PWMJATENG.COM, Semarang – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah saat ini mencapai 183.181 unit UMKM, yang mampu menyerap 1.337.136 tenaga kerja. Total nilai aset dari ratusan ribu UMKM tersebut mencapai Rp38 triliun dengan omset Rp68 triliun.
Hal itu disampaikan Kepala Biro Kesra Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Teguh Hadi Nugroho yang membacakan sambutan dari Pj Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (Purn) Nana Sudjana dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Lembaga Pengembang Usaha, Mikro,Kecil, dan Menengan (LP-UMKM PWM) Jateng dan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah, serta Temu Bisnis yang digelar di Hotel Grasia, Kota Semarang, Jumat (6/10/2023).
Selain itu, imbuh Teguh, UMKM di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan perekonomian negara. “Sektor usaha ini mampu meningkatkan ketahanan ekonomi dan meningkatkan kohesi sosial. UMKM menjadi salah satu pendukung roda perekonomian Indonesia dan mampu menjadi penyumbang produk domestik bruto,” kata Teguh membacakan sambutan Pj Gubernur Jateng.
Pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, menjadi tantangan untuk para pelaku UMKM. “Salah satu pelajaran terbaik setelah berhasil melewati masa kritis adalah UMKM semakin mempertimbangkan pentingnya manajemen risiko dan siap bertransformasi melibatkan diri ke dalam dunia digital untuk menjalankan kegiatan investasi dan pengelolaan bisnisnya,” sambung Teguh.
Baca juga, Diikuti Ratusan Peserta, Rakerwil-Rakorwil LP-UMKM PWM Jateng dan MEK PWA Jateng Resmi Dibuka
Oleh itu, ujar Teguh, Pemprov Jawa Tengah berupaya mengembangkan UMKM secara masif di antaranya melalui pengembangan aplikasi Bangkon Jateng yang memfasilitasi UMKM dalam menyediakan barang dan jasa untuk pemerintah.
Sedangkan menurut Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah Khafid Sirotudin, sesuai yang disampaikan Pj Gubernur Jateng pelaku UMKM di Jawa Tengah terbesar kedua di Indonesia.
“Jawa Tengah ini 1,45 juta, di bawah Jawa Barat yang mencapai 1,5 juta. Posisi Jateng di atas Jatim yang mencapai 1,41 juta. Ditambah dengan DIY maka keempat provinsi ini sudah mencapai 30 persen UMKM yang ada di Indonesia,” ucap Khafid Sirotudin.
Karena itu, Muhammadiyah lewat LP-UMKM dan ‘Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) berkolaborasi mengadakan kegiatan tersebut.
Khafid mengungkapkan kebanyakan pelaku UMKM adalah perempuan dan lewat kegiatan tersebut pihaknya akan melakukan pendataan UMKM Muhammadiyah. “Ini kan kita masih pendataan. Kalau jumlah UMKM di Jawa Tengah ada 1,45 juta, insyaallah 10 persennya Muhammadiyah atau sekitar 145 ribu UMKM Muhammadiyah,” katanya.
Adanya kegiatan tersebut diharapkan Sekretaris LP-UMKM Lenny Ratih Agustin, mampu membuat ‘Aisyiyah semakin mengembangkan diri. “MEK Aisyiyah sudah lama berdiri dan kita memang ingin bekerja sama dengan LP-UMKM agar Aisyiyah bisa selalu mengembangkan diri. Karena banyak sekali warga Aisyiyah yang menjadi penggerak UMKM,” ujar Leni.
Menurut Leni banyak warga ‘Aisyiyah yang kurang memahami tentang pendampingan untuk legalitas, peningkatan modal, dan perpajakan. “Oleh karena itu, ketika LP-UMKM punya program-program yang kami lihat bisa untuk sinergi untuk kegiatan kedepannya kami langsung kerjasama,” tandasnya.
Dalam kegiatan yang mengambil tema “Inklusi UMKM Muhammadiyah dan Pengembangan Ekonomi Perempuan Berkemajuan” tersebut, banyak dihadirkan produk pelaku UMKM dari Muhammadiyah.
Kontributor: Muhlis
Editor : M Taufiq Ulinuha