Manajemen “Jarene”

Manajemen “Jarene”

Oleh : Ikhwanushoffa (Sekretaris Kepala Kantor PWM Jawa Tengah)

PWMJATENG.COM – Banyak kegaduhan dan ketidaknyamanan terjadi di lingkung kita gegara beredar kabar dari mulut ke mulut yang tanpa terkonfirmasi kebenarannya. Bahkan ini mengecambah pada budaya organisasi, dimana tatakelo berdasarkan jarene. Semua serba lisan. Perintah lisan. Larangan lisan. Aturan lisan.

Banyak pegawai baru jadi korban manajemen jarene. Pegawai baru, yang mempunyai semangat bekerja guna mendapatkan maisyah halal dan thoyib, bisa langsung nglokro bekerja karena dapat jarene tentang orang-orang di kantornya. Jarene seringkali membuncah tidak sekedar info dari dan info tentang, namun penuh analisa simulakra yang jauh melebihi realitanya.

Sedemikian sehingga, pegawai korban ini menjadi korban lebih lanjut, yakni turut menjadi jurubicara dari jarene tadi. Jarene model ini dalam dunia kerja masuk kategori toxic. Ia racun dari semangat kerja, racun tenggang rasa, racun setia kawan. Kantor teriris-iris jadi kubu-kubu. Kenyamanan bekerjapun jadi ambyar.

Jarene via a vis Tabayyun

Memang, kita tidak akan menghilangkan jarene. Namun, dalam Islam sudah jelas dalam memitigasinya, yakni tabayyun atau konfirmasi. Tabayyun ini yang kini makin langka dalam dunia kerja. Pegawai begitu menikmati rasan-rasan tanpa konfirmasi. Jarene tidak pernah diuji kebenarannya. Malah, jarene dianggap kebenaran itu sendiri. Dunia jarang diisi oleh mereka yang berjiwa gentle, yang mau hadap personal. Lebih banyak diisi oleh para penggunjing yang sukanya ngomong dibelakang.

Bahkan, gelar dan jam terbang tak menjamin seseorang kalis dari sambaran jarene yang tanpa diuji ini. Dalam dunia jurnalistik ada istilah cover booth side untuk menguji sebuah informasi. Namun, walaupun jurnalistik seperti itu, dalam kehidupan nyata kadang itu sebatas ketika teori kerja, tak ditarik dalam dunia nyata. Sehingga sering mengumbar jarene tanpa konfirmasi pada yang bersangkutan. Bahkan, tak sedikit jatuh pada ad hominem, menyerang pribadi. Bukan fokus pada argumen kenapa seseorang mengeksekusi sesuatu, namun menyerang personal pelakunya. Wallaahu a’lam.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha