PWMJATENG.COM, BANYUWANGI – Efektifkan pelaksanakan Training of Trainer (ToT) Modul Eco Bhinneka Muhammadiyah – Nasyitaul Aisyiyah Regional Banyuwangi Jawa Timur, sebagai bentuk sosialisasi dan aksi dari konten modul yang telah disusun ditahun 2022, Jum’at, 17 Februari 2023.
Peserta ToT ini diikuti sebanyak 25 orang terdiri dari tokoh lintas agama (Islam, Budha, Kristen, Katolik, Konghucu dan Hindu) pemuda dan perempuan lintas iman, pemuda trijati, pegiat lingkungan dan perwakilan organisasi perempuan (Fatayat NU, Fasda NA Banyuwangi) yang nanti akan menjadi fasilitator disetiap komunitas dan lingkungan masing-masing.
Winda sebagai Regional Manager Banyuwangi sekaligus Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menyampaikan harapan diselenggarakannya ToT ini supaya Modul Eco Bhinneka Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah, bisa kita pelajari bersama maksud dan tujuan eco bhinneka dalam isu kerukunan umat beragama dan pelestarian lingkungan yang akan disampaikan ke masyarakat.
Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan turut berkesempatan hadir dalam layar kaca, memberikan arahan dan spirit Eco Bhinneka bahwa kita melakukan kerja-kerja lingkungan untuk lintas agama dengan menggunakan pendekatan lingkungan dan lintas agama, kita bekerja tidak untuk agama kita sendiri. 3 kata kunci Eco Bhinneka yaitu Muhammadiyah (mendalami, menyelami tentang nilai-nilai islam); Ekologi (sesuatu yang dekat dengan kita, tidak bisa dipisahkan dari kehidupan); Bhinneka (Muhammadiyah menjadi rumah besar untuk umat). Sehingga modul ini dijadikan sebagai alat yang dinamis untuk konteks keberagaman dan lingkungan untuk kita bersama—sama melakukan aksi.
“Nasyiatul Aisyiyah sebagai organisasi perempuan muda, dibawah payung Muhammadiyah, kami mengusung keadilan untuk alam dan lingkungan, NA sebagai perempuan muda sekaligus ibu yang memiliki peranan sangat penting didalam keluarga untuk mengendalikan dan pengelolaan barang rumah tangga.” tutur Ariati Dina Puspitasari selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
“Dalam rangka kerukunan, kita (NA) melalui ekologi / lingkungan hidup, kita tidak memandang agama apapun, tua-muda, laki-laki perempuan, hidup bersama-sama diplanet ini menjaga kelestarian lingkungan. Harapan dari aktivitas ini adanya forum bersama perempuan-perempuan ‘srikandi’ lintas iman.” terang Ariati sebagai Dosen Fisika Lingkungan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Dr. H. Mukhlis, M.Si selaku Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi, mengajak kita bersama-sama dengan Muhammadiyah, NA, berbagai lintas iman berkarya nyata, banyak memberi ke lingkungan. “Hidup lebih banyak memberi daripada meminta. Berkaryalah sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, sesuai kebiasaan kita, sesuai kedigdayaan kita, sepanjang untuk kemaslahatan ummat, kemaslahatan Bangsa dan Negara. Berkarya adalah amal nyata yang monumental bagian dari amal sholeh yang kemanfatannya dirasakan semua orang. Jangan berhenti berkarya, beramal sholeh, kita jadi bermartabat karena banyak memberi buka meminta.” Ujar Mukhlis saat membuka acara ToT.
Pada sesi terakhir hari pertama, terbentuk 5 kelompok diskusi yang beranggotakan perwakilan setiap agama dan komunitas. Masing-masing kelompok membuat visual dan presentasi singkat tentang filosofi fasilitator. Satu diantara lima kelompok, menerangkan filosofi lampu ibarat fasilitator yakni manusia yang terang, memiliki pengetahuan, melakukan aksi-aksi nyata. Ada quote menarik dari salah satu kelompok yaitu ”yang harus dibabat adalah kebencian, yang harus dirajut adalah kepedulian”.
Author: Intan Mustikasari