PWMJATENG.COM, Depok – ‘Aisyiyah, organisasi perempuan Islam berkemajuan yang telah berusia lebih dari satu abad, terus menunjukkan kontribusi nyata dalam berbagai bidang kehidupan. Organisasi ini mengelola sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan, hingga lembaga ekonomi. Kehadirannya menjadi kekuatan penting bagi pembangunan bangsa sekaligus memberi manfaat besar bagi masyarakat.
Namun, tantangan zaman semakin kompleks. Arus globalisasi, digitalisasi, isu gender, krisis lingkungan, hingga kesehatan masyarakat menjadi dinamika baru yang harus dihadapi. Dalam konteks ini, kepemimpinan kolegial dipandang sebagai prinsip penting untuk menjaga musyawarah, kebersamaan, dan akuntabilitas organisasi.
Ketua Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat (MPK PP) ‘Aisyiyah, Mami Hajaroh, menekankan pentingnya hal tersebut. “Seorang pemimpin harus mampu membangun harmoni. Kepemimpinan kolegial menuntut implementasi nyata dalam menghadapi problem yang beragam, mengingat banyak anggota dari berbagai latar belakang yang masuk ke dalam ‘Aisyiyah,” ungkapnya saat memfasilitasi diskusi bertema Kepemimpinan Kolegial di ‘Aisyiyah.
Diskusi tersebut berlangsung pada hari kedua Baitul Arqam PP ‘Aisyiyah, 23 Agustus 2025. Kegiatan itu diikuti pimpinan majelis dan lembaga di tingkat pusat dan dilaksanakan di Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kemendikdasmen, Depok.
Dalam kesempatan itu, Mami mengajak peserta mendalami lima tema utama tentang kepemimpinan kolegial. “Tema yang kita diskusikan yaitu terkait pernyataan sikap dalam kepemimpinan kolegial, rangkap jabatan dan konflik kepentingan, regenerasi kepemimpinan, kolaborasi, serta pemahaman ideologi bagi pimpinan baru,” jelasnya.
Baca juga, Menjadikan Pekerjaan sebagai Ladang Ibadah
Setiap tema dikaitkan dengan kasus nyata di organisasi sebagai pemantik diskusi. Peserta kemudian dibagi dalam kelompok dan diminta menganalisis persoalan menggunakan metode SWOT—melihat kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan—sebelum merumuskan langkah strategis.
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Rohimi Zam Zam, juga menegaskan pentingnya konsolidasi internal agar prinsip kepemimpinan kolegial dapat berjalan dengan baik. Ia menilai musyawarah, keterbukaan, dan koordinasi lintas majelis menjadi syarat utama.
“Ruang bagi kader muda harus dibuka, dan pemahaman ideologi Islam berkemajuan mesti menjadi fondasi utama. Dengan begitu, langkah organisasi tetap konsisten dengan jati diri ‘Aisyiyah,” ujar Rohimi.
Menurutnya, keberadaan para profesional dalam tubuh organisasi juga tidak dapat dinafikan. Namun, ia menekankan bahwa keselarasan dengan ideologi menjadi hal yang mutlak. “Profesional penting, tetapi mereka harus sejalan dengan ideologi organisasi, sehingga pergerakan dapat diarahkan dengan tepat,” katanya.
Lebih lanjut, Rohimi menekankan perlunya akselerasi sejak awal pergantian pimpinan. Menurutnya, program orientasi menjadi ruang penting agar pimpinan baru memahami ideologi sekaligus mampu melanjutkan perjuangan sesuai arah yang telah ditetapkan organisasi.
Kontributor : Farah
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
