Kolom

Bangkit dalam Keadaan Buta: Renungan tentang Cahaya Hidayah

Bangkit dalam Keadaan Buta: Renungan tentang Cahaya Hidayah

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COM – Salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada manusia adalah cahaya hidayah. Hidayah adalah cahaya yang membimbing seseorang dalam gelapnya kebodohan, keraguan, dan kesesatan. Namun, tidak sedikit manusia yang dengan sengaja memilih berpaling dari hidayah, menutup mata dan hatinya terhadap kebenaran. Akibatnya, mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan buta—bukan karena cacat fisik, tetapi karena di dunia mereka telah membutakan hati dari petunjuk Allah.

Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan dalam firman-Nya:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَح\u065ْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit (di dunia). Dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

Ketika seseorang yang dulunya bisa melihat tiba-tiba dibangkitkan dalam keadaan buta, ia akan bertanya dengan penuh keheranan:

قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا

“Wahai Rabbku, mengapa Engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal dulunya aku seorang yang melihat?” (QS. Thaha: 125)

Namun, jawaban Allah begitu menyesakkan:

قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيَتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى

“Demikianlah, dulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu pula pada hari ini pun kamu dilupakan.” (QS. Thaha: 126)

Baca juga, Puasa sebagai Sarana Membersihkan Jiwa dan Raga

Buta di akhirat bukan sekadar buta fisik, tetapi simbol dari hati yang buta sejak di dunia. Al-Hafidzh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:

“Sekalipun lahiriah hidupnya tampak dalam kesenangan, berpakaian apa yang dia inginkan, makan dan bertempat tinggal sesuai yang dia mau, tetapi jika hatinya kosong dari keyakinan dan petunjuk kebenaran, maka dirinya senantiasa diliputi oleh kegundahan, kebimbangan, dan keraguan. Begitulah sejatinya kehidupan yang sempit.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/323)

Allah menegaskan:

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىنُورٍ مِنْ رَبِّهِ

“Maka apakah orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar: 22)

Hidayah adalah karunia terbesar, lebih berharga dari harta dan dunia. Karenanya, kita harus bersungguh-sungguh menjaganya. Rasulullah ﷺ bersabda:

اللهُمَ اهْدِنِيْ وَسَدِّدْنِي

“Ya Allah, berikanlah aku petunjuk dan luruskanlah aku.” (HR. Muslim, no. 2725)

Beberapa cara menjaga hidayah:

  1. Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku.” (HR. Malik, no. 1594)
  2. Memohon hidayah dalam setiap doa اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُس\u065ْتَقِيمَ “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 6)

Semoga Allah selalu membimbing kita dalam cahaya hidayah-Nya hingga akhir hayat. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE