Hadir di Purbalingga Bermunajat, Dodok Sartono Sampaikan Filosofi Ibadah Haji
PWMJATENG.COM, Purbalingga – Pada hari Ahad (21/4) di Pendopo Dipokusumo Purbalingga, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Purbalingga menggelar acara Purbalingga Bermunajat yang penuh makna. Dalam suasana Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah Daerah Purbalingga, acara ini juga menjadi momentum Pelepasan Calon Jemaah Haji LBIHUM Purbalingga dan Pengajian Akbar.
Acara yang dihadiri oleh Dyah Hayuning Pratiwi, selaku Bupati Purbalingga, serta Dodok Sartono, S.E., M.M selaku Sekretaris PWM Jawa Tengah, menarik perhatian sekitar 138 Calon Haji dan sekitar 1.500 peserta lain yang memadati ruang hingga halaman Pendopo.
Tidak hanya sebagai ajang silaturahmi, acara ini juga menjadi wadah untuk mendalami aspek spiritual haji dan memahami filosofi di balik ritual yang dilakukan umat Islam.
Dalam tausiyahnya, Dodok Sartono, mengungkapkan esensi dari ibadah haji yang seharusnya tidak hanya diartikan sebagai sekadar ritual, namun juga sebagai wujud pasrah kepada Allah Swt. dan pengejawantahan dari janji-Nya untuk mengampuni dosa-dosa serta mengabulkan doa-doanya.
Beliau juga memberikan tips berharga tentang bagaimana memohon kepada Allah Swt. dengan menulis daftar doa, baik untuk meminta ampunan dosa maupun untuk kebutuhan lain, termasuk doa yang dititipkan oleh orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam beribadah, selalu ada aspek individual dan juga sosial yang perlu diperhatikan.
Baca juga, Beri Tausiyah Ahad Pagi Masjid At Tanwir Kalbar, Tafsir Jelaskan Adab Nabi
Selain itu, Dodok Sartono, juga membahas tentang filosofi spiritual di balik ibadah haji. Ia mengungkapkan bahwa Kakbah, meski menjadi simbol penting dalam ibadah haji, pada dasarnya hanyalah sebuah bangunan biasa. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk melihat lebih jauh dari sekadar bentuk fisik, namun juga memahami makna spiritual di baliknya.
Beliau juga mengangkat simbolisasi dari sai, yang merupakan bagian dari ritual haji, sebagai simbol usaha yang sungguh-sungguh dalam mencapai kebenaran dan ketakwaan.
Tidak hanya itu, dalam tausiyahnya, Dodok Sartono, juga memaparkan sejarah dari tradisi Halalbihalal. Beliau menjelaskan bahwa tradisi ini memiliki latar belakang politik dan pedagang yang turut memengaruhi penyebarannya di masyarakat.
Tradisi Halalbihalal sendiri muncul dari usulan KH Abdul Wahab, yang melihat pentingnya menjaga silaturahmi dan meredam konflik yang terjadi di tengah masyarakat. Hal ini tercermin dari kasus sejarah saat tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno dan Buya Hamka menggunakan tradisi Halalbihalal sebagai sarana untuk mempererat persaudaraan.
Dalam konteks Purbalingga Bermunajat, acara tersebut tidak hanya menjadi ajang untuk bersilaturahmi, namun juga menjadi momen refleksi spiritual bagi umat Islam, terutama Calon Jemaah Haji yang akan segera berangkat.
Editor : M Taufiq Ulinuha