PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menegaskan komitmennya dalam pengembangan pendidikan kedokteran di Indonesia. Lewat kolaborasi strategis dengan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UM Banjarmasin), UMS resmi menjadi pembina pendirian Program Studi Pendidikan Dokter di kampus tersebut.
Penandatanganan nota kesepahaman antara Fakultas Kedokteran (FK) UMS dan FK UM Banjarmasin menjadi agenda utama dalam kunjungan resmi yang berlangsung pada Rabu–Jumat, 2–4 Juli 2025. Rektor UMS Harun Joko Prayitno, Dekan FK UMS Flora Ramona Sigit Prakoeswa, dan Erika Diana Risanti turut hadir dalam kunjungan tersebut.
“Kami sangat serius dalam membina FK baru ini agar sesuai dengan standar nasional dan nilai-nilai khas Muhammadiyah,” ujar Flora saat ditemui pada Rabu (16/7).
Menurutnya, tantangan terbesar dalam pendirian program studi kedokteran adalah memenuhi kebutuhan sumber daya manusia. Minimal dibutuhkan 26 dosen tetap dengan kualifikasi ketat, yang tidak mudah dipenuhi dibandingkan dengan program studi lain.
“Ini bukan sekadar menambah program studi. Kita bicara tentang kualitas tenaga medis masa depan,” tegasnya.
UMS akan membantu dalam pemetaan dan pemenuhan SDM, termasuk menjalin koneksi dengan kampus-kampus unggulan yang memiliki program magister dan spesialis. Beberapa di antaranya adalah Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Sebelas Maret, Universitas Sumatera Utara, hingga Universitas Gadjah Mada.
Flora menjelaskan, “Kami menjembatani UM Banjarmasin dengan institusi pendidikan tinggi yang sudah mapan dalam pengembangan dosen dan tenaga medis.”
Baca juga, Mengapa Hati Masih Gelisah Meski Ibadah Rutin?
Selain SDM, UMS juga mendampingi UM Banjarmasin dalam penyusunan kurikulum kedokteran yang adaptif terhadap era Revolusi Industri 5.0. Mahasiswa kedokteran, kata Flora, perlu disiapkan menghadapi tantangan seperti big data, kecerdasan buatan, internet of things (IoT), dan robotika. Namun, mereka juga harus dibekali nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal.
“Mahasiswa kami tidak hanya belajar teori agama, tapi juga kami latih untuk bisa khutbah Jumat, salat jenazah, berdakwah, hingga menjadi pemimpin keagamaan di masyarakat,” imbuhnya.
Proses pendampingan dilakukan secara hybrid, baik secara daring maupun luring. Tim Task Force FK UM Banjarmasin terus berkoordinasi dengan UMS agar setiap tahapan berjalan sesuai regulasi yang berlaku.
“Kalau perlu hadir langsung, kami datang. Jika cukup lewat Zoom, itu yang kami manfaatkan,” ungkap Flora.
Dari sisi tata kelola, UMS juga memberi perhatian besar pada pemahaman regulasi dan desain sarana prasarana. Ia menekankan bahwa desain ruang kuliah, laboratorium, skill lab, hingga tutorial room harus sesuai dengan standar akreditasi nasional.
“Ini bukan soal anggaran besar, tapi soal ketepatan desain dan kepatuhan regulasi. Salah sedikit bisa berdampak pada akreditasi,” tegasnya.
Kerja sama antara kedua kampus akan berlangsung selama enam tahun. Kolaborasi ini menjadi bagian dari implementasi Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah: pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, serta Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).
Sebagai bentuk komitmen nyata, UMS juga menugaskan tiga dosen tetapnya untuk mengajar di FK UM Banjarmasin tanpa berpindah homebase. Hal ini diyakini akan mempercepat proses pembinaan sekaligus menjaga kualitas akademik.
“Kami ingin hadir dan bermanfaat untuk umat secara luas,” pungkas Flora.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
