Profesional, Maju, dan Modern (PMM)

Profesional, Maju, dan Modern (PMM)

Oleh : Ikhwanushoffa (Manajer Area Lazismu Jawa Tengah)

PWMJATENG.COM, Surakarta – Tanfidz Keputusan Muktamar ke-48 Muhammadiyah tentang Program Muhammadiyah 2022–2027 Bab I Gambaran Umum Program Sub Bab B. Tujuan dan Prioritas nomor 1. Tujuan: a. Terciptanya transformasi sistem gerakan yang maju, profesional, dan modern di era globalisasi dan revolusi teknologi informasi. Dan nomor 2. Prioritas: g. Reformasi organisasi dan digitalisasi sistem organisasi yang tersistem sehingga keberadaan dan gerak Muhammadiyah semakin profesional, maju, dan modern. Demikian rekomendasi Muktamar yang menekankan pembenahan manajemen Persyarikatan.

Selalu berbenah adalah nadi Muhammadiyah, bahkan sejak awal perintisan pendiriannya. Kiai Dahlan pontang-panting menimba ilmu dan mengeksekusinya dalam tataran organisasi. Kiai Dahlan tidak alergi pada ilmu-ilmu Barat yang notabene penjajah kala itu, untuk mengkayakan khazanah dakwah dan gerakan Islam. Yang keren, pengurus Muhammadiyah benar-benar diajak habis-habisan untuk ikhlas dalam mengabdosi organisasi yang ala barat. Sehingga banyak karya luar biasa yang faedahnya masih bisa kita rasakan saat ini.

Berkemajuan vis a vis Kejumudan

Namun, mengeksekusi ilmu-ilmu baru itu apakah enak? Tidak. Pasti akan head to head dengan mereka yang emoh keluar dari zona nyaman. Lemahnya database dan kinerja yang tak bisa diukur adalah kesimpulan mudah kenapa salah satu rekomendasi utama Mukatamar adalah tatakelola PMM. Padahal dua hal itu sebagai kunci awal pemain peradaban saat ini. Di abad keduanya, tentu Muhammadiyah tidak mau sekedar menjadi penonton. Maka, penguatan database dan pengukuran kinerja menjadi niscaya. Itu baru pintu awal.

Ketika KPI diterapkan untuk mengukur kinerja Pimpinan beserta MLO-nya kegaduhan mulai muncul. Banyak kesalahpahaman keluar. Bahkan tuduhan dan fitnah menjadi bumbu. Lanjut ketika pembenahan tatakelola. Sebagaimanapun telah atas konsultasi, arahan bahkan perizinan dari Pimpinan puncak, akan tetap mudah dapat cap tidak manusiawi, ambisius, punya kepentingan pribadi, mementingkan kroni, melangkahi bahkan menyaingi Pimpinan yang lebih tinggi, atau pengen jadi matahari. Itu semua adalah penggenap dakwah perbaikan tatakelola. Tidak perlu baper namun juga jangan sampai jumawa. Dibandingkan ujian Kiai Dahlan dahulu, ujian generasi sekarang insyaallah belum seberapa dan belum apa-apa. Wallaahu a’lam.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha