap Mensukseskan ToF Hizbul Wathan PAUD Se-Jateng

Kedua, pendekatan perilaku ialah pendekatan yang dilakukan dengan tidak menitik beratkan parlemen pemerintahan sebagai bahan ajar dan hanya dijadikan kerangka belajar dari manusia. Pendekatan perilaku lebih menitik beratkan pada perilaku manusia itu sendiri dalam melakukan politik. Pembahasanya meliputi berbagai perilaku seperti pemberian suara terhadap undang-undang tertentu (apakah pro atau anti dan mengapa demikian), pidato-pidatonya, giat tidaknya memprkarsai rancangan undang-undang, teman sejawatnya, cara lobbying, latar belakang sosialnya. Pada umumnya tidak condong kepada perilaku namun juga terkait motivasi, persepsi, orientasi terhadap kegiatan sesuatu dan sebagainya.

Ketiga, Neo-Marxis adalah mereka-mereka yang berasal dari kalangan cendekiawan dan “bourjuis” yang enggan menggabungkan diri ke partai politik atau terjun ke politik praktis. Para Neo-Marxis tidak setuju dengan adanya komunisme di Uni Soviet namun disatu sisi juga tidak menyukai kapitalis dilingkungan mereka. Fokus analisis Neo-Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang berada dalam negara. Bagi kalangan Neo-Marxis, konflik antarkelas dalam masyarakat mendorong proses dialektis adanya perkembangan didalam masyarakat.

Keempat, pendekatan pilihan rasional adalah merumuskan perhitungan rasional mana yang yang memaksimalkan keuntungan. Para penganut berpendapat bahwasanya politik telah mencapai kedudukan science yang dimana ekonomi dan politik dapat dilihat dari kebijakan publik yang dibuat. Mereka percaya bahwa kita dapat meramalkan politik dari kepentingan-kepentingan yang telah dibuat oleh yang bersangkutan.

Gerakan dan Pergerakan Mahasiswa

Pendekatan-pendekatan adalah upaya awal untuk analisis kondisi dalam dunia politik dan menentukan strategi. (Awali Rizki, 2008). Aktivis gerakan (terutama gerakan mahasiswa) ialah peran individu dalam perubahan sosial. Sekumpulan individu yang terkumpul membentuk gerakan yang terorganisir dan dapat menjadi motor dalam aspek tertentu dan dapat mendapatkan dukungan dari masyarakat yang luas. Sehubungan dengan pola perubahan, eksplorasi nilai-nilai normatif seringkali menjadi langkah efektif. Tema-tema peradaban, kemanusiaan, nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur universal seringkali menjadi sumber perubahan yang dicita-citakan.

Pergerakan yang dilakukan haruslah dengan kematangan berfikir dan kedewasaan dalam mengambil sikap. Karena bukan tidak mungkin sebuah pergerakan akan menjadi kacau balau hanya karena salah strategi dan kesalahan dalam mengambil sikap saat berada di lapangan. Menjadi suatu hal yang harus dimiliki dalam setiap aktivis ataupun yang aktif dalam sebuah organisasi akan suatu konsep berfikir yang jelas, terarah dan sistematis.

Pergerakan akan muncul jikalau sadar akan keadaan sekitar dan keresahan-keresahan muncul dari setiap individu dan terkumpul dalam satu misi yang sama, yaitu memecah keresahan-keresahan tersebut menjadi sebuah harapan. Beban moral yang digelorakan menjadi modal awal dalam membentuk keresahan tersebut dan dibaur dengan keinginan-keinginan yang nantinya akan menghasilkan yang memuaskan.

Baca juga, “PERKASA FC” KOKAM Pemuda Muhammadiyah VS Banser FC Ramaikan Laga Amal Pembangunan Madrasah

Massa yang banyak (kuantitas) merupakan modal awal dalam melakukan sebuah pergerakan, namun yang patut disadari bersama ialah kuantitas tersebut haruslah dibarengi dengan kualitas yang baik pula. Patut disadari bersama adalah jumlah massa yang banyak dapat membuat pergerakan menjadi lebih semarak, namun akan nampak nihil jikalau tidak dibarengi dengan kualitas yang baik pula. Dalam artian, akan menjadi sebuah ironi bahkan lelucon jika aktivis maupun mahasiswa ketika melakukan ataupun mengikuti sebuah pergerakan; secara konkrit kita sebut demo namun tidak memahami tentang apa yang sedang diperjuangkan.

Sah-sah saja memang jika mahasiswa mengikuti pergerakan tanpa memahami apa esensi dari pada apa yang tengah diperjuangkan. Pemahaman-pemahaman nampaknya perlu dibangun dengan baik dan benar yang itu dimulai dengan konsep berfikir yang baik dan benar pula. Supaya nantinya dalam melakukan pergerakan akan mampu menumbuhkan sikap-sikap yang dewasa dalam menghadapi setiap godaan dan cobaan ditengah gejolak pergerakan yang ada.

Penulis : Ilham Faisabrun Zjamiil (Sekretaris Bidang RPK PC IMM Kudus Periode 2021/2022)

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE