Ketua MTT PP ‘Aisyiyah Evi Sofia Serukan 7 Karakter Perempuan Tangguh dalam Pelatihan Guru Al-Qur’an Bahasa Isyarat
PWMJATENG.COM, Kebumen – Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Evi Sofia Inayati, mengobarkan semangat keislaman yang inklusif dalam Training of Trainer (TOT) Pengajar Al-Qur’an Bahasa Isyarat. Kegiatan ini digelar oleh PP ‘Aisyiyah bekerja sama dengan BAZNAS di Universitas Muhammadiyah Gombong, Jawa Tengah, dan berlangsung selama dua hari, 14–15 Juni 2025.
Dalam sambutannya, Evi menekankan pentingnya membentuk tujuh kepribadian perempuan berkemajuan, terutama bagi para pengajar Al-Qur’an yang akan melayani kelompok difabel, seperti saudara-saudara tuli. Ia menyampaikan bahwa kepribadian ini bukan sekadar identitas moral, tetapi juga fondasi spiritual dan sosial.
“Tujuh karakter itu meliputi iman dan takwa, ketaatan dalam ibadah, akhlak karimah, berpikir tajdid, bersikap wasatiyah, amaliah salihah, dan sikap inklusif,” ujar Evi Sofia di hadapan puluhan peserta yang hadir dari berbagai Pimpinan Daerah dan Cabang ‘Aisyiyah.
Menurutnya, karakter-karakter tersebut harus menjadi napas dalam setiap aktivitas pengajaran, khususnya dalam konteks pendidikan keagamaan yang ramah difabel. Ia menyebut bahwa pengajar tidak hanya dituntut menguasai kompetensi teknis bahasa isyarat, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan spiritualitas yang kuat.
“Ketika kita bicara inklusi, itu artinya kita bicara cinta, empati, dan kesediaan untuk hadir bagi mereka yang seringkali terpinggirkan,” tutur Evi. Ia melanjutkan bahwa inklusi hanya mungkin terwujud jika para pengajar memiliki kepribadian yang inklusif dan akhlak mulia.
TOT ini mengangkat tema “Menggapai Cahaya Al-Qur’an dengan Mewujudkan Pendidikan Keagamaan yang Inklusif”. Tema tersebut dipilih sebagai bentuk komitmen ‘Aisyiyah dalam memperluas akses pembelajaran Al-Qur’an, terutama bagi saudara-saudara tuli yang selama ini kurang mendapatkan layanan keagamaan yang memadai.
Baca juga, Dari Mina ke Media Sosial: Tantangan Menjaga Kemabruran di Era Digital
Evi juga mendorong para peserta agar menjadi agen perubahan di masyarakat. Ia berharap para peserta tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga sosok perempuan tangguh, cerdas, dan penuh kasih sayang.
“Perempuan ‘Aisyiyah harus tampil sebagai teladan. Bukan sekadar mengajarkan huruf dan ayat, tetapi juga menanamkan nilai kehidupan dan membangun harapan,” tegasnya.
Selama pelatihan, peserta dibekali dengan keterampilan dasar pengajaran Al-Qur’an menggunakan bahasa isyarat serta pendekatan dakwah yang inklusif. Para instruktur berasal dari kalangan ahli pendidikan difabel, pengajar Al-Qur’an profesional, serta tokoh-tokoh dakwah inklusif dari Muhammadiyah.
Peserta menyambut positif pelatihan ini. Salah satu peserta dari Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Banyumas menyampaikan kesannya. “Kami merasa pelatihan ini membuka wawasan baru. Kami jadi lebih paham bagaimana mendampingi saudara tuli belajar Al-Qur’an dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan spiritual,” katanya.
TOT ini diharapkan menjadi titik awal lahirnya lebih banyak pengajar Al-Qur’an bahasa isyarat di lingkungan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah. Dengan bekal spiritualitas dan keterampilan yang memadai, mereka dapat menjadi jembatan cahaya ilahi bagi saudara-saudara yang selama ini belum tersentuh layanan keagamaan.
Evi menutup sambutannya dengan menyerukan, “Jangan pernah lelah berjuang di jalan Allah. Jadilah pelita dalam gelap, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi sesama.”
Kontributor : Erlin
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
