Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina
Seri 18: Ancaman di Balik Layar
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Malam semakin larut, tetapi Farhan masih berkutat di depan laptopnya. Ia membaca ulang setiap komentar negatif yang beredar di media sosial. Beberapa akun terlihat sangat aktif menyebarkan narasi buruk tentang perjalanannya. Yang mengganggu, beberapa komentar berasal dari akun-akun anonim yang sepertinya sengaja dibuat hanya untuk menyerang.
Rudi masuk ke ruang kerjanya sambil membawa secangkir kopi. “Aku sudah bicara dengan beberapa klien kita yang puas. Mereka siap memberi testimoni.”
Farhan mengangguk. “Bagus. Kita juga harus membuat klarifikasi di media sosial, tapi lebih penting lagi, kita harus tahu siapa yang pertama menyebarkan berita miring ini.”
Dian, yang juga ikut bergabung, menunjukkan sesuatu di layar ponselnya. “Aku sudah melacak postingan awal. Berita ini pertama kali muncul di blog kecil yang sering mengulas perjalanan umrah dan wisata halal. Tapi yang aneh, blog ini baru aktif sebulan terakhir dan semua tulisannya berisi kritik terhadap penyedia jasa perjalanan tertentu.”
Farhan membaca beberapa artikel lain di blog itu. Sebagian besar membahas ‘pengalaman buruk’ klien dengan berbagai agen perjalanan. “Jelas ini bukan blog biasa. Ada kemungkinan ini dibuat untuk menjatuhkan pesaing.”
Rudi mengepalkan tangan. “Pesaing kita yang dulu pernah kita singkirkan, mungkin? Mereka punya alasan untuk balas dendam.”
Farhan tidak ingin terburu-buru menyimpulkan, tetapi kemungkinan itu ada. Sejak ia mulai menawarkan paket perjalanan ke Al-Aqsa, beberapa agen perjalanan lain mulai merasa tersaingi.
“Tapi mereka tidak mungkin bertindak sendiri,” kata Dian. “Kita harus cari tahu siapa yang mendanai blog ini.”
Baca juga, Boleh Tidak Berpuasa Saat Ramadan, Ini Syaratnya!
Saat mereka mendiskusikan langkah selanjutnya, tiba-tiba ponsel Farhan bergetar. Nomor tak dikenal muncul di layar. Ia ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkat.
“Pak Farhan, sebaiknya Anda berhenti mencari tahu soal blog itu,” kata suara di seberang.
Farhan langsung waspada. “Siapa ini?”
“Bukan urusan Anda. Tapi percayalah, semakin Anda menggali, semakin banyak masalah yang akan Anda hadapi.”
Klik. Sambungan terputus.
Rudi dan Dian menatapnya penuh tanya. “Siapa itu?” tanya Rudi.
“Seseorang yang tidak ingin kita mencari tahu lebih jauh.”
Dian menggigit bibirnya. “Ini sudah lebih dari sekadar perang bisnis. Sepertinya ada orang besar di belakang semua ini.”
Farhan merasa punggungnya meremang. Ia tahu bisnis perjalanan umrah dan wisata religi adalah lahan yang menguntungkan, tetapi ia tidak menyangka akan berhadapan dengan pihak yang sampai tega mengancam.
Namun, ia tidak bisa mundur. Jika mereka menyerah sekarang, bukan hanya bisnisnya yang hancur, tetapi juga kepercayaan para klien yang sudah mempercayakan perjalanan ibadah mereka.
“Kalau mereka pikir kita akan takut, mereka salah,” kata Farhan akhirnya. “Kita harus membuktikan bahwa kita tidak bersalah dan tetap melayani klien dengan baik.”
Rudi dan Dian mengangguk. Mereka tahu, perjuangan ini belum selesai. Dan mungkin, yang terburuk masih menunggu di depan.
Bersambung ke seri 19: Serangan Balik
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha