Strategi Rahasia Sekolah Unggul Terungkap! Ini Pesan Penting dari Muhammad Ali dan Sutanto di Boyolali
PWMJATENG.COM, Boyolali – Komitmen Muhammadiyah dalam memajukan pendidikan kembali terlihat jelas. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Boyolali menggelar kegiatan bertajuk Bincang Pendidikan dengan tema “Strategi Sekolah Unggul”, Jumat (27/6), di Aula PDM Boyolali. Acara ini menghadirkan dua narasumber nasional dari Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, yakni Sutanto dan Muhammad Ali.
Bincang Pendidikan dipandu oleh Agus Sriyono dan dihadiri para kepala sekolah, pengurus majelis, serta praktisi pendidikan Muhammadiyah se-Kabupaten Boyolali. Para peserta antusias menyimak strategi dan gagasan untuk menjadikan sekolah-sekolah Muhammadiyah lebih unggul dan berdaya saing.
Dalam pemaparannya, Sutanto menekankan lima karakteristik dasar sekolah unggul yang telah menjadi standar nasional maupun global. Pertama, seleksi masuk yang ketat. Kedua, lingkungan belajar yang kondusif. Ketiga, keberadaan guru-guru profesional dan berdedikasi. Keempat, kurikulum yang diperkaya dan relevan. Kelima, sarana serta prasarana yang memadai.
“Ini adalah elemen-elemen dasar yang menjadi fondasi sekolah unggul. Tidak cukup unggul di atas kertas. Harus nyata menghasilkan lulusan berkualitas,” ujar Sutanto.
Sementara itu, Muhammad Ali membagikan strategi praktis berdasarkan pengalamannya di lapangan. Ia menyampaikan tiga resep utama membangun sekolah unggul: Positioning, Visioning, dan Branding.
Baca juga, Menepis Mitos Malam 1 Suro: Memaknai Bulan Muharram dengan Keimanan yang Murni
Positioning, menurutnya, adalah menentukan keunikan dan kekuatan sekolah dalam peta persaingan. Visioning berarti menyusun visi tajam dan berorientasi masa depan yang diterjemahkan ke dalam program konkret. Adapun Branding melibatkan penciptaan citra positif melalui pelayanan prima, komunikasi publik yang konsisten, serta pencitraan visual yang kuat.
“Jika sekolah Muhammadiyah ingin unggul, jangan hanya fokus ke dalam. Tampil ke luar dengan brand kuat dan program konsisten juga penting,” tegasnya.
Sesi tanya jawab menjadi momen yang paling menarik. Para peserta aktif berdiskusi, menyampaikan persoalan konkret di lapangan. Muhammad Rosyidi dari Majelis Dikdasmen PCM Sambi, misalnya, menanyakan cara mengubah mindset guru agar lebih progresif. Ali menjawab bahwa pembinaan berkelanjutan, sistem penghargaan, dan komunikasi visi secara rutin sangat penting untuk mengubah pola pikir guru.
Sementara itu, Pujiono, kepala sekolah sekaligus pengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), mengajukan dua pertanyaan penting. Ia bertanya tentang cara mensolidkan barisan pengelola AUM agar satu langkah dan satu suara, serta bagaimana membuat peta potensi sumber daya guru di sekolah Muhammadiyah agar lebih tertata.
Menanggapi itu, Agus Sriyono menyampaikan bahwa Majelis Dikdasmen PDM Boyolali telah mulai menata sistem secara menyeluruh. “Kami membangun struktur organisasi yang koordinatif, menyusun database SDM yang terbarukan, dan menyelaraskan visi kolektif lewat forum-forum resmi seperti musyawarah dan rapat koordinasi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa transformasi sekolah unggul bukan hanya soal fasilitas dan program akademik. Lebih dari itu, penguatan budaya organisasi dan pengelolaan sumber daya manusia secara terencana juga menjadi kunci.
Kontributor : Pujiono
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
