Inilah Cara Berhijrah Lewat Al-Qur’an, Bukan Sekadar Pindah Tempat!
PWMJATENG.COM, Boyolali – Hijrah bukan hanya soal berpindah tempat, tetapi juga perubahan sikap, ucapan, hingga kebiasaan hidup. Hal ini menjadi pokok pembahasan dalam pengajian Sabtu malam Ahad Legi di Masjid Al-Amin, Kedunggupit, Sawahan, Boyolali, Jawa Tengah, pada Sabtu (12/7/2025) malam. Acara tersebut dihadiri sekitar 200 jamaah.
Dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dwi Jatmiko, yang hadir sebagai penceramah, menyampaikan bahwa hijrah sejati dapat dimulai dari membaca Al-Qur’an.
“Semoga dengan pengajian di bulan Muharam ini, Allah memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada kita semua,” ujar Jatmiko mengawali ceramahnya pada pukul 20.00 WIB.
Alumnus Pascasarjana Pendidikan Islam Universitas Raden Mas Said Surakarta itu kemudian membacakan sebuah hadis dari Sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
“Khairukum man ta’allamal Qur’aana wa ‘allamahu,” ujarnya sembari tersenyum. “Artinya, sebaik-baik di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Menurut Jatmiko, momen pergantian tahun Hijriah adalah waktu yang tepat untuk memulai perubahan menuju arah yang lebih baik. Dalam Islam, kebangkitan harus dilandasi oleh kekuatan iman dan kecerdasan intelektual, agar seimbang antara pembangunan rohani dan jasmani.
Ia menjelaskan bahwa hijrah terbagi menjadi dua bentuk. Pertama, hijrah fisik, yaitu berpindahnya tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, hijrah nonfisik, yaitu perubahan sikap, perilaku, ucapan, dan niat dari hal-hal yang dilarang Allah dan Rasul-Nya menuju hal-hal yang diridhai.
“Islam memerintahkan kita untuk membaca. Ilmu diperoleh dengan membaca, dan itu diawali dari perintah pertama Allah dalam wahyu-Nya: Iqra’,” tegasnya.
Baca juga, Tawasul dan Wasilah: Jalan Mendekatkan Diri kepada Allah
Dwi Jatmiko menambahkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah langkah awal hijrah yang nyata. Dengan rajin membaca, seseorang bisa berpindah dari ketidaktahuan menjadi paham, dari tidak bisa membaca huruf Arab menjadi mampu memahami isi Al-Qur’an, baik teks maupun terjemahannya.
“Berhijrah dari buta huruf Arab menjadi bisa membaca Al-Qur’an adalah proses transformasi spiritual yang mendalam,” ujarnya.
Tak hanya itu, Jatmiko juga menekankan pentingnya berzakat ke Baitul Mal, sebagai bentuk hijrah ekonomi menuju kepedulian sosial terhadap kaum dhuafa. “Zakat maal seharusnya disalurkan ke Baitul Mal agar manfaatnya tepat sasaran bagi kaum pra sejahtera,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa berhijrah juga berarti berpindah dari perbuatan buruk menuju amalan yang mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu contohnya adalah mengganti kebiasaan ghibah dengan dzikir.
“Ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang dalam Islam. Sebaliknya, dzikir ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’ adalah amalan yang membawa ketenangan dan pahala besar,” tandasnya.
Jatmiko mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pijakan dalam setiap langkah kehidupan. Dengan membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an, seorang Muslim dapat melakukan hijrah sejati secara menyeluruh.
Pengajian malam itu ditutup dengan doa bersama dan komitmen dari jamaah untuk memulai hijrah mereka dari hal sederhana: membaca Al-Qur’an setiap hari.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
