Sentuhan Hati di Malam 27 Ramadan di Kota Makkah
Oleh : Alif Sarifudin*
PWMJATENG.COM – Malam yang hingar bingar hampir tak ada yang bermalas tuk meraihnya telah tiba. Berawal dari bakda Ashar hingga subuh. Penulis menyaksikan sentuhan hati yang merindukan bahagia di dunia dan memimpikan di akhirat. Manusia tumpah-ruah tuk mengais, berebut bersama menggapai Lailatul Qodar yang dirindu.
Di tanah suci saat Qiyamul lail, padat penuh dengan hamba Allah yang kebanyakan meneteskan air mata.
Hampir tidak ada jalan yang bisa dilalui karena padatnya. Semua dipadati sekitar 9 jutaan manusia tuk bermunajat, berkumpul, mengharap agar sebagai hamba Allah dipilih untuk mendapat sentuhan malam yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan. Berbagi, saling lempar senyum, salam pun sering terdengar.
Ya hajj…thoriq..thoriq, hampir mewarnai tetiakan dari keikhlasan dan kegagahan Polisi Arab Saudi yang bernomorkan 911.
Malam semakin larut, para pencari kebahagiaan semakin banyak. Ada pelajaran penting saat semua mengharap di depan ka’bah hingga tidak ada satu shof pun yang longgar. Bahkan seluruh hotel dipadati jamaah yang rindu tuk beribadah di malam yang diyakini turunnya melebihi jumlah butiran pasir di laut.
Para Malaikat diutus oleh Allah untuk membantu urusan manusia yang melelahkan dan tak pernah ada habisnya. Ada pelajaran yang luar biasa.
Baca juga, Lokasi, Khatib dan Imam Salat Idulfitri Jawa Tengah Tahun 2023
Semangat kebersamaan dalam cita-cita yang sama membuat ukhuwah yang tak ternoda. Mereka tidak tertarik dengan perdebatan hari raya yang berbeda. Mereka tidak tersentuh dengan para penguasa yang ingin terus haus dengan syahwat kekuasaannya. Intinya mereka hanya berharap agar bahagia dan dimudahkan urusannya seandainya Allah masih memberi usia.
Zaman Nabi Nuh ada ibu-ibu yang menangisi wafatnya seorang anak yang berusia 60 tahun. Saat itu usia 60 tahun dianggap anak-anak karena rata-rata berusia ribuan tahun. Nabi Nuh sendiri berdakwah hingga 950 tahun pagi dan sore tanpa mengenal lelah. Nabi Nuh berkata kepada seorang ibu yang menangisi anaknya. Ibu nanti zaman akhir ada umat yang umurnya hanya 60 tahunan jadi jangan tangisi wafatnya anak yang berusia 60 tahun. Apa yang disampaikan nabi Nuh sudah tiba saatnya, yakni zaman umat nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam. RASULULLAH ﷺ pernah mengabarkan usia kebanyakan umatnya berkisar antara 60-70 tahun.
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah)
Kalau melihat hadis ini lalu apa yang dibanggakan kita untuk tidak bersegera maksimal memperbanyak amal sholeh. Janganlah sombong dengan jabatan, kecantikan, fasilitas harta yang melimpah, bahkan pengaruh yang luar biasa. Apakah ada yang menjamin tahun depat kita bisa menikmati Ramadhan lagi? Tentu tidak ada. Karena itu kita bisa mengambil hikmah dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan Lailatul Qodar kita akan mampu mengalahkan orang yg beribadah ratusan bahkan ribuan tahun seperti umat terdahulu. Ramadhan sebentar lagi akan pergi, kemana lagi kau akan berteman dengan teman siang malam yang setia.
*Ketua PDM Kota Tegal
Editor : M Taufiq Ulinuha