Kado Sederhana untuk Guru TPQ Aisyiyah
PWMJATENG.COM, PURBALINGGA — Wali santri TPQ Aisyiyah Desa Pengalusan memiliki sebuah grup WhatsApp yang terbentuk tanpa komando. Semua berjalan natural, mengalir begitu saja. Tak ada yang istimewa—hingga suatu hari muncul inisiatif untuk memberikan kado kepada para guru yang telah membimbing anak-anak mereka mengaji, membaca Kalam Ilahi, belajar salat, wudhu, menghafal doa, dzikir, salawat, dan ilmu agama lainnya.
Tradisi kecil penuh makna ini bukan pertama kali terjadi. Pada Idulfitri sebelumnya, para santri juga berbondong-bondong bersilaturahmi ke rumah ustaz dan membawa bingkisan sebagai ungkapan terima kasih.
Indah rasanya melihat para ibu turut mendidik anak-anak mereka untuk punya rasa syukur dan kebiasaan berbagi, meski dengan kesederhanaan.
“Leh, niki dibekto nggih… mangke paringaken ustadz,” pesan para ibu dari rumah, menanamkan nilai adab sejak dini.
Di tengah berbagai pemberitaan tentang konflik antara guru, siswa, dan orang tua, suasana berbeda justru hadir di pelosok desa di bawah kaki Gunung Slamet. Di TPQ ‘Aisyiyah Desa Pengalusan, para santri dan wali merayakan Hari Guru dengan penuh sukacita.
Pada Selasa (25/11) sore, anak-anak datang ke madrasah ditemani ibunya, masing-masing membawa satu dua bahan makanan: jajanan, ciki, mi instan, kopi, teh, dan lainnya. Guru mereka tidak pernah menyangka kedatangan itu. Setelah bingkisan dikumpulkan di atas meja, anak-anak diarahkan untuk bersalaman dan mencium tangan sang guru. Suasana haru pun menyelimuti TPQ sore itu.
“Kulo be kaget niku, suprais Hari Guru terose. Dados terharu piyambak, khawatir nek mboten maksimal dalam mengajar,” ungkap Farhan, guru TPQ Aisyiyah yang mengaku terkejut sekaligus tersentuh oleh perhatian para santri dan wali.
Di balik kado sederhana itu, tersimpan harapan tulus dari para orang tua agar guru-guru tetap bersemangat, istiqamah, dan tidak lelah membimbing anak-anak mereka dalam menuntut ilmu agama.
Kontributor: (DF)
Editor: Al-Afasy
