
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mencetak sejarah dengan mengukuhkan dua guru besar baru dalam Sidang Terbuka Senat yang digelar di Auditorium Moh. Djazman, Kamis (19/6). Salah satunya, Mochamad Solikin, resmi menjadi Guru Besar ke-61 UMS di bidang Teknologi Bahan Konstruksi.
Solikin menegaskan pentingnya membangun konstruksi yang tidak hanya kuat secara struktur, tetapi juga ramah lingkungan. Dalam pidato ilmiahnya berjudul “Beton High Volume Fly Ash dengan Pemadatan Mandiri, Upaya Mewujudkan Pembangunan yang Lestari”, ia mengangkat isu serius terkait emisi karbon dari industri beton yang selama ini luput dari perhatian publik.
“Industri beton menyumbang sekitar 7 persen dari emisi karbon global. Mayoritas berasal dari produksi semen sebagai bahan pengikat utama,” ungkap Solikin di hadapan civitas akademika UMS.
Sebagai solusi, Solikin menawarkan penggunaan fly ash sebagai substitusi sebagian semen dalam campuran beton. Fly ash sendiri merupakan limbah pembakaran batu bara yang kaya silika. “Kini fly ash tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3, justru bisa menjadi solusi ramah lingkungan,” ujarnya.
Indonesia, menurutnya, memproduksi sekitar 13 juta ton fly ash setiap tahun. Jumlah itu memiliki potensi besar untuk mengurangi penggunaan semen hingga 21 persen secara nasional.
Teknologi yang dikembangkan Solikin, yaitu High Volume Fly Ash Concrete (HVFA), mampu menggantikan hingga 50 persen komposisi semen dalam beton. “Teknologi ini tidak hanya menekan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan workability beton karena partikel fly ash yang halus dan bulat,” jelasnya.
Beton berbasis fly ash sangat cocok untuk diterapkan dalam Self Compacting Concrete (SCC), yakni beton yang mampu memadat sendiri tanpa bantuan alat getar. Selain efisien dan hemat energi, jenis beton ini unggul dalam ketahanan jangka panjang.
Baca juga, Kutukan Label “Genosida”
Solikin dan tim dari Pusat Studi Rekayasa Struktur UMS telah mengaplikasikan formulasi SCC ini dalam berbagai inovasi. Produk yang telah dikembangkan antara lain genteng beton ringan berbasis styrofoam, plat lantai half slab, dan panel dinding beton berongga sepanjang 3,2 meter.
Seluruh rancangan tersebut telah diajukan untuk paten dan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi. Berdasarkan uji laboratorium, beton ini menunjukkan performa unggul baik dalam slump flow, kekuatan tekan, hingga daya tahan terhadap cuaca ekstrem.

Solikin menekankan bahwa inovasi dalam teknologi beton masa kini harus berpihak pada kelestarian lingkungan. “Insinyur zaman sekarang harus membangun tanpa merusak, mencipta tanpa mencemari,” tuturnya penuh keyakinan.
Pengukuhan Solikin sebagai guru besar dipimpin langsung oleh Rektor UMS sekaligus Ketua Senat, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno. Dalam acara tersebut, UMS juga mengukuhkan Eny Purwandari sebagai guru besar bidang Psikologi Kesehatan Mental.
Acara berlangsung khidmat dan meriah dengan kehadiran para anggota senat, pimpinan universitas, dosen, mahasiswa, kerabat, serta tamu undangan dari berbagai lembaga. Momentum ini menambah daftar panjang capaian akademik UMS.
Dengan bertambahnya dua profesor baru ini, UMS kini memiliki 61 guru besar. Jumlah tersebut menjadi bukti nyata komitmen kampus dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan yang berdampak langsung bagi masyarakat, lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan.
Rektor UMS menyampaikan apresiasi dan harapan besar atas kontribusi para guru besar. “Pengukuhan ini bukan hanya bentuk pencapaian akademik, tetapi juga tanggung jawab untuk terus memberi solusi bagi tantangan zaman,” tegas Harun Joko Prayitno.
Kontributor : Genis
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha