Sastra

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Seri 13: Mengejar Reputasi yang Hilang

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COM – Setelah perjalanan ke Bethlehem, ketegangan yang sempat mereda kembali hadir dengan intensitas yang lebih tinggi. Farhan tahu, meskipun keputusan yang diambil sudah tepat dari sisi keselamatan, dampak dari ketidakpuasan klien dan pesaing yang terus-menerus berusaha menjatuhkan bisnisnya tidak bisa diabaikan begitu saja.

Rombongan umrah yang masih tersisa melanjutkan perjalanan ke beberapa tempat suci lainnya, namun di hati Farhan, semuanya terasa berbeda. Ia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa reputasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun perlahan-lahan terkikis.

Salah satu klien, yang sejak awal sudah tampak sangat skeptis, mulai berbicara terbuka mengenai kekecewaannya. “Ini bukan yang saya bayangkan,” keluhnya. “Saya datang ke sini untuk merasakan pengalaman spiritual yang mendalam, bukan sekadar berwisata. Tetapi kenapa saya merasa seperti ini semua hanya bagian dari bisnis yang besar?”

Farhan yang mendengarkan dengan penuh perhatian berusaha menenangkan klien tersebut. “Kami sangat menghargai pengalaman spiritual yang Anda harapkan, dan kami berusaha memberikan yang terbaik meskipun situasi yang tidak mudah. Kami tidak hanya membawa Anda ke tempat-tempat suci, kami berusaha memberi makna lebih dalam di setiap langkah yang diambil.”

Namun, klien itu tidak begitu saja merasa puas. “Tapi apakah Anda yakin semuanya ini benar-benar sesuai dengan tujuan awal Anda dalam menawarkan paket ini?” tanyanya dengan nada skeptis.

Farhan terdiam sejenak. Kata-kata klien itu menyentuh bagian terdalam hatinya. Memang, seiring berjalannya waktu, tujuan awalnya untuk memberikan layanan yang penuh dengan nilai spiritual kini terancam oleh berbagai pertimbangan bisnis. Ia sadar, seiring berjalannya waktu, ia mulai terjebak dalam dilema antara mengejar keuntungan dan mempertahankan esensi dari perjalanan yang sesungguhnya.

Di sisi lain, ketegangan dalam tim semakin meningkat. Sales yang selalu menjadi pusat perhatian merasa semakin tertekan, terutama setelah beberapa klien mengeluh tentang janji yang tidak dipenuhi. Rudi, yang awalnya mendukung keputusan Farhan, kini mulai ragu. “Kita sepertinya tidak bisa memuaskan semua orang, kan? Apa kita benar-benar tahu apa yang kita lakukan?”

Farhan menatap Rudi, merasa kepalanya semakin berat dengan semua masalah yang datang bertubi-tubi. “Saya tahu, Rudi. Dan saya tidak bisa menjanjikan bahwa semua ini akan berakhir sempurna. Tapi kita harus terus maju. Karena jika kita menyerah sekarang, kita akan kehilangan lebih banyak daripada sekadar klien.”

Namun, meskipun mencoba tetap tenang, Farhan mulai merasa semakin terbebani dengan masalah yang tidak kunjung selesai. Pesaing yang terus menerus memberikan informasi buruk mengenai paket wisata mereka, ketidakpuasan klien yang semakin banyak, dan ketegangan yang terjadi di dalam tim mulai mengikis keyakinannya.

Baca juga, Sebulan Pascabencana Longsor, Muhammadiyah Bentuk Jamaah Tangguh Bencana di Petungkriyono

“Farhan, ada kabar buruk,” Ika masuk dengan ekspresi khawatir. “Saya baru saja menerima pesan dari beberapa agen perjalanan lain. Mereka menyebarkan kabar bahwa kita akan memindahkan jadwal ke tempat yang lebih aman. Ini bisa menurunkan jumlah peminat.”

Farhan menelan ludah. Apa yang harus dilakukan? Bisakah mereka memperbaiki situasi ini tanpa kehilangan lebih banyak klien?

Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap tenang meski seluruh hatinya merasa ragu. “Kita harus membuktikan bahwa kita tidak takut menghadapi tantangan ini. Dan yang lebih penting, kita harus memperbaiki hubungan dengan klien-klien kita. Kita akan fokus pada kualitas pengalaman mereka, bukan sekadar menghindari kritik atau masalah.”

Dengan tekad baru, Farhan mengumpulkan timnya kembali untuk mengatur langkah berikutnya. “Kita harus lebih transparan. Setiap klien yang merasa tidak puas harus kita dengarkan, dan kita akan memberikan solusi yang mereka butuhkan, meskipun itu bukan sesuatu yang mudah.”

Ketika perjalanan mereka terus berlanjut, ketegangan yang mengalir di antara anggota tim sedikit demi sedikit mulai terurai. Namun, Farhan tahu bahwa perjalanan ini masih jauh dari kata selesai. Setiap keputusan yang ia ambil kini semakin terasa berat, tetapi ia sadar bahwa ia tidak bisa mundur.

Ia menatap jauh ke depan, memikirkan langkah-langkah yang akan diambil berikutnya. Dalam dunia bisnis yang penuh persaingan dan ujian seperti ini, tidak ada jaminan bahwa semuanya akan berjalan mulus. Tetapi, di balik semua tantangan ini, Farhan merasa bahwa ia sedang belajar hal yang jauh lebih penting daripada sekadar meraih kesuksesan materiil.

“Keberkahan dan ketulusan, bukan hanya dalam perjalanan ini, tapi dalam setiap langkah yang kita ambil,” bisiknya pada dirinya sendiri, mengingatkan dirinya akan tujuan awalnya.

Bersambung ke seri 14: Berbagi Harapan di Tengah Krisis

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE