PWMJATENG.COM, Sukoharjo – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Salat Iduladha, 10 Dzulhijjah, 1444 H yang berlokasi di Komplek Gedung Edutorium KH. Ahmad Dahlan UMS, Rabu (28/6).
PIC Salat Iduladha, Hartono menyampaikan Salat Iduladha ini sudah direncakan dari awal, karena ini sudah rangkaian dari pelaksanaan Salat Idulfitri.
“Jadi tim dan panitia sudah disiapkan dari kemarin, bantuan dari relawan dan pejuang Masjid UMS. Alhamdulillah berjalan dengan baik, jamaah sangat antusias datang dari berbagai penjuru serta sekitar kampus. Ini terlihat dari membludaknya jamaah di halaman Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan di Jalan Adi Sucipto itu. Banyak di antara mereka menempati lorong, hingga lobby gedung karena membludaknya jamaah salat,” papar Hartono, anggota LPPIK UMS itu.
Dia berharap, dengan dilaksanakan Salat Iduladha di Edutorium UMS sekaligus sosialisasi keberadaan gedung Edutorium yang dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat umum, terkait kegiatan ibadah maupun kegiatan lainnya.
Dalam kesempatan itu, koordinator umum, Kholid Misy’alul Haq menyampaikan mempersiapkan sejak Selasa siang kemarin dari segi persiapan tikar, perlengkapan lain. Sehingga semua siap.
“Teman-teman relawan sedikit kuwalahan karena membludaknya jamaah salat. Kami tidak mengira akan sebanyak ini. Beberapa kali panitia melakukan improvisasi plotingan tempat terutama yang perempuan. Sehingga, terpaksa menggunakan area termasuk di bundaran, serta di lobby,” papar Kholid.
Menurutnya, hal ini dikarenakan sudah tidak ada tempat lagi, karena jamaah perempuan sudah sampai gerbang luar.
“Semoga ini menjadi syiar kita di mana, UMS, kampus Islami yang mampu melayani jamaahnya dengan baik dalam melaksanakan Salat Iduladha di UMS,” ungkap Koordinator Umum itu.
Baca juga, Cerita di Balik ‘Banjir Daging’ Batur Banjarnegara, Bukti Sepak Terjang Muhammadiyah di Pedesaan
Wakil Ketua IV Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag., dalam khutbahnya mengajak jamaah untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim AS yang diuji kecintaan kepada Allah dan kecintaannya pada keluarganya.
“Dari Nabi Ibrahim As., kita belajar bahwa kecintaan kepada Allah Swt. lebih besar, dari apapun. Dengan demikian, terdapat 4 pelajaran untuk mengembangkan kepemimpinan dalam berbangsa dan bernegara,” terang Dekan FAI itu.
Pelajaran pertama, yaitu dengan berhusnuzan kepada Allah. Banyak manusia yang sengsara bukan karena sedikitnya nikmat, tetapi karena sedikitnya husnuzan dengan Allah. Dalam hadis dikatakan bahwa Allah itu tergantung prasangka hambanya.
“Ke dua, mencari rezeki yang halal. Dari perjuangan Siti Hajar untuk mempertahankan hidup dari bukit Sofa ke bukit Marwah, dapat ditarik makna bahwa manusia harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam menjemput rezeki yang halal,” tambahnya.
Ke tiga, berqurban untuk Allah Swt., bahwa pengobranan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail dalam berlomba-lomba mendapatkan cinta dan kasihnya Allah SWT.
“Terakhir, pelajaran yang dapat kita ambil adalah dalam mendidik keluarga. Nabi Ismail tidak menjadi pribadi yang sabar kalau tidak mendapatkan pengajaran dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Seorang anak membutuhkan proses yang panjang, dan melibatkan peran orang tua yang besar,” pungkasnya.
Kontributor : Fika/Humas
Editor : M Taufiq Ulinuha