Editorial

Jangan Asal Menuduh Kafir

Oleh: Gus Zuhron Arrofi*

PWMJATENG.COM – Warna di tahun politik selalu bermunculan dengan beragam bentuknya. Begitu juga suhu emosi masyarakat ikut terseret dalam dinamika politik 5 tahunan. Yang menarik, di tengah hiruk-pikuk keruwetan politik selalu saja ada nada sentimen negatif yang menggunakan narasi agama sebagai basis argumen untuk menyerang lawan. Hampir dapat dipastikan dalam setiap momentum pemilu penggunaan baju agama sebagai alat pembenaran dan menyalahkan lawan tidak dapat dihindarkan. Meskipun sebenarnya hal itu hanya dilakukan oleh kelompok minoritas yang dangkal akan wawasan. Memasukkan nilai-nilai agama dalam politik tentu sebuah keharusan, namun jangan sampai kebablasan menjadi bentuk politisasi agama.

Pembelaan terhadap calon yang berlebihan dan didukung dengan basis argumen irasional menjadikan sikap fanatik buta yang jauh dari kata dewasa dalam berpolitik. Alih-alih ingin meraih simpati dan membesarkan aktor idolanya, justru yang terjadi adalah sebaliknya. Kelompok minoritas yang fakir keilmuan ini biasanya punya semangat yang membuncah, berisik di media sosial dan mudah sekali melemparkan tuduhan. Semua konten yang sesuai dengan seleranya pasti akan langsung di share tanpa proses filter terlebih dahulu. Tidak peduli apakah konten itu berisi hoax, fitnah dan sentimen cacian, asal isinya sesuai dengan angan-angannya maka menyebarkan seperti kewajiban yang bernilai jihad amar ma’ruf nahi munkar.

Tuduhan dari kelompok semacam ini tidak main-main. Mereka sangat mudah melabeli orang yang tidak sejalan dengan selera politiknya dengan kata munafiq, fasiq, antek rezim bahkan dengan sebutan kafir. Dalam perspektif teologis tuduhan ini jelas mempunyai konsekuensi yang dalam. Apalagi orang yang dituduh adalah sesama muslim. Nabi dalam beberapa sabdanya telah secara terang benderang melarang hal ini.

“Janganlah seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan fasik dan jangan pula menuduhnya dengan tuduhan kafir, karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri jika orang lain tersebut tidak sebagaimana yang dia tuduhkan.” (HR. Bukhari)”

Baca juga, Keadaban Digital (I)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran.” (HR. Bukhari dan Muslim) “Siapa saja yang berkata kepada saudaranya, “Wahai kafir!” maka bisa jadi akan kembali kepada salah satu dari keduanya.” (HR. Bukhari) “Apabila seorang laki-laki mengkafirkan saudaranya, maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengan membawa kekufuran tersebut.”(HR. Muslim)

Untuk menyimpulkan seseorang itu kafir atau tidak butuh bukti dan argumentasi yang kuat, ada syarat-syarat yang detail dan akurat yang harus dipenuhi dibalik tuduhan itu, apalagi yang dituduh secara kasat mata jelas seorang muslim. Melontarkan tuduhan kafir hanya karena berbeda pilihan politik jelas tidak memenuhi syarat secara syari’at. Berdasarkan hadis nabi di atas tuduhan semacam ini akan kembali kepada mereka yang menuduh. Ini jelas sikap fatal bagi mereka yang menjadikan kata kafir sebagai kalimat latah yang penuh dengan sentimen kebencian.

Wajah politik kita hari ini memang belum menggembirakan, namun demikian tidak perlu ditambah keruwetannya dengan menjual narasi-narasi agama yang tidak diperlukan. Bersikap dewasa, meluaskan pandangan, memperdalam wawasan dan mengambil porsi sewajarnya adalah pilihan yang realistis agar terhindar dari arus tarik-menarik polarisasi yang dapat merugikan semua pihak.

Bukankah indah jika berhasil menampilkan diri dengan wajah muslim yang toleran yang radius pergaulannya luas. Sesekali waktu bertamu ke PDIP, lain kali bisik-bisik dengan PKB, menginap di rumah PAN, ngobrol santai dengan PKS, ngopi bareng dengan Golkar, piknik bersama PSI, main futsal dengan Nasdem, nobar bersama Demokrat dan seterusnya. Karena siapapun penguasanya tidak akan mengubah status kita sebagai seorang muslim Muhammadiyah yang berkemajuan.

*Sekretaris MPKSDI PWM Jawa Tengah

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE