BeritaKolom

Doa Ngeri-Ngeri Sedap

Doa Ngeri-Ngeri Sedap

Oleh : Muh. Nursalim*

PWMJATENG.COM – Lapar itu menyakitkan. Lapar itu menyedihkan. Lapar itu mengenaskan. Lapar itu menguras air mata. Itu adalah jenis lapar hakiki bukan karena puasa tetapi sebab tidak ada bahan yang dapat dimakan.

Miskin itu identik dengan lapar. Karena itu cukup banyak ajaran nabi yang menganjurkan umatnya untuk memberi makan orang yang kelaparan. Misalnya hadis berikut.

عَنْ أَبِى مُوسَى الأَشْعَرِىِّ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « أَطْعِمُوا الْجَائِعَ ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ ، وَفُكُّوا الْعَانِىَ – صحيح البخارى – (ج 18 / ص 98)

Dari Abu Musa Al Asy’ari Ra. dari Nabi Saw. bersabda, “Berilah makan orang yang lapar, besuklah orang sakit dan bebaskan tawanan.” (HR. Bukhari)

Pada jaman Nabi kalau ada orang miskin itu tingkatnya sangat akut. Mereka sama sekali tidak punya bahan yang dapat dimakan. Sehingga banyak riwayat menceritakan adanya sejumlah sahabat Nabi Saw. yang beberapa hari belum makan. Saking miskinnya.

Misalnya yang menimpa para ahlu suffah. Mereka ini sahabat-sahabat miskin yang tinggal di belakang mihrab Masjid Nabawi. Seperti kita tahu, kiblat umat Islam itu pada mulanya adalah Baitul Maqdis yang ada di Palestina. Secara geografis Palestina itu ada di sebelah utara Madinah. Karena itu mihrab masjid nabawi berada di bagian utara masjid tersebut.

Kemudian qiblat berganti ke Masjidil Haram yang ada di Mekah. Tanah suci itu ada di selatan kota Madinah. Maka mihrabpun berganti tempat. Nah, oleh Rasulullah bekas mihrab yang mengarah ke Baitul Maqdis itu diberi atap agar dapat dipakai berteduh orang-orang miskin yang tidak punya tempat tinggal. Mereka itulah yang terkenal dengan sebutan ahlu suffah.

Abu Hurairah menggambarkan tingkat kemiskinan ahlu suffah itu seperti ini.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ رَأَيْتُ سَبْعِينَ مِنْ أَصْحَابِ الصُّفَّةِ ، مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ عَلَيْهِ رِدَاءٌ ، إِمَّا إِزَارٌ وَإِمَّا كِسَاءٌ ، قَدْ رَبَطُوا فِى أَعْنَاقِهِمْ ، فَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ نِصْفَ السَّاقَيْنِ ، وَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ الْكَعْبَيْنِ ، فَيَجْمَعُهُ بِيَدِهِ ، كَرَاهِيَةَ أَنْ تُرَى عَوْرَتُهُ . تحفة

Dari Abu Hurairah Ra. berkata, aku melihat 70 orang ahlu suffah. Tidak seorangpun di antara mereka memakai rida’ (kain penutup bagian atas). Mereka hanya mengenakan sarung atau kisa’ (potongan kain). Mereka mengikatkan potongan kain tersebut pada leher mereka. Ada yang menjulur sampai separuh betis dan ada yang sampai ke mata kaki. Kemudian dia mengumpulkan dengan tangannya karena takut kelihatan auratnya. (HR. Bukhari)

Hidup hanya dengan satu pakaian, itupun tidak sempurna. Tidak punya ganti walaupun dari pakaian bekas sekalipun. Mereka rata-rata adalah kaum muhajirin yang meninggalkan tanah kelahirannya di Mekah demi menyelamatkan aqidah.

Kebutuhan dasar berupa makan dan tempat tinggal tidak mereka miliki. Sehingga Rasulullah Saw. sering menganjurkan kepada para sahabat agar para ahlu suffah itu diajak makan. Dengan sabdanya sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرٍ أَنَّ أَصْحَابَ الصُّفَّةِ كَانُوا أُنَاسًا فُقَرَاءَ ، وَأَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اثْنَيْنِ فَلْيَذْهَبْ بِثَالِثٍ ، وَإِنْ أَرْبَعٌ فَخَامِسٌ أَوْ سَادِسٌ – صحيح البخارى – (ج 3 / ص 20)

Dari Abdurahman bin Abu Bakar Ra., bahwa ahlu suffah itu adalah orang-orang fakir dan bahwasanya Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang punya makanan cukup untuk dua orang agar mengajak satu ahlu suffah, jika cukup untuk empat orang maka agar mengajak ahlu suffah satu atau dua sehingga cukup buat lima atau enam orang”. (HR. Bukhari)

Itulah gambaran orang miskin pada jaman Nabi. Lapar menjadi pakaian sehari-hari. Karena itu Allah memperkenalkan diri kepada hambanya dengan logika yang sangat sederhana.

Siapa itu Allah?

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ [قريش/4]

Allah adalah yang memberi makan mereka sehingga bebas dari lapar.

Puasa itu lapar. Saya tidak percaya orang yang puasa mengaku tidak lapar. Sehingga hikmah yang dapat dipetik dari rasa lapar ini adalah bersyukur, bahwa kita lapar bukan karena kemiskinan akut yang tidak punya makanan. Tetapi semata-mata taat kepada Allah untuk jeda sejenak dari makan dan minum.

Laparnya orang miskin akibat tidak punya makanan itu sangat mengerikan. Karena mereka tidak tahu kapan ketemu makanan. Walaupun demikian ternyata Rasulullah Saw. berdoa agar dijadikan sebagai orang miskin. Sebagaimana sabdanya berikut ini.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مِسْكِينًا وَأَمِتْنِى مِسْكِينًا وَاحْشُرْنِى فِى زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ – سنن الترمذى – (ج 9 / ص 162)

Dari Anas Ra. bahwa Rasulullah Saw. berdoa. “ Ya Allah hidupkan aku dalam keadaan miskin dan matikan aku dalam kemiskinan dan golongkanlah aku bersama orang-orang miskin di hari kiamat”. (HR. Tirmizi)

Rasulullah Saw. itu kalau mau kaya sangat bisa. Seandainya beliau minta kepada Allah agar Gunung Uhud dijadikan emas pasti akan dikabulkan. Tetapi ternyata beliau tidak ingin kemewahan tersebut. Hidup sangat sederhana sekali menjadi pilihannya. Itulah cerminan dari doa yang beliau lantunkan. Doa ngeri-ngeri sedap.

Ngerinya, mosok hidup sekali miskin papa tak punya apa-apa. Sedapnya seperti jawaban beliau saat Aisyah bertanya, “Mengapa doa itu beliau lantunkan”.

Jawab Nabi: “sesungguhnya orang miskin itu akan masuk surga lebih dahulu dari orang-orang kaya selisihnya empat puluh tahun. Wahai Aisyah janganlah kamu menolak orang miskin walau hanya memberi sebuah kurma. Wahai Aisyah cintailah orang-orang miskin, dekatilah mereka. Maka sesungguhnya Allah akan mendekatkan kamu ke surga.”

*Dewan Pengawas Syariah Lazismu Sragen

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE