Cegah Invasi Israel ke Rafah, Qatar Serukan “Tindakan Mendesak Internasional”
PWMJATENG.COM, Semarang – Seruan baru agar masyarakat internasional memberi tekanan terhadap Israel agar tidak melanjutkan ofensif ke kota Rafah, di bagian selatan Gaza, kembali muncul pada hari Rabu (8/5). Qatar dan Uni Afrika menyatakan keprihatinan mengenai meningkatnya krisis kemanusiaan.
Qatar termasuk di antara beberapa mediator utama yang mengupayakan tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Qatar pada hari Rabu mengatakan pemindahan paksa warga sipil dari Rafah akan menjadi pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Qatar mengutuk serangan Israel di Rafah dan menyerukan “tindakan mendesak internasional” untuk mencegah pasukan Israel menyerang kota itu.
Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat meminta masyarakat internasional untuk bekerja sama guna mencegah eskalasi konflik yang menelan banyak korban jiwa di Gaza, dan menyatakan tentang pentingnya wilayah tersebut sebagai koridor pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Israel Kuasai dan Tutup Penyebrangan Rafah, Badan-Badan Bantuan PBB Sampaikan Kecaman Sengit
Israel merebut penyeberangan Rafah di sisi Gaza pada hari Selasa (7/5), sambil menutup penyeberangan Kerem Shalom di dekatnya. Hal tersebut menuai kritik dari berbagai organisasi bantuan kemanusiaan. Sehari kemudian Israel mengatakan telah membuka kembali Kerem Shalom.
Kepala badan bantuan kemanusiaan PBB OCHA Martin Griffiths mengatakan penutupan penyeberangan Rafah memutus akses masuknya bahan bakar dan kemampun para pekerja bantuan untuk menyeberang masuk ke Gaza.
Para pemimpin Israel mengatakan operasi militer di Rafah perlu untuk mencapai target mereka yaitu memastikan pembebasan para sandera yang masih ditahan di Gaza dan mengalahkan Hamas.
Baca juga, Sesama Ulama Salafi Pun (Sering) Berbeda Pendapat
Sekjen PBB Antonio Guterres Selasa mengatakan serangan terhadap Rafah akan menjadi “kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan” pada waktu bencana kelaparan membayangi kawasan di bagian utara Gaza itu.
Berbicara pada wartawan di markas besar PBB di New York, Guterres mengatakan “Akan tragis sekali jika aktivitas diplomatik yang intens selama berpekan-pekan untuk mengupayakan perdamaian di Gaza tidak menghasilkan gencatan senjata, tidak membebaskan sandera, dan menyebabkan ofensif menghancurkan di Rafah.”
Ia mendesak pemerintah Israel dan Hamas untuk menunjukkan “keberanian politik” mencapai kesepakatan dan menghentikan pertumpahan darah. Ia juga mendesak negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap kedua pihak agar menggunakan pengaruh mereka.
WHO: Lebih dari Separuh Pengungsi di Rafah adalah Anak-Anak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sekitar 1,2 juta orang mengungsi di Rafah, lebih dari separuhnya adalah anak-anak. Banyak di antara mereka datang dari bagian-bagian lain di Gaza, lari untuk menyelamatkan diri dan berlindung sementara serangan Israel terhadap Hamas yang telah meninggalkan kehancuran dahsyat di sebagian besar Jalur Gaza.
Perang Israel-Hamas dipicu oleh serangan Hamas ke selatan Israel pada 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.200 orang. Hamas juga menculik sekitar 250 orang lainnya, yang sebagian besar telah dibebaskan November lalu setelah tercapainya gencatan senjata pertama.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan hingga hari Rabu ini lebih dari 34.700 warga Palestina tewas, sekitar dua per tiganya adalah perempuan dan anak-anak.
*Konten ini merupakan kerja sama pwmjateng.com dengan VOA Indonesia