
PWMJATENG.COM, Wonogiri – Nama Dinda Satriya Utama kini menjadi sorotan setelah berhasil menyabet gelar Duta Wisata Wonogiri 2025. Alumni Program Studi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini membuktikan bahwa latar belakang akademik bukan penghalang untuk berkiprah di dunia pariwisata.
Dinda, pria kelahiran Wonogiri, mengaku ketertarikannya pada ajang Duta Wisata tumbuh dari kebiasaannya menonton malam grand final di Alun-Alun Giri Krida Bakti. Pengalaman itu menumbuhkan keinginan kuat dalam dirinya untuk berkontribusi bagi kampung halaman.
“Dua kali saya nonton grand final, dari situ muncul niat untuk ikut serta dan memberikan sesuatu untuk daerah saya,” ujarnya saat ditemui, Kamis (26/6).
Perjuangannya tidak instan. Ia sempat gagal saat mendaftar pada 2021. Namun, semangatnya tidak padam. Dinda terus memperbaiki diri hingga kembali mendaftar pada 2024, di usia 24 tahun, tepat di batas maksimal syarat usia peserta.
“Awalnya saya sempat kehilangan harapan karena biasanya pengumuman di akhir tahun, sedangkan saya sudah berusia 25 tahun bulan Agustus. Tapi ternyata pengumuman kali ini dimajukan ke Mei. Saya langsung daftar begitu tahu,” kenangnya.
Komitmen Dinda terhadap pengembangan pariwisata bukan sebatas niat. Ia membuktikan melalui tugas akhirnya saat kuliah dengan merancang Tourist Information Center (TIC) yang terintegrasi dengan terminal wisata antar kecamatan di Wonogiri. Desain ini bukan hanya syarat akademik, tetapi juga menjadi proyek kontribusi nyata yang ia presentasikan saat karantina Duta Wisata.
“Wonogiri punya banyak potensi wisata, tapi akses dan konektivitasnya masih minim. Desain ini saya harap bisa menjawab masalah itu,” jelasnya.
Baca juga, Kalender Hijriah Global Tunggal
Perjalanan menuju gelar juara berlangsung selama hampir satu bulan. Tahapan seleksi yang ketat dilalui, termasuk masa karantina intensif selama seminggu. Pada malam final, Dinda tampil memukau dengan pertunjukan boneka tangan yang menyampaikan pesan tentang pentingnya keberanian menghadapi kegagalan.
“Dari segi usia, saya termasuk yang paling tua karena banyak peserta masih SMA. Tapi saya tampil jujur dan menunjukkan sisi personal, termasuk saat deep interview yang cukup emosional,” kata arsitek muda yang kini bekerja di perusahaan swasta di Klaten.

Dinda menyebut nilai-nilai yang ia peroleh selama kuliah di UMS sangat berpengaruh dalam proses seleksi. Sikap sopan, adab terhadap orang yang lebih tua, serta tutur kata yang santun menjadi nilai lebih di hadapan panitia dan sesama finalis.
“Itu semua saya terapkan sehari-hari, termasuk saat karantina. Lingkungan UMS sangat membentuk karakter saya,” ungkapnya.
Sebagai Duta Wisata, Dinda kini memikul tanggung jawab mempromosikan pariwisata Wonogiri. Ia aktif membuat konten media sosial, menyusun program bersama finalis lain, serta mewakili daerahnya dalam event pariwisata tingkat regional.
Meski berdomisili di Klaten, ia bersyukur mendapat dukungan dari tempat kerjanya sehingga tetap bisa menjalankan tugas sebagai duta. Ia berharap, pariwisata Wonogiri semakin berkembang, terutama destinasi yang masih kurang dikenal dan sulit diakses.
Dinda juga ingin menjadi inspirasi bagi generasi muda agar tidak takut mencoba hal baru.
“Kalau tidak dicoba, kita tidak pernah tahu dari mana datangnya rezeki,” tutupnya penuh semangat.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha