Khutbah Iduladha: Generasi Emas Era Nabi Ibrahim
Khutbah Iduladha: Generasi Emas Era Nabi Ibrahim
Oleh : Akmar Kholid S.Pd. (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Purbalingga Periode 2022-2027)
Hadirin yang dimuliakan Allah
Generasi Emas. Demikian slogan yang hari ini tampak keren untuk diucapakan. Sejumlah program telah digulirkan. Berbagai kebijakan strategis telah dirancang. Tampaknya berbagai pembenahan juga mulai dilakukan. Akankah misi Indonesia Emas 2045 dapat direalisasikan?
Hadirin yang dirahmati Allah Swt.
Menurut M. Nuh mantan menteri pendidikan era Presiden SBY Karakteristik dasar generasi emas ialah memiliki kompetensi sikap (attitude) baik spiritual maupun sosial yang diwujudkan dengan sikap jujur, disiplin, bersih dan empati. Selain itu untuk mewujudkan generasi emas harus memiliki kompetensi keterampilan (skills) yang meliputi, sikap kreatif-inovatif, dan entrepreneurial.
Jika mengacu pada kriteria di atas sungguh berat tanggung jawab para pendidik, orang tua, pemangku kebijakan dan seluruh elemen masyarakat yang menghendaki generasi emas yang dimaksud. Pasalnya menurut beberapa laporan lembaga riset yang kompeten menunjukkan fakta yang sangat mengkhawatirkan akan prilaku (attitude) generasi saat ini.
Berbagai bentuk kenakalan, penyimpangan dan kekerasan terus menggerus perilaku anak bangsa yang di dominasi oleh generasi muda. Seks bebas, narkoba, merokok, korupsi, tawuran antar pelajar, geng motor, aborsi di kalangan pelajar, pacaran, perundungan, perselingkuhan dan sederet kasus-kasus yang menakutkan untuk diutarakan.
Menurut data BKKBN pada tahun 2023 tercatat sebanyak 60 persen remaja Indonesia usia 16-17 tahun pernah melakukan hubungan seksual. Menurut lembaga riset, jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta di antaranya dilakukan oleh anak remaja. BNN mencatat, pada tahun 2021 pengguna narkoba pada usia 15-65 tahun sebanyak 4,8 juta orang.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Ada apa dengan bangsa ini? Apa yang salah dari sistem bernegara kita? Hendak dibawa ke mana generasi bangsa ini? Generasi emas model apa yang dikehendaki? Allahul musta’an. Degradasi moral anak bangsa telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Terjadi di hampir semua lini kehidupan. Bangsa yang dulu dikenal dengan adat ketimuran kini berada di persimpangan jalan. Bahkan rasa malu saja semakin berkurang. Lantas langkah kongkret apa yang dapat kita lakukan untuk mengurai sederet persoalan di atas?
Hadirin yang dirahmati Allah
Rasulullah saw telah bersabda:
يَقُولُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا إِنَّهَا سَتَكُونُ فِتْنَةٌ فَقُلْتُ مَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ وَهُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ وَمَنْ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللَّهُ
Berkata Rasulullah: “Ingatlah, sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Lalu aku (Ali) bertanya; “Bagaimana solusinya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya ada kisah tentang peristiwa sebelum kalian, dan setelah kalian, hukum perkara diantara kalian, ia adalah (firman) yang memisahkan (antara yang hak dan yang bathil), bukan senda gurau, barangsiapa meninggalkannya karena bersikap sombong, maka Allah akan membinasakannya, dan barangsiapa mencari petunjuk pada selainnya, maka Allah akan menyesatkannya. (HR Tirmidzi)
Berkata Ibnu Abbas R.a.;
لو ضاع لي عقال بعير لوجدته في كتاب الله
Sekiranya hilang bagiku seutas tali pengikat unta, maka aku benar-benar akan menemukannya dalam kitab Allah.
Ya inilah Al-Qur’an yang akan menjawab semua persoalan. Menjadi inspirasi dalam merumuskan sistem pendidikan. Alquran juga berisi kisah-kisah teladan yang patut dijadikan panutan. Di antara kisah keteladanan Al-Quran adalah kisah sosok nabi yang hari ini diperingati melalui ibadah kurban. Beliau adalah Nabi Ibrahim yang menjadi figur sentral dalam model pendidikan. Setidaknya ada dua konsep pendidikan yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim kepada kita untuk diterapkan.
Pertama, keteladan.
Dari mana anak mendapatkan teladan? Dari orang tua, guru di sekolah dan publik figur. Perilaku buruk mereka bisa jadi karena buruknya perikalu orang-orang yang semestinya menjadi teladan.
لا يستقيم الظل والعود اعوج
Tidak akan lurus bayangan suatu benda jika benda tersebut bengkok.
Nabi Ibrahim merupakan sosok teladan yang telah direkomendasikan oleh Allah untuk diteladani.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. (Al-Mumtahanah: 4)
Dalam perspektif pendidikan, Nabi Ibrahim adalah figur yang layak dijadikan role model. Beliau memiliki sifat keayahan yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang. Semua karakter positif tersebut merupakan tarbiyah ilahiyyah atau bimbingan dari Allah. Lebih dari itu Ibrahim telah menunjukkan kepada istri dan anaknya makna ketaatan terhadap perintah Allah tanpa reserve.
Baca juga, Apakah Panitia Berhak Mendapatkan Bagian dari Daging Hewan Kurban?
Contoh keteladanan Ibrahim dalam konsep pendidikan juga bisa dilihat dari metode dialogis dalam pengajaran. Lihatlah bagaimana Ibrahim berdialog dengan Ismail saat Allah perintahkan untuk menyembelihnya. Padahal bisa saja Ibrahim langsung menuntaskan perintah tersebut tanpa perlu berdialog. Inilah metode yang hari ini sangat relevan untuk pendidikan anak-anak gen Z. Pendekatan personal dalam bentuk dialog yang menyegarkan dan penuh perhatian.
Guru maupun orang tua hendaknya mengedepankan dialog daripada penghakiman dalam menyelesaikan masalah. Dengan dialog akan membangun komunikasi dua arah. Anak merasa dihargai dan mendapat tempat di hati orang tua dan guru. Anak akan memiliki rasa percaya diri. Yang pada akhirnya akan menjadi stimulus pada peningkatan kualitas dan produktifitas.
Kedua, lingkungan.
Menurut para pakar sosiologi dan pendidikan, lingkungan berperan besar dalam membentuk karakter seseorang. Di dalam Islam sendiri, Rasulullah pernah bersabda
الجار قبل الدار
“Perhatikan tetanggamu sebelum membangun rumah.”
Hadis ini menjadi isyarat akan besarnya pengaruh lingkungan dalam kebaikan dan keburukan. Sejatinya lingkungan itu dimulai dari keluarga, masyarakat sekitar, sekolah dan teman.
Itulah sebabnya mengapa Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah memboyong keluarganya ke sebuah lembah yang hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan.
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat. (Ibrahim 37)
Hanya agar mereka menegakkan salat. Sebab jika hidup dilingkungan kaum Babilon, kaum penyembah berhala. Tentu dikhawatirkan akan terpengaruh dengan mereka. Itulah cara Nabi Ibrahim menyelamatkan akidah keluarga dan anaknya. Mencarikan tempat yang kondusif dari pengaruh buruk lingkungan yang kerap mencemari kebaikan yang telah dibangun.
Hadirin kaum muslim muslimat yang dimuliakan Allah
Alhasil, lahirlah sosok anak saleh bernama Ismail. Nabi yang kelak akan bersambung nasabnya kepada Rasulullah. Produk pendidikan yang mengedepankan keimanan dan karakter generasi emas.
Editor : M Taufiq Ulinuha