Tanggung Jawab Pemimpin: Perspektif Islam dan Implementasinya dalam Kepemimpinan
PWMJATENG.COM – Dalam kajian fiqih Islam, konsep ‘mashlahat’ atau kemaslahatan, yang diperkenalkan melalui teori maqâshid asy-syarî’ah, memberikan pandangan yang penting dalam mengevaluasi kepemimpinan. Para pemimpin perlu menyadari bahwa keputusan yang mereka ambil tidak selalu harus bersifat pro-rakyat. Sebagaimana peringatan dari Nabi Muhammad Saw., setiap individu akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu mempertanggungjawabkan setiap keputusan kepada rakyat yang dipimpinnya secara horizontal, dan kepada Tuhan secara vertikal.
Makna dan Tanggung Jawab Khalîfah dan Imâm
Seorang pemimpin secara hakiki menyandang dua predikat: khalîfah dan imâm. Meskipun kedua kata tersebut memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia, secara esensial keduanya berbeda. Khalîfah, yang berakar dari kata khalafa, mengacu pada seseorang yang menggantikan tokoh sebelumnya. Seorang khalîfah dianggap sebagai wakil Allah dalam memimpin umat manusia, sehingga harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada-Nya. Di sisi lain, imâm merujuk pada orang yang ada di depan, sering kali diinterpretasikan sebagai teladan yang terdepan dalam perilaku moral dan spiritual. Seorang imâm harus menjadi contoh yang baik bagi yang dipimpinnya, dengan keputusan yang selalu mengutamakan kepentingan umum.
Baca juga, Jelang Hari Pencoblosan, Ketua PWM Jateng Berikan Nasihat untuk Segenap Masyarakat
Teladan dari Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad s.a.w. adalah contoh yang nyata dari pemimpin yang memilih untuk menjadi teladan yang sejati. Meskipun memiliki kekuasaan yang besar, beliau tetap memilih untuk menjadi pemimpin yang berintegritas. Analogi sederhana bisa diberikan dengan membandingkan seorang presiden yang dipilih oleh rakyat dengan seorang raja yang memperoleh kekuasaan secara turun-temurun. Namun, terdapat pemimpin yang terpilih secara demokratis namun cenderung bertindak otoriter, mengabaikan keinginan rakyatnya.
Peran dan Tanggung Jawab Pemimpin
Dalam perspektif agama, pemimpin memiliki tanggung jawab yang luas, termasuk menjalin hubungan yang baik dengan Allah, masyarakat, dan alam semesta. Dari firman Allah SWT, pemimpin dituntut untuk mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat kebaikan, dan mencegah perbuatan yang mungkar. Oleh karena itu, pemimpin yang memahami arti tanggung jawabnya adalah pilihan yang tepat untuk memimpin sebuah negara atau bangsa, termasuk di Indonesia.
Pemimpin yang memahami tanggung jawabnya adalah yang seharusnya dipilih untuk memimpin negara dan bangsa. Bukanlah pemimpin yang otoriter dan selalu ingin memaksakan kehendaknya kepada rakyatnya, namun pemimpin yang memperhatikan kepentingan rakyat dan siap mempertanggungjawabkan setiap langkahnya. Dengan demikian, pemimpin yang mampu mengelola kemaslahatan umum dengan bijaksana adalah yang dibutuhkan untuk kemajuan bersama.
Editor : M Taufiq Ulinuha