Berita

UMS Tekankan Sinergi Keluarga dan Sekolah untuk Wujudkan Anak Hebat Indonesia Emas 2045

PWMJATENG.COM, SURAKARTA – Dalam momentum peringatan Hari Anak Sedunia 2025, Dosen PG-PAUD FKIP sekaligus Ketua Pusat Studi Gender (PSG) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Choiriyah Widyasari, S.Psi., M.Psi., menegaskan pentingnya sinergi keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara dalam mendukung tumbuh kembang anak usia dini. Tema nasional “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045” dinilai sangat relevan dengan tantangan pengasuhan masa kini.

Menurut Choiriyah, perubahan zaman—khususnya penetrasi teknologi—membuat pola pengasuhan tidak lagi bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Generasi Alfa tumbuh sebagai generasi digital yang serba cepat, praktis, dan akrab dengan teknologi. Karena itu, orang tua perlu memahami karakter dan kebutuhan anak secara menyeluruh.

“Setiap anak memiliki potensi berbeda dan tidak dapat disamaratakan baik dari segi kognitif, motorik, maupun kecenderungan cara belajar,” ujarnya, Kamis (20/11).

Choiriyah menekankan bahwa keluarga memegang peran sentral dalam optimalisasi tumbuh kembang anak. Orang tua, pengasuh, dan anggota keluarga lain harus menerapkan pola asuh yang selaras agar anak tidak menerima pesan berbeda-beda.

“Latihan kecil seperti memakai sepatu atau kaos kaki secara mandiri harus diterapkan baik di sekolah maupun rumah. Ketidaksamaan pola ini sering membuat anak sulit membentuk karakter dan keterampilan hidup yang konsisten,” tegasnya.

Ia menyoroti tantangan baru dalam keluarga modern, yaitu pengelolaan penggunaan gawai. Perbedaan generasi antara orang tua (Milenial dan Gen Z) dengan anak (Generasi Alfa) sering menimbulkan konflik dalam manajemen penggunaan perangkat digital.

“Gawai itu seperti pisau bermata dua. Bermanfaat jika digunakan dengan pendampingan, tetapi bisa berdampak negatif jika dibiarkan tanpa kontrol,” jelasnya. Karena itu, ia menilai keluarga perlu memiliki aturan dan kesepakatan yang jelas terkait penggunaan gawai.

Sebagai institusi pendidikan, UMS melalui Program Studi PG-PAUD membekali mahasiswa dengan kurikulum komprehensif, mulai dari psikologi perkembangan, inovasi media pembelajaran, pedagogi PAUD, hingga pendidikan karakter berbasis nilai Islam.

Mahasiswa juga mendapat pengalaman praktik bertahap melalui Magang Terstruktur, Pengenalan Lapangan Persekolahan, hingga praktik mengajar di lembaga PAUD Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Tidak hanya itu, mahasiswa dibekali kemampuan menangani anak berkebutuhan khusus melalui mata kuliah layanan inklusi.

“Dengan kompetensi tersebut, lulusan PG-PAUD UMS siap menghadapi kelas yang beragam, termasuk mengenali tanda-tanda tumbuh kembang tidak optimal sejak usia dini,” jelas Choiriyah.

Sebagai Ketua PSG UMS, Choiriyah juga menyampaikan keprihatinan atas meningkatnya kasus kekerasan perempuan dan anak di Solo Raya dan Jawa Tengah. Tahun ini, PSG UMS bersama ‘Aisyiyah akan menjalankan program edukasi pencegahan kekerasan di Sukoharjo.

Ia menilai kolaborasi lintas lembaga seperti Dasawisma, PKK, Aisyiyah, Muhammadiyah, dan komunitas kampung sangat penting untuk menciptakan lingkungan pengasuhan yang aman.

“Keluarga harus kembali menguatkan visi dan misi pengasuhan agar anak tumbuh dengan kesejahteraan emosional yang baik,” tandasnya.

Menutup pesannya, Choiriyah mengajak keluarga, pendidik, dan masyarakat meningkatkan komitmen dalam menjaga keselamatan, kesejahteraan, dan tumbuh kembang anak sebagai bagian dari upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Kontributor: (Yusuf/Humas)
Editor: Al-Afasy

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE