Unimus Beri Beasiswa Putri Perawat Nuria Kurniasih
PWMJateng.com, Semarang. Peristiwa penolakan jenazah perawat RSUP Karyadi Semarang Nuria Kurniasih yang meninggal karena Covid-19 oleh sekelompok warga di Ungaran, Kabupaten Semarang Jawa Tengah dan kemudian viral di media massa meninggalkan duka mendalam bukan hanya bagi keluarga tapi juga banyak pihak. Mereka mengungkapkan keprihatinan dan mengecam tindakan tidak berperikemanusiaan tersebut serta memberi simpati kepada keluarga almarhumah.
Salah satu simpati datang dari Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) yang mengirim utusan yaitu Dr. Fatchul Mubin, Ketua jurusan Keperawatan untuk silaturahmi ke rumah Almarhumah perawat Nuriah Kurniasih hari ini (13/04). Kedatangan utusan kampus yang berlokasi di Jalan Kedungmundu Semarang tersebut untuk menyampaikan bela sungkawa dan keprihatinan yang mendalam atas kejadian tersebut.
Fatchul Mubin yang juga seorang ahli kejiwaan dalam kesempatan tersebut memberi dukungan dan penguatan mental kepada keluarga besar almarhumah Nuria Kurniasih agar tegar dalam menjalani cobaan yang dihadapi.
Selain itu Fatchul Mubin juga menyampaikan surat pemberian beasiswa dari Unimus kepada putri perawat Nuria Kurniasih, Diandra Kariena Wibowo yang masih duduk di kelas 3 SMA. Beasiswa tersebut untuk melanjutkan studi program sarjana di Unimus.
Dalam surat resmi dari Unimus bertanggal hari ini (13/04) yang ditanda tangani oleh Profesor Masrukhi selaku rektor disebutkan bahwa beasiswa untuk putri almarhumah perawat Nuria Kurniasih tersebut bisa digunakan untuk kuliah jenjang S1 semua program studi kecuali Kedokteran dan Kedokteran Gigi. “Beasiswa ini adalah beasiswa penuh, dari masuk kuliah di Unimus sampai lulus nantinya,” kata Masrukhi saat dihubungi.
Masrukhi dalam keterangannya juga menyampaikan bahwa selama ini Unimus turut peduli dengan perlindungan terhadap para tenaga medis baik dokter maupun perawat yang menangani pasien Covid-19 dengan menggalang dana dan membeli APD untuk disumbangkan ke beberapa rumah sakit. “Dengan kondisi yang ada mereka para nakes berjuang tanpa kenal waktu dan berada di wilayah yg sangat dimungkinkan tertular,” ujarnya.
Selanjutnya Masrukhi menyampaikan bahwa pihaknya ikut merasakan betapa sangat terpukulnya keluarga almarhumah. “Kita mestinya berterima kasih dan mendoakan agar wafatnya syahid. Sudah dirundung duka meninggal karena tertular dari pasien yang dirawatnya, kok ada warga masyarakat yang menolak pemakaman jenazahnya. Hati nuraninya di mana?” katanya.
Almarhumah perawat Nuria Kurniasih (38 tahun) yang meninggal pada hari Kamis, tanggal 9 April 2020 pukul 12.25 meninggalkan seorang suami dan 3 orang putri. Nuria selama ini bertugas di RSUP Karyadi dan bertugas merawat pasien Covid-19 sehingga tertular dari pasien yang dirawatnya. Meskipun sudah menjalani perawatan intensif, namun Nuria tidak tertolong jiwanya. (Sapari)